Bab 5 Nyonya Raharja
by Tatiana Angelique
16:36,Aug 19,2021
Ketika Tania berada di rumah sakit, dia menerima telepon dari Pak Kusno pengurus rumah tangga, memintanya untuk kembali ke Bay Garden lebih awal dan pergi ke rumah kakek Raharja untuk makan malam.
Pertama kali mengunjungi kakek Aswin, tentu saja dia tidak bisa datang dengan tangan kosong. Dia memeriksa informasi kakek di Internet dan melihat bahwa dia menyukai pena dan tinta.
Tania mempelajari seni lukis tradisional sejak dia masih kecil. Dia dulu sangat pilih-pilih tentang kuas yang dia gunakan. Setelah bertemu dengan pewaris keluarga pelukis Tuan Altimin Madara, dia selalu memesan kuas di sana.
Dia tidak mampu membeli barang-barang mahal sekarang, jadi dia pergi ke Rumah Mode Madara dan membeli satu set pena lukis terbaik.
Sekembalinya ke Vila Bay Garden.
Pelayan sudah menyiapkan pakaiannya, yang merupakan setelan musim gugur klasik dari Hermes Official.
Tania sedikit merias wajahnya agar dirinya terlihat lebih baik.
Ketika turun, sudah terlihat sebuah Rolls Royce diparkir di halaman. Supir sudah menunggu di samping mobil. Ketika supir melihat Tania mendekat, dia segera membukaan pintu untuk Tania.
Tania berpikir sepanjang jalan, waktu itu agar memberikan kesan yang baik kepada Aswin malah terjadi hal bodoh.Tidak tahu Apakah kakek Raharja dapat membantuku.
Supir mengendarai mobil ke rumah kakek Raharja. Ketika Tania turun dari mobil, dia melihat pria berjas putih. Dia terlihat sedikit mirip dengan Aswin, terlihat sangat berkarisma.
Pria itu terkejut sejenak saat melihat Tania, lalu tersenyum dan bertanya: "Ini pasti adik iparku, aku Barney Raharja, selamat datang di rumah kakek Raharja."
Suara pria itu bass dan memikat. Bagi Tania Ini adalah hal termanis yang dia dengar akhir-akhir ini. Tidak ada yang menyambutnya seperti ini. Keluarga Dalmian memperlakukannya seperti seonngok anjing, sedangkan Aswin bahkan tidak membiarkannya tidur di tempat tidur..
Dia tersenyum tipis, "Terima kasih, aku Tania Dalmian."
Begitu suara Tania terlontarkan, terdengar suara kursi roda dari belakangnya.
Ketika dia menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan tajam Aswin, senyum di wajahnya langsung membeku.
Barney memanggil "adik kedua" dan hendak membantunya mendorong kursi roda. Namun Aswin langsung melewati kedua orang itu dan pergi ke ruang tamu.
Barney tersenyum dan berkata, "adik ipar, ayo masuk."
Baru saja melangkah masuk ke ruang tamu, sudah terlihat seorang lelaki tua yang bersemangat duduk di kursi utama.
Barney berbisik kepada Tania : "Ini kakek, santai saja, kakek mudah bergaul."
Dia mungkin melihat kegugupan Tania.
Tania berjalan menghampiri Reiner Raharja, "Halo Kakek, " dan memberikan hadiahnya dengan kedua tangan.
Begitu Reiner melihat bahwa itu diproduksi oleh Rumah Mode Madara, dia tahu bahwa cucu menantunya ini tahu barang bagus dan tidak salah menikahinya.
Aswin duduk diam melihatnya, merasa lebih harus mewaspadai Tania. Pertama kali datang ke rumah kakek Raharja saja sudah membuat satu keluarga riang bahagia. Dia benar-benar tidak tahu metode apa lagi yang akan digunakannya kelak.
Setelah beberapa saat, satu demi satu orang berdatangan, Tania juga tidak mengenalnya.
Di meja makan, dengan suara acuh tak acuh Bonny bertanya: " Aswin, apakah kamu sudah mendapatkan surat nikahmu? Dewan direksi telah mendesak, jika kamu tidak menenangkan orang orang itu, maka posisimu tidak akan aman."
Dari pembicaraan ini, Tania mendengar bahwa alasan Aswin menikahinya adalah karena reputasi Grup Raharja.
Sebagai presiden Grup Raharja, perkataan dan perbuatannya mewakili Grup Raharja, tetapi dia pernah dikabarkan tidak normal, yang merusak reputasi grup Raharja dan menimbulkan banyak pertanyaan oleh dewan direksi.
Aswin berkata dengan dingin, "Paman ketiga, bahkan jika aku melemparkan surat nikah ke wajah mereka, orang-orang dengan motif tersembunyi tidak akan berhenti."
Bonny yang merasa tidak nyaman saat mendengar perkataan ini, langsung memandang Tania yang duduk diam tidak mengatakan apa-apa di sebelah Aswin, bertanya dengan datar, "aku tidak tahu apakah aku harus memanggilmu Nona Dalmian atau Nyonya Raharja ?"
Tania tidak menyangka api perang akan datang padanya. Dia menoleh dan melirik Aswin yang diam tanpa ekspresi, dia menarik napas dalam-dalam, berkata, "Paman ketiga, aku seorang junior, kamu memanggil aku Nona Dalmian ataupun Nyonya Raharja, aku tidak enak, jika kamu tidak keberatan, kamu bisa memanggil namaku saja."
Bonny hanya mengetahui bahwa Tania adalah keluarga Dalmian, namun dia tidak mengetahui namanya, lebih baik menutup mulutnya.
Pada saat ini, kakek Reiner berkata: "Hari ini adalah makan malam keluarga, bukan untuk membicarakan hal-hal di perusahaan."
Sejak Aswin mengambil alih kekuasaan Grup Raharja, paman Bonny selalu mengekspresikan ketidakpuasan baik itu di dalam ataupun di luar perusahaan, tentu saja perbuatanya itu tidak bisa lepas dari pengawasan Reiner.
" Aswin, resepsi pernikahan sudah dilaksanakan, akta nikah juga harus diurus sesegera mungkin, jangan biarkan orang-orang mengkritik lagi, " kata Reiner.
Tania mengangkat pandangannya, melihat Indro masuk dan memberi Aswin sesuatu, lalu dia mengangguk dan pergi.
Aswin membuka dua buku merah, memperlihatkannya sejenak, lalu mendorong kursi rodanya menuju ke sisi kakek, "Kakek, ini akta nikah kami."
Setelah mengeluarkan akta nikah ini, mereka secara alami menutup mulut mereka. Orang-orang yang hadir mulai mengubah topik pembicaraan, mengomentari kelezatan hidangan yang ada di atas meja.
Tania baru melihat nama yang ada di akta nikah adalah Henny Dalmian.
Mungkinkah Aswin mengira dia sudah menikahi Henny.
Seorang pria acuh tak acuh terhadap pasangannya, mungkin selama dia seorang wanita, dia tidak akan menolak.
Makan malam sudah berakhir.
Indro berkata kepada Tania : "Nyonya Raharja, kamu bisa pulang dengan mobil tuan Raharja."
Nyonya Raharja...
Mulai sekarang, dia tampaknya memiliki status, tetapi status ini seharusnya menjadi milik Henny.
Tania mengangguk dan berkata, "Terima kasih".
Dia dengan malu-malu duduk di samping Aswin dan menutup pintu mobil, seketika merasa ruang di dalam mobil menjadi sangat sempit.
Napas jernih pria itu mengelilinginya, perasaan tertekan yang tidak dapat dijelaskan.
Tidak ada perbincangan disepanjang jalan, mobil dengan cepat tiba di Bay Garden.
Setelah turun dari mobil, Indro dan Aswin langsung masuk ke ruang kerja.
"Tuan muda Raharja, kami berhasil memeriksa video hotel pada tanggal 27, terutama pada pernikahan orang Asia dihari itu. Sangat sulit membedakan tubuh dan penampilan wanita muda itu. Kami sementara menyelidiki beberapa kemungkinan adalah orang Malaysia."
"Tidak peduli dari negara mana dia berasal, temukan dia terlebih dahulu."
Sejak Aswin kembali ke dalam negeri, dia sering memikirkan wanita yang bersamanya malam itu, tetapi sangat disayangkan lampu yang redup membuatnya tidak dapat melihat jelas penampakan wanita itu.
Tania tahu bahwa Aswin tidak makan banyak di malam hari, jadi dia meminta dapur untuk menyiapkan makanan ringan untuknya.
Kali ini, dia tidak berani memasaknya sendiri.
Setelah Tania mandi, dia sengaja mengenakan baju tidur tebal untuk musim dingin. Dia takut lantai terlalu dingin. Jika terus berlanjut seperti ini, tubuhnya juga akan runtuh.
Aswin kembali ke kamar, dia melihat Tania sedang membaca di kamar, rambutnya yang panjang terurai indah, punggungnya yang indah menciptakan penampilan yang damai.
Tania mendengar suara Aswin masuk kedalam kamar, segera bangkit, "Tuan Raharja."
Aswin menatapnya dengan mata dingin, masih acuh tak acuh dan menjauh, hanya mengangguk sedikit, seolah memberi Tania sinyal, suasana hatinya malam ini tampak tidak terlalu buruk.
Karena Aswin telah mengakui bahwa Tania adalah Nyonya Raharja, Tania mengumpulkan keberaniannya dan berbisik: "Tuan Raharja, bolehkah aku tidur di sofa hari ini? aku khawatir aku akan terkena flu dan menularkannya kepada anda. Itu bukan hal baik."
Aswin berkata dengan dingin "Ya."
Tania langsung membawa bantal ke sofa, karena takut Aswin akan berubah pikiran di detik berikutnya. Dia segera menyadari bahwa dia tampaknya bertindak terlalu bersemangat, dia melihat ke belakang lalu tersenyum pada Aswin, "Aku akan menyiapkan air mandi untukmu."
Pupil mata Aswin yang dalam mengecil dan terhenti di tempat Tania pergi.
Sial, mungkin karena terlalu bersemangat untuk menemukan wanita di malam itu, lalu dibuat terangsang oleh wanita di depannya.
Pertama kali mengunjungi kakek Aswin, tentu saja dia tidak bisa datang dengan tangan kosong. Dia memeriksa informasi kakek di Internet dan melihat bahwa dia menyukai pena dan tinta.
Tania mempelajari seni lukis tradisional sejak dia masih kecil. Dia dulu sangat pilih-pilih tentang kuas yang dia gunakan. Setelah bertemu dengan pewaris keluarga pelukis Tuan Altimin Madara, dia selalu memesan kuas di sana.
Dia tidak mampu membeli barang-barang mahal sekarang, jadi dia pergi ke Rumah Mode Madara dan membeli satu set pena lukis terbaik.
Sekembalinya ke Vila Bay Garden.
Pelayan sudah menyiapkan pakaiannya, yang merupakan setelan musim gugur klasik dari Hermes Official.
Tania sedikit merias wajahnya agar dirinya terlihat lebih baik.
Ketika turun, sudah terlihat sebuah Rolls Royce diparkir di halaman. Supir sudah menunggu di samping mobil. Ketika supir melihat Tania mendekat, dia segera membukaan pintu untuk Tania.
Tania berpikir sepanjang jalan, waktu itu agar memberikan kesan yang baik kepada Aswin malah terjadi hal bodoh.Tidak tahu Apakah kakek Raharja dapat membantuku.
Supir mengendarai mobil ke rumah kakek Raharja. Ketika Tania turun dari mobil, dia melihat pria berjas putih. Dia terlihat sedikit mirip dengan Aswin, terlihat sangat berkarisma.
Pria itu terkejut sejenak saat melihat Tania, lalu tersenyum dan bertanya: "Ini pasti adik iparku, aku Barney Raharja, selamat datang di rumah kakek Raharja."
Suara pria itu bass dan memikat. Bagi Tania Ini adalah hal termanis yang dia dengar akhir-akhir ini. Tidak ada yang menyambutnya seperti ini. Keluarga Dalmian memperlakukannya seperti seonngok anjing, sedangkan Aswin bahkan tidak membiarkannya tidur di tempat tidur..
Dia tersenyum tipis, "Terima kasih, aku Tania Dalmian."
Begitu suara Tania terlontarkan, terdengar suara kursi roda dari belakangnya.
Ketika dia menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan tajam Aswin, senyum di wajahnya langsung membeku.
Barney memanggil "adik kedua" dan hendak membantunya mendorong kursi roda. Namun Aswin langsung melewati kedua orang itu dan pergi ke ruang tamu.
Barney tersenyum dan berkata, "adik ipar, ayo masuk."
Baru saja melangkah masuk ke ruang tamu, sudah terlihat seorang lelaki tua yang bersemangat duduk di kursi utama.
Barney berbisik kepada Tania : "Ini kakek, santai saja, kakek mudah bergaul."
Dia mungkin melihat kegugupan Tania.
Tania berjalan menghampiri Reiner Raharja, "Halo Kakek, " dan memberikan hadiahnya dengan kedua tangan.
Begitu Reiner melihat bahwa itu diproduksi oleh Rumah Mode Madara, dia tahu bahwa cucu menantunya ini tahu barang bagus dan tidak salah menikahinya.
Aswin duduk diam melihatnya, merasa lebih harus mewaspadai Tania. Pertama kali datang ke rumah kakek Raharja saja sudah membuat satu keluarga riang bahagia. Dia benar-benar tidak tahu metode apa lagi yang akan digunakannya kelak.
Setelah beberapa saat, satu demi satu orang berdatangan, Tania juga tidak mengenalnya.
Di meja makan, dengan suara acuh tak acuh Bonny bertanya: " Aswin, apakah kamu sudah mendapatkan surat nikahmu? Dewan direksi telah mendesak, jika kamu tidak menenangkan orang orang itu, maka posisimu tidak akan aman."
Dari pembicaraan ini, Tania mendengar bahwa alasan Aswin menikahinya adalah karena reputasi Grup Raharja.
Sebagai presiden Grup Raharja, perkataan dan perbuatannya mewakili Grup Raharja, tetapi dia pernah dikabarkan tidak normal, yang merusak reputasi grup Raharja dan menimbulkan banyak pertanyaan oleh dewan direksi.
Aswin berkata dengan dingin, "Paman ketiga, bahkan jika aku melemparkan surat nikah ke wajah mereka, orang-orang dengan motif tersembunyi tidak akan berhenti."
Bonny yang merasa tidak nyaman saat mendengar perkataan ini, langsung memandang Tania yang duduk diam tidak mengatakan apa-apa di sebelah Aswin, bertanya dengan datar, "aku tidak tahu apakah aku harus memanggilmu Nona Dalmian atau Nyonya Raharja ?"
Tania tidak menyangka api perang akan datang padanya. Dia menoleh dan melirik Aswin yang diam tanpa ekspresi, dia menarik napas dalam-dalam, berkata, "Paman ketiga, aku seorang junior, kamu memanggil aku Nona Dalmian ataupun Nyonya Raharja, aku tidak enak, jika kamu tidak keberatan, kamu bisa memanggil namaku saja."
Bonny hanya mengetahui bahwa Tania adalah keluarga Dalmian, namun dia tidak mengetahui namanya, lebih baik menutup mulutnya.
Pada saat ini, kakek Reiner berkata: "Hari ini adalah makan malam keluarga, bukan untuk membicarakan hal-hal di perusahaan."
Sejak Aswin mengambil alih kekuasaan Grup Raharja, paman Bonny selalu mengekspresikan ketidakpuasan baik itu di dalam ataupun di luar perusahaan, tentu saja perbuatanya itu tidak bisa lepas dari pengawasan Reiner.
" Aswin, resepsi pernikahan sudah dilaksanakan, akta nikah juga harus diurus sesegera mungkin, jangan biarkan orang-orang mengkritik lagi, " kata Reiner.
Tania mengangkat pandangannya, melihat Indro masuk dan memberi Aswin sesuatu, lalu dia mengangguk dan pergi.
Aswin membuka dua buku merah, memperlihatkannya sejenak, lalu mendorong kursi rodanya menuju ke sisi kakek, "Kakek, ini akta nikah kami."
Setelah mengeluarkan akta nikah ini, mereka secara alami menutup mulut mereka. Orang-orang yang hadir mulai mengubah topik pembicaraan, mengomentari kelezatan hidangan yang ada di atas meja.
Tania baru melihat nama yang ada di akta nikah adalah Henny Dalmian.
Mungkinkah Aswin mengira dia sudah menikahi Henny.
Seorang pria acuh tak acuh terhadap pasangannya, mungkin selama dia seorang wanita, dia tidak akan menolak.
Makan malam sudah berakhir.
Indro berkata kepada Tania : "Nyonya Raharja, kamu bisa pulang dengan mobil tuan Raharja."
Nyonya Raharja...
Mulai sekarang, dia tampaknya memiliki status, tetapi status ini seharusnya menjadi milik Henny.
Tania mengangguk dan berkata, "Terima kasih".
Dia dengan malu-malu duduk di samping Aswin dan menutup pintu mobil, seketika merasa ruang di dalam mobil menjadi sangat sempit.
Napas jernih pria itu mengelilinginya, perasaan tertekan yang tidak dapat dijelaskan.
Tidak ada perbincangan disepanjang jalan, mobil dengan cepat tiba di Bay Garden.
Setelah turun dari mobil, Indro dan Aswin langsung masuk ke ruang kerja.
"Tuan muda Raharja, kami berhasil memeriksa video hotel pada tanggal 27, terutama pada pernikahan orang Asia dihari itu. Sangat sulit membedakan tubuh dan penampilan wanita muda itu. Kami sementara menyelidiki beberapa kemungkinan adalah orang Malaysia."
"Tidak peduli dari negara mana dia berasal, temukan dia terlebih dahulu."
Sejak Aswin kembali ke dalam negeri, dia sering memikirkan wanita yang bersamanya malam itu, tetapi sangat disayangkan lampu yang redup membuatnya tidak dapat melihat jelas penampakan wanita itu.
Tania tahu bahwa Aswin tidak makan banyak di malam hari, jadi dia meminta dapur untuk menyiapkan makanan ringan untuknya.
Kali ini, dia tidak berani memasaknya sendiri.
Setelah Tania mandi, dia sengaja mengenakan baju tidur tebal untuk musim dingin. Dia takut lantai terlalu dingin. Jika terus berlanjut seperti ini, tubuhnya juga akan runtuh.
Aswin kembali ke kamar, dia melihat Tania sedang membaca di kamar, rambutnya yang panjang terurai indah, punggungnya yang indah menciptakan penampilan yang damai.
Tania mendengar suara Aswin masuk kedalam kamar, segera bangkit, "Tuan Raharja."
Aswin menatapnya dengan mata dingin, masih acuh tak acuh dan menjauh, hanya mengangguk sedikit, seolah memberi Tania sinyal, suasana hatinya malam ini tampak tidak terlalu buruk.
Karena Aswin telah mengakui bahwa Tania adalah Nyonya Raharja, Tania mengumpulkan keberaniannya dan berbisik: "Tuan Raharja, bolehkah aku tidur di sofa hari ini? aku khawatir aku akan terkena flu dan menularkannya kepada anda. Itu bukan hal baik."
Aswin berkata dengan dingin "Ya."
Tania langsung membawa bantal ke sofa, karena takut Aswin akan berubah pikiran di detik berikutnya. Dia segera menyadari bahwa dia tampaknya bertindak terlalu bersemangat, dia melihat ke belakang lalu tersenyum pada Aswin, "Aku akan menyiapkan air mandi untukmu."
Pupil mata Aswin yang dalam mengecil dan terhenti di tempat Tania pergi.
Sial, mungkin karena terlalu bersemangat untuk menemukan wanita di malam itu, lalu dibuat terangsang oleh wanita di depannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved