Bab 7 Layani Aku Mandi
by Tatiana Angelique
16:36,Aug 19,2021
“Kak, aku ingin memindahkan nenek ke Rumah Sakit Raharja, apakah kamu bisa membantuku?” Tania berkata dengan nada memohon.
Barney tidak berhutang padanya, kebalikannya dia baru saja menyelamatkannya.
Jika dibandingkan dengan Aswin, Tania merasa hubungannya dengan Barney lebih terasa seperti teman, lebih mudah berinteraksi. Karena dia sudah mengajukan diri untuk membantu, tentu saja dia meraih kesempatan ini, hanya saja tidak tahu apakah ini menyulitkannya.
Barney tersenyum dan berkata, "Ini bukan masalah yang sulit, kapan kamu ingin memindahkan nenek, aku akan membantu untuk mengurusnya."
Wajah Tania yang sebelumnya tegang itu akhirnya menampilkan senyuman, "Semakin cepat semakin baik. Kak, hutang budi kepadamu ini pasti akan aku balas."
"Adik ipar bisa bercanda, kita adalah satu keluarga, membantumu adalah hal yang sepantasnya."
"Oh ya, kak, tolong jangan beritahukan ini kepada orang lain."
Sejujurnya Tania takut Aswin mengetahui ini, akan buruk jika terjadi kecelakaan yang tidak diperlukan.
"Apakah adik kedua memperlakukanmu dengan baik? Ketika temperamennya sedang tidak baik, kelihatannya akan sulit didekati, namun setelah terbiasa akan membaik, bagaimanapun kamu adalah istrinya."
Tania tidak menyangka Barney akan membicarakan Aswin, " Dia memperlakukanku dengan sangat baik, kamu juga tahu pernikahan kami terlalu buru-buru, dia bisa membiarkanku masuk ke dalam keluarga Raharja sudah cukup banyak membantu, aku tidak ingin menambah masalah padanya."
"Ayo pergi, aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit."
Grup Perusahaan Raharja.
Setelah menyelesaikan satu rapat, ketika Aswin baru saja kembali ke kantor Presdir, dia melihat Indro yang masuk dengan wajah yang panik.
"Apakah kamu sudah menemukan sumber masalah di Belanda?"
Indro dibuat ketakutan hingga mengucurkan keringat pada dahinya, "Tidak...bukan itu Tuan Muda Raharja."
Sepertinya Aswin tidak terlalu mempedulikan masalah lain selain hal itu, "Sejak kapan kamu juga berubah menjadi lalai seperti ini."
Ketika terakhir kali memberikan informasi Henny kepada Tuan Muda, Indro tidak memeriksa foto-foto itu dengan teliti, kali ini dia baru mengetahui orang yang dinikahi Tuan Muda Raharja bukanlah Henny, melainkan Tania.
Dia takut Tuan Muda Raharja akan menjadi murka dan melemparnya dari atas gedung.
Beruntung informasi akan Tania ini menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang tidak bersalah, membuat hati yang tidak senang itu sedikit terhibur.
" Tuan Muda Raharja, Nyonya Raharja saat ini bukanlah Henny Dalmian, dia adalah kakaknya Tania Dalmian."
Indro memberikan dokumen dengan tangan yang gemetar, ketika Aswin melihat informasi ini, dia menggunakan pakaian menyeka dahinya dalam diam.
Aswin membaca ini sambil mengerutkan kening.
Menurut informasi, Tania berusia 22 tahun, baru saja lulus kuliah, selama belajar di universitas dia belajar sambil bekerja paruh waktu.
Walaupun keluarga Dalmian tidak termasuk dalam lingkaran keluarga terkaya di kota Tateyama ini, namun tidak seharusnya sampai membiarkan Nona muda keluarga Dalmian bekerja untuk mendapatkan uang kuliah, dia masih mengingat terakhir kali melihat informasi Henny, bahwa dia menghabiskan uang di luar negeri, perbedaan mereka berdua benar-benar sangat jauh.
Aswin tidak bisa menahan diri dan mendengus singkat.
