Bab 17 Apakah Tuan Muda Sudah Sampai Di Rumah

by Tatiana Angelique 16:37,Aug 19,2021
Barney menggendong Tania berjalan ke kamarnya sendiri.

Tubuh Tania yang dingin dan tipis agak gemetar, bibirnya kedinginan hingga menjadi ungu.

"Kamu berbaring dan istirahat dulu. "

Selesai bicara, Barney menaikkan lengan baju, berjalan ke dapur, menuang air mineral ke dalam ketel, di letakkan atas kompor induksi.

Tidak masak banyak air, jadi air mendidih dengan cepat.

Tania agak bangkit dan duduk di sofa, menerima gelas minum yang diberikan oleh Barney, melalui tepi cangkir, suhu merambat ke sudut mulutnya, seluruh tubuh ada semacam perasaan seperti hidup kembali.

"Kak, apakah di tempatmu ini ada yang bisa dimakan?" Tania sungguh sudah lapar sekali, dia tidak bisa mempedulikan hal lain lagi.

agar lebih leluasa saat makan, Barney menyimpan beberapa bungkus mie instan di dalam kamar, bagi orang yang sering membuat sketsa di luar, ini adalah keharusan yang harus disiapkan.

"Ada, aku buatkan mie untukmu."

"Terima kasih, kak."

Kebetulan air mendidih tadi masih ada, dengan cepat air sudah selesai dimasak, seluruh kamar penuh dengan aroma mie, Tania hanya mencium aroma saja, langsung menelan air liur.

Ketika Barney membawa keluar mie, perutnya malah bersuara tidak sesuai waktunya.

"Kamu sudah kelaparan bukan? Makan dulu saja."

Barney tidak bertanya padanya mengapa bisa berada di sini, dia juga tidak sempat menjelaskannya, hanya menunduk dan terus makan.

“Aku lihat tubuhmu sangat lemah, apa perlu panggilkan dokter untuk memeriksamu?” Barney bertanya dengan penuh perhatian.

“Tidak perlu.” Tania mengambil tisu yang ada di atas meja, membersihkan sup yang menempel di mulut. “Kak, sekarang jam berapa?”

“Jam sepuluh lewat seperempat.”

“Kak, terima kasih kamu sudah menyelamatkanku, aku tidak tahu harus bagaimana berterima kasih padamu, sudah berhutang banyak padamu.”

“Sekeluarga, tidak perlu sungkan.”

Tania membereskan peralatan makan, tepat saat akan bangkit, Barney merebut kembali peralatan makan itu, “Aku saja yang membersihkannya, kamu baik-baik istirahat.”

“Kak, sekarang aku harus kembali ke kota Tateyama, tidak boleh tinggal lebih lama di sini.”

Dia akan pergi.

Dia tahu di meja resepsionis masih ada staf, nanti minta orang di sana bantu pesankan taksi, pulang sekarang mungkin bisa sampai di rumah sebelum Aswin tiba di rumah, dia tidak ingin sengaja menambah masalah baru.

“Hari ini sudah begitu malam, apakah masih mau pulang? Aku minta meja resepsionis bukakan satu kamar untukmu, kamu istirahat semalam, besok pagi baru pulang saja.”

“Tidak bisa, malam ini aku harus pulang.”

Barney memahami sifat Aswin, berkuasa, tidak mempedulikan perasaan orang, dia juga tidak menahannya lagi.

“Aku antar kamu pulang saja.”

“Tidak perlu kak, sudah cukup banyak merepotkanmu, aku bisa pulang naik taksi.”

“Sudah begitu malam, kamu seorang wanita naik taksi sendirian sangat tidak aman.”

Jujur saja, Tania memang agak takut, sekarang dia masih sering memimpikan adegan dirinya diculik, saat ini Barney berbicara seperti ini, dia sungguh tidak berani naik taksi pulang sendirian lagi.

Barney meminta Tania membawa barang dengan baik, dia pergi mengendarai mobil dulu.

Tania pergi ke area meja resepsionis untuk menunggunya, dia baru ingin minta staf membantunya cari ponsel, lalu minta bantu kirim ke kota Tateyama.

Setelah masuk ke dalam mobil Barney, Barney baru menanyakan penyebab dia ke sini.

Dia hanya mengatakannya secara garis besar, datang melakukan perjalanan bisnis dengan teman, dirinya tidak hati-hati malah terkunci di dalam ruang penyimpanan, kemudian tidak tahu ponsel telah jatuh ke mana, berada di dalam meminta bantuan tapi tidak ada hasil, baru muncul pemandangan yang dilihat Barney bahwa dia berbaring di atas lantai.

“Apakah adik kedua juga tahu kamu melakukan perjalanan bisnis?”

“Tidak tahu.”

“Jika kamu ada masalah apa di perusahaan, kamu bisa beri tahu dia, kamu adalah istrinya, dia tidak akan tidak peduli.”

“Setiap hari dia sudah terlalu sibuk, aku tidak ingin menggangunya lagi.”

Tania berpikir dalam hati, mungkin Aswin akan merasa senang melihat tampangnya seperti ini, agar dirinya tahu sulit dan menyerah, rela tinggal di Bay Garden unuk menjadi sebuah pajangan, setelah batas waktunya tiba, lalu dibersihkan, dia tidak akan membiarkannya berhasil.

“Jika tidak senang bekerja di perusahaan, bisa pergi melakukan pekerjaan yang kamu suka, pada dasarnya Aswin bukan orang yang berpikiran sempit, kamu baik-baik rundingkan dengannya, dia akan memahaminya.”

“ Tania menunjukkan ekspresi sulit, “Baik.”

“Jika kamu ada masalah bisa katakan pada kakek juga, dia patuh mendengarkan apa yang kakek katakan.”

Tania teringat Elvina memberitahunya masalah tentang Barney membantunya di belakang, dia takut Barney memberitahu kakek, dengan begitu akan menjadi lebih rumit, segera menolak: “Aku baru ke sana, masih belum terlalu terbiasa, aku sangat terbiasa dengan suasana kantor, kalau begini bisa lebih dekat dengan Aswin, mungkin bisa membantu dia, setiap hari dia bekerja keras, aku sebagai istrinya, sudah seharusnya berbagi beban dengannya.”

Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa mengucapkan kata-kata seperti ini untuk menunjukkan dia dan Aswin adalah sepasang suami istri yang bahagia dan harmonis, kata-kata tidak masuk akal ini dilontarkan, dirinya sendiri mulai merasa malu.

......

Bay Garden 。

Aswin pulang lebih awal dari biasanya, melihat di dalam kamar tidak ada sosok wanita, menebak bahwa mungkin dia pergi ke rumah sakit.

Tetapi, menunggu lama sekali, masih tidak melihat dia pulang, jelas-jelas kemarin dia baru berpesan agar dia pulang lebih awal, dia bahkan tidak menganggap penting ucapannya.

Aswin tidak akan berinisiatif menghubungi wanita itu duluan, dia meminta Indro yang masih bekerja di ruang kerja untuk menghubungi Tania.

Indro menelepon ke sana, awalnya tidak ada yang angkat, dia hanya bisa memaksakan diri untuk terus menelepon, ternyata menelepon hingga dari sana terdengar pengingat bahwa telepon sudah tidak aktif.

“ Tuan Muda Raharja, tidak ada yang mengangkat ponsel nyonya.”

Barney mendengus dingin.

Indro melihat tidak ada pesan lain dari Aswin, lalu meninggalkan ruang kerja.

Di dalam mobil Tania dan Barney ngobrol sejenak, karena terlalu lelah, ditambah lagi dalam mobil agak panas, dia langsung tertidur dengan cepat.

Barney melihat Tania yang duduk di jok samping pengemudi, mengambil jasnya dan dipakaikan ke tubuhnya.

Jalan sangat lancar di malam hari, siang hari perjalanan yang membutuhkan waktu lebih dari dua jam, sekarang bisa tiba di Bay Garden dalam waktu kurang dari dua jam.

Bay Garden adalah rumah tempat Fredi dan Yeoni hidup bersama.

Dulu Barney pernah sekali pergi ke Bay Garden bersama kakek, juga merupakan satu-satunya, saat itulah Yeoni, ibunya Aswin meninggal.

Samar-samar dia masih ingat jalan ke sini, untungnya jarak antar vila di sini sangatlah besar, sehingga mudah menemukannya.

Barney memberitahu namanya, Pelayan Kusno segera pergi buka pintu.

Wajah Aswin marah sekali, berdiri di samping jendela ruang kerja, sepasang mata tajam seperti elang menatap mobil off-road yang masuk.

Barney keluar dari mobil, berjalan ke jok samping pengemudi dan membangunkan Tania.

Tania membuka kedua mata yang masih mengantuk, melihat-lihat di sekeliling, baru menemukan rumah yang familiar, tidak menyangka begitu cepat sudah sampai.

Dia keluar dari mobil, baju Barney masih menggantung di tubuhnya, segera lepaskan dan memberikan baju padanya, serta mengatakan: “Terima kasih kak, kamu cepat kembali ke rumah tua untuk istirahat, sudah terlalu malam, perhatikan keamanan saat mengemudi.”

Pelayan Kusno mengantar Barney, menoleh dan mengangguk pada Tania, “Nyonya, kamu sudah pulang.”

“Apakah tuan muda sudah sampai di rumah?” Jelas ada kecemasan dalam ucapan yang dilontarkannya.

“Hari ini tuan muda pulang lebih awal dibandingkan biasanya.”

Tania naik ke lantai atas sambil menghitung langkah kaki.

Ketika sampai di lantai 2, dia mendongak dan melihat Aswin yang keluar dari ruang kerja.

“Aku pulang.” Suaranya kecil sekali.

Tania tidak menyangka kebetulan bertemu dengan Aswin.

Aswin meliriknya sekilas dan masuk ke kamar tidur.

“Tadi sore aku melakukan perjalanan bisnis, jadi baru pulang larut malam.”

Dia bisa merasakan tekanan udara di dalam kamar tidur sangatlah rendah, mencoba untuk menjelaskan agar meringankan suasana, kalau tidak, mereka berdua pasti akan merasa tidak nyaman di dalam kamar.

“Kamu pergi melakukan perjalanan bisnis atau pergi bertemu dengan pria lain?” Aswin berkata dengan dingin.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1119