" Tuan Muda Raharja, apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya?"
"Tidak perlu melakukan apapun, biarkan kesalahan ini."
Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, Aswin pulang kerja tepat waktu dan kembali ke Bay Garden untuk makan malam.
Pelayan di dapur sudah menyiapkan makanan, menyajikannya di atas meja, Mbok Minah pergi ke ruang kerja untuk mengajak Aswin turun untuk makan malam.
"Apakah Nyonya sudah kembali?"
Mbok Minah menatap Aswin dengan pandangan tidak percaya, ini adalah pertama kalinya dia mendengar Aswin bertanya banyak akan Nyonya Raharja. Dia pun menjawab: " Nyonya belum kembali. Aku akan menelponnya supaya dia cepat pulang."
"Tidak perlu."
Aswin menatap meja penuh dengan makanan, kemudian melihat ke tempat duduk Tania. Pada pagi hari, dia akan melihat wanita itu duduk di sana, ketika makan malam sendirian, terasa ada yang kurang, walaupun ketika makan pada satu meja yang sama pun mereka akan jarang berbicara.
Tania berada di rumah sakit dan baru kembali ketika jam sembilan malam, bagaimanapun Aswin biasanya tidak akan pulang ke rumah sebelum pukul sepuluh malam, dia memperhatikan waktu dengan baik.
Ketika dia baru masuk ke ruang tamu, Mbok Minah menghentikannya, " Nyonya, hari ini tuan muda kembali lebih awal, saat ini beliau berada di ruang kerja."
Tania yang mendengar Aswin kembali lebih awal ini, terlihat terkejut.
Dia pun naik ke atas dengan langkah yang ringan, di dalam kamar utama tidak ada orang, dia pun pergi mandi terlebih dahulu.
Beberapa saat terakhir, cuaca menjadi lebih panas, cuaca musim gugur yang panas ini seolah-olah kembali ke musim panas.
Tania tidak perlu lagi tidur di lantai, dia mengenakan sebuah rok tidur tipis berwarna putih, karena tidak ingin membuat suara yang terlalu bising di kamar, dia tidak menggunakan hairdryer, langsung menyeka rambut basahnya dengan handuk dan kemudian berjalan keluar.
Telepon rumah di dalam kamar berdering, Tania yang menjawab langsung mendengar ini adalah suara Mbok Minah.
" Nyonya, dapur sudah merebus teh ginseng, apakah kamu ingin turun meminumnya?"
Tania ragu-ragu sejenak, kemudian berkata, "Baiklah."
Biasanya Mbok Minah akan langsung membawa teh itu ke kamar, namun hari ini justru menyuruhnya untuk turun, dia tahu Mbok Minah tidak memiliki niat buruk untuknya, oleh karena itu dia menyanggupi untuk turun ke bawah.
Setelah Tania selesai meminum tehnya, dia melihat Mbok Minah sudah menyiapkan satu nampan, " Nyonya, ketika kamu naik, antarkan tuan muda secangkir teh ginseng."
"Baiklah, terima kasih Mbok Minah."
Tania tahu Mbok Minah sedang membantunya.
Ketika Tania tiba di depan pintu ruang kerja, dia mengetuk pintu dengan ringan, ketika mendengar suara yang mengatakan masuk dari dalam, dia baru mendorong dan membuka pintu.
Ini adalah pertama kalinya dia memasuki ruang kerja, pandangan pertama langsung melihat Aswin, yang sedang mengenakan kacamata, menatap dua layar besar di atas meja.
Aswin menaikkan pandangan, melihat Tania yang masuk dari pintu dan menegakkan postur duduk di kursinya.
"Dapur sudah menyiapkan teh ginseng, aku membawakanmu satu mangkuk."
Melihat Aswin yang sedang sibuk, Tania langsung meletakkan teh ginseng di meja kopi yang ada di sisinya.
Dia pun duduk di sofa, melihat sisi wajah pria itu, hidung yang mancung, dagu yang sempurna, ditambah dengan kacamata berbingkai emas, mengurangi aura brutal yang biasanya dia miliki dan terlihat menjadi lebih terpelajar.
Aswin melepas kacamatanya dan memijit pelipisnya.
Setelah melihat ini, Tania menyerahkan teh ginseng ke tangan Aswin.
Aroma manis pada tubuh wanita itu secara perlahan mendekati Aswin, semakin lama semakin dekat.
Dia memiringkan kepala dan melihat rambut halus dan basah wanita ini, rambut yang menyebar di pundak, dengan pakaian tidur berwarna putih, yang dibuat basah oleh tetasan air yang jatuh dari rambut itu, pakaian dalam di dalamnya bisa terlihat dengan jelas, Aswin memejamkan mata, menelan ludah di tenggorokannya, dia dengan cepat mengambil teh gingseng dan meneguknya hingga habis dalam satu tegukan.
Tania berdiri di sisinya, tidak berani menatap langsung pria di sisinya, tidak melihat ada yang aneh pada pria ini, ketika melihat dia sudah menghabiskannya, dia pun membereskan mangkuk teh dan dengan ringan membawanya ke pintu dan berjalan keluar.
Perasaan Aswin saat ini menjadi berantakan, tidak bisa lagi fokus bekerja, dia pun kembali ke kamar dan menemukan di dalam kamar tidak ada orang, dia ingin pergi keluar untuk mencarinya, namun merasa terlalu sembrono.
Dia pun hanya bisa berjalan mondar-mandir di dalam kamar dan kemudian menemukan ada sebuah buku di atas sofa, dia memungut dan melihatnya, ini adalah buku "Lukisan Bunga dan Burung." Tidak disangka sudah semiskin ini masih memiliki keinginan untuk membaca karya-karya seni seperti ini.
Tania melihat Aswin, tidak menyangka dia akan pulang secepat itu, ketika dia mengantarkan nampan teh turun ke bawah, dia pun pergi berjalan-jalan singkat di halaman.
" Tuan Raharja."
“Semalam ini masih tidak ada di kamar, kemana kamu pergi?” Suara Aswin tidak kencang, namun membawa sebuah perasaan yang menekan.
"Aku pergi berjalan-jalan di bawah."
"Layani aku mandi."
Barney tidak berhutang padanya, kebalikannya dia baru saja menyelamatkannya.
Jika dibandingkan dengan Aswin, Tania merasa hubungannya dengan Barney lebih terasa seperti teman, lebih mudah berinteraksi. Karena dia sudah mengajukan diri untuk membantu, tentu saja dia meraih kesempatan ini, hanya saja tidak tahu apakah ini menyulitkannya.
Barney tersenyum dan berkata, "Ini bukan masalah yang sulit, kapan kamu ingin memindahkan nenek, aku akan membantu untuk mengurusnya."
Wajah Tania yang sebelumnya tegang itu akhirnya menampilkan senyuman, "Semakin cepat semakin baik. Kak, hutang budi kepadamu ini pasti akan aku balas."
"Adik ipar bisa bercanda, kita adalah satu keluarga, membantumu adalah hal yang sepantasnya."
"Oh ya, kak, tolong jangan beritahukan ini kepada orang lain."
Sejujurnya Tania takut Aswin mengetahui ini, akan buruk jika terjadi kecelakaan yang tidak diperlukan.
"Apakah adik kedua memperlakukanmu dengan baik? Ketika temperamennya sedang tidak baik, kelihatannya akan sulit didekati, namun setelah terbiasa akan membaik, bagaimanapun kamu adalah istrinya."
Tania tidak menyangka Barney akan membicarakan Aswin, " Dia memperlakukanku dengan sangat baik, kamu juga tahu pernikahan kami terlalu buru-buru, dia bisa membiarkanku masuk ke dalam keluarga Raharja sudah cukup banyak membantu, aku tidak ingin menambah masalah padanya."
"Ayo pergi, aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit."
Grup Perusahaan Raharja.
Setelah menyelesaikan satu rapat, ketika Aswin baru saja kembali ke kantor Presdir, dia melihat Indro yang masuk dengan wajah yang panik.
"Apakah kamu sudah menemukan sumber masalah di Belanda?"
Indro dibuat ketakutan hingga mengucurkan keringat pada dahinya, "Tidak...bukan itu Tuan Muda Raharja."
Sepertinya Aswin tidak terlalu mempedulikan masalah lain selain hal itu, "Sejak kapan kamu juga berubah menjadi lalai seperti ini."
Ketika terakhir kali memberikan informasi Henny kepada Tuan Muda, Indro tidak memeriksa foto-foto itu dengan teliti, kali ini dia baru mengetahui orang yang dinikahi Tuan Muda Raharja bukanlah Henny, melainkan Tania.
Dia takut Tuan Muda Raharja akan menjadi murka dan melemparnya dari atas gedung.
Beruntung informasi akan Tania ini menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang tidak bersalah, membuat hati yang tidak senang itu sedikit terhibur.
" Tuan Muda Raharja, Nyonya Raharja saat ini bukanlah Henny Dalmian, dia adalah kakaknya Tania Dalmian."
Indro memberikan dokumen dengan tangan yang gemetar, ketika Aswin melihat informasi ini, dia menggunakan pakaian menyeka dahinya dalam diam.
Aswin membaca ini sambil mengerutkan kening.
Menurut informasi, Tania berusia 22 tahun, baru saja lulus kuliah, selama belajar di universitas dia belajar sambil bekerja paruh waktu.
Walaupun keluarga Dalmian tidak termasuk dalam lingkaran keluarga terkaya di kota Tateyama ini, namun tidak seharusnya sampai membiarkan Nona muda keluarga Dalmian bekerja untuk mendapatkan uang kuliah, dia masih mengingat terakhir kali melihat informasi Henny, bahwa dia menghabiskan uang di luar negeri, perbedaan mereka berdua benar-benar sangat jauh.
Aswin tidak bisa menahan diri dan mendengus singkat.
" Tuan Muda Raharja, apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya?"
"Tidak perlu melakukan apapun, biarkan kesalahan ini."
Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, Aswin pulang kerja tepat waktu dan kembali ke Bay Garden untuk makan malam.
Pelayan di dapur sudah menyiapkan makanan, menyajikannya di atas meja, Mbok Minah pergi ke ruang kerja untuk mengajak Aswin turun untuk makan malam.
"Apakah Nyonya sudah kembali?"
Mbok Minah menatap Aswin dengan pandangan tidak percaya, ini adalah pertama kalinya dia mendengar Aswin bertanya banyak akan Nyonya Raharja. Dia pun menjawab: " Nyonya belum kembali. Aku akan menelponnya supaya dia cepat pulang."
"Tidak perlu."
Aswin menatap meja penuh dengan makanan, kemudian melihat ke tempat duduk Tania. Pada pagi hari, dia akan melihat wanita itu duduk di sana, ketika makan malam sendirian, terasa ada yang kurang, walaupun ketika makan pada satu meja yang sama pun mereka akan jarang berbicara.
Tania berada di rumah sakit dan baru kembali ketika jam sembilan malam, bagaimanapun Aswin biasanya tidak akan pulang ke rumah sebelum pukul sepuluh malam, dia memperhatikan waktu dengan baik.
Ketika dia baru masuk ke ruang tamu, Mbok Minah menghentikannya, " Nyonya, hari ini tuan muda kembali lebih awal, saat ini beliau berada di ruang kerja."
Tania yang mendengar Aswin kembali lebih awal ini, terlihat terkejut.
Dia pun naik ke atas dengan langkah yang ringan, di dalam kamar utama tidak ada orang, dia pun pergi mandi terlebih dahulu.
Beberapa saat terakhir, cuaca menjadi lebih panas, cuaca musim gugur yang panas ini seolah-olah kembali ke musim panas.
Tania tidak perlu lagi tidur di lantai, dia mengenakan sebuah rok tidur tipis berwarna putih, karena tidak ingin membuat suara yang terlalu bising di kamar, dia tidak menggunakan hairdryer, langsung menyeka rambut basahnya dengan handuk dan kemudian berjalan keluar.
Telepon rumah di dalam kamar berdering, Tania yang menjawab langsung mendengar ini adalah suara Mbok Minah.
" Nyonya, dapur sudah merebus teh ginseng, apakah kamu ingin turun meminumnya?"
Tania ragu-ragu sejenak, kemudian berkata, "Baiklah."
Biasanya Mbok Minah akan langsung membawa teh itu ke kamar, namun hari ini justru menyuruhnya untuk turun, dia tahu Mbok Minah tidak memiliki niat buruk untuknya, oleh karena itu dia menyanggupi untuk turun ke bawah.
Setelah Tania selesai meminum tehnya, dia melihat Mbok Minah sudah menyiapkan satu nampan, " Nyonya, ketika kamu naik, antarkan tuan muda secangkir teh ginseng."
"Baiklah, terima kasih Mbok Minah."
Tania tahu Mbok Minah sedang membantunya.
Ketika Tania tiba di depan pintu ruang kerja, dia mengetuk pintu dengan ringan, ketika mendengar suara yang mengatakan masuk dari dalam, dia baru mendorong dan membuka pintu.
Ini adalah pertama kalinya dia memasuki ruang kerja, pandangan pertama langsung melihat Aswin, yang sedang mengenakan kacamata, menatap dua layar besar di atas meja.
Aswin menaikkan pandangan, melihat Tania yang masuk dari pintu dan menegakkan postur duduk di kursinya.
"Dapur sudah menyiapkan teh ginseng, aku membawakanmu satu mangkuk."
Melihat Aswin yang sedang sibuk, Tania langsung meletakkan teh ginseng di meja kopi yang ada di sisinya.
Dia pun duduk di sofa, melihat sisi wajah pria itu, hidung yang mancung, dagu yang sempurna, ditambah dengan kacamata berbingkai emas, mengurangi aura brutal yang biasanya dia miliki dan terlihat menjadi lebih terpelajar.
Aswin melepas kacamatanya dan memijit pelipisnya.
Setelah melihat ini, Tania menyerahkan teh ginseng ke tangan Aswin.
Aroma manis pada tubuh wanita itu secara perlahan mendekati Aswin, semakin lama semakin dekat.
Dia memiringkan kepala dan melihat rambut halus dan basah wanita ini, rambut yang menyebar di pundak, dengan pakaian tidur berwarna putih, yang dibuat basah oleh tetasan air yang jatuh dari rambut itu, pakaian dalam di dalamnya bisa terlihat dengan jelas, Aswin memejamkan mata, menelan ludah di tenggorokannya, dia dengan cepat mengambil teh gingseng dan meneguknya hingga habis dalam satu tegukan.
Tania berdiri di sisinya, tidak berani menatap langsung pria di sisinya, tidak melihat ada yang aneh pada pria ini, ketika melihat dia sudah menghabiskannya, dia pun membereskan mangkuk teh dan dengan ringan membawanya ke pintu dan berjalan keluar.
Perasaan Aswin saat ini menjadi berantakan, tidak bisa lagi fokus bekerja, dia pun kembali ke kamar dan menemukan di dalam kamar tidak ada orang, dia ingin pergi keluar untuk mencarinya, namun merasa terlalu sembrono.
Dia pun hanya bisa berjalan mondar-mandir di dalam kamar dan kemudian menemukan ada sebuah buku di atas sofa, dia memungut dan melihatnya, ini adalah buku "Lukisan Bunga dan Burung." Tidak disangka sudah semiskin ini masih memiliki keinginan untuk membaca karya-karya seni seperti ini.
Tania melihat Aswin, tidak menyangka dia akan pulang secepat itu, ketika dia mengantarkan nampan teh turun ke bawah, dia pun pergi berjalan-jalan singkat di halaman.
" Tuan Raharja."
“Semalam ini masih tidak ada di kamar, kemana kamu pergi?” Suara Aswin tidak kencang, namun membawa sebuah perasaan yang menekan.
"Aku pergi berjalan-jalan di bawah."
"Layani aku mandi."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved