Bab 15 Orang Baru Terlambat

by Tatiana Angelique 16:37,Aug 19,2021
Mereka berdua tidur nyenyak sepanjang malam tanpa terjadi apa-apa.

Tania membuka mata, sesosok tinggi bergoyang di depannya, pria bertelanjang dada, bahu yang luas dan pinggang ramping, jelas itu segitiga terbalik, bokong dan otot yang telah lama berada di atas kursi roda berkembang baik, dia hanya berbaring di atas ranjang dan diam-diam melihatnya lagi. Tidak menyangka tiba-tiba Aswin berbalik, berhadapan dengan dua matanya yang bersinar terang.

Raut wajah Tania memerah, tatapan mata mulai melayang, membuka bibir berkata: “Kamu sudah bangun.”

Wajah Aswin tetap datar sekali mengatakan “ya”, lalu segera turun ke lantai bawah.

Tania bangun, bergegas cuci wajah, kemudian pergi ke ruang ganti untuk mencari pakaian.

Dia tidak berani mengenakan pakaian Hermes Official untuk pergi kerja, begitu sungguh terlalu menarik perhatian, kemarin hari pertama bekerja, sudah digertak orang, jadi pasti harus lebih rendah hati lagi.

Dia mengenakan pakaian yang dulu dikenakan dalam keluarga Dalmian lagi, meskipun itu adalah pakaian biasa, juga memperlihatkan kesederhanaan di tubuhnya, tidak bisa menyembunyikan kecantikannya dari dalam ke luar.

Setelah ganti pakaian, melihat ke luar jendela terlihat agak basah, kelihatannya hujan agak deras, daun-daun pohon ginkgo di halaman mulai berubah warna, setelah diguyur oleh air hujan, jatuh hingga tanah penuh keemasan.

Setelah dia turun ke bawah, melihat Aswin sudah akan pergi, maju ke depan untuk bertanya: “Apakah aku bisa ikut mobilmu untuk pergi ke perusahaan? Hari ini hujan.”

“Kamu jangan keterlaluan, kemarin karena melihatmu hari pertama masuk kerja baru membiarkanmu ikut naik mobil, mulai sekarang kamu pergi ke perusahaan sendiri, bukankah selalu berpikir ingin bekerja di luar? Jika kamu bekerja di luar, apakah bisa minta naik mobil bos untuk pergi kerja?”

“ Aswin, di rumah, kita juga termasuk mitra kerja sama bukan? Di perusahaan kamu baru bosku.”

“Kamu harus tahu situasi, sekarang bukan aku yang mohon padamu melainkan kamu yang mohon padaku.”

Pria selesai bicara, naik mobil sendiri, meninggalkan Tania yang penuh kekacauan di belakang.

Jika dikatakan memang dirinya yang membutuhkan dia, sedangkan bagi Aswin keberadaannya tidaklah penting, walau tanpa dia sebagai Nyonya Raharja.

Indro tidak paham, jelas-jelas kemarin pagi masih khusus berpesan padanya agar membiarkan nyonya naik mobil bersama, meskipun setelah tiba di depan perusahaan meminta nyonya untuk turun dulu, pada saat itu, kelihatannya suasana hati Aswin juga cukup baik.
Tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh nyonya sehingga membuatnya marah, cuaca hari ini begitu buruk, malah membiarkan nyonya sendirian pergi bekerja, jelas ini disengaja.

Indro tidak tahan melihatnya lagi, berkata dengan suara pelan: “ Tuan Muda Raharja, kalau tidak, minta supir lain yang mengantar nyonya saja?”

“Diam, cepat mengemudi.”

Indro tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.

......

Tania tiba di Grup Perusahaan Raharja, melihat pintu lift sudah akan tertutup, dia brgegas masuk ke dalam, jika menunggu lift berikutnya, kemungkinan sudah akan terlambat.

Dia baru saja berjalan ke depan ruang kantor, langsung bertemu Irvin yang berdandanan cantik dan mempesona.

Tania sambil tersenyum mengatakan: “Pagi, Sekretaris Irvin.”

“Sebagai orang baru, hari kedua sudah berani terlambat, kamu cukup hebat juga.”

Tania melihat waktu sekilas, masih ada waktu beberapa menit sebelum jam 9, “Mungkin waktu di jam Sekretaris Irvin tidak diatur dengan benar, sekarang masih belum sampai jam kerja.”

Irvin tidak menyangka wanita ini bahkan berani melawannya, meskipun dia adalah Asisten Tingkat Tiga, setidaknya adalah orang di sisi Presdir, bahkan pemimpin dari departemen lain juga akan lebih segan padanya, tetapi malah dilawan oleh orang baru, bagaimana dia rela.

Tania tidak lanjut bicara dengan Irvin, langsung pergi ke tempat sendiri.

Kemarin dia sudah lembur sampai dini hari, hari ini pagi-pagi suasana hati sudah buruk, naik bus sampai perusahaan, masih dimarahi oleh rekan kerja, di dalam hati juga penuh amarah, seketika tidak bisa menahan diri dan melawan Irvin beberapa kata.

Begitu Tania tiba di ruang kantor langsung melihat setumpuk dokumen baru yang ada di depan mejanya, kertas catatan di atas menunjukkan bagian yang perlu diperiksa, kemarin ketika begadang rasanya mata sudah hampir buta, kemarin juga tidur tidak lama, sekarang kepalanya masih agak pusing, sungguh takut terjadi kesalahan.

Siapa yang suruh dia baru mulai bekerja, tidak ada pengalaman, hanya bisa melakukan beberapa pekerjaan berat yang tidak membutuhkan keterampilan.

Sepanjang pagi duduk diam di tempatnya, ketika tiba jam makan siang, dirinya sudah kelaparan sekali, tadi pagi memang telah dibuat kesal oleh pria itu hingga hanya minum segelas susu langsung tergesa-gesa jalan.

Ketika dia sampai di kantin karyawan, sedang puncaknya orang-orang makan, antri agak lama baru sampai giliran dirinya.

Dia memesan seporsi jamur sayur kering, seporsi tomat tumis telur, ditambah seporsi nasi putih, sudah lama sekali dia tidak makan sebanyak ini, takutnya jika pekerjaan hari ini tidak terselesaikan, maka akan menunda jam pulang kerja lagi, pada malam hari kantin karyawan tidak buka, tiba saat itu mungkin masih harus makan di luar, terlalu menunda waktu, dia masih ingin melihat neneknya setelah pulang kerja.

Tania memegang piring makan, sedang mencari tempat duduk kosong untuk duduk, mendengar orang-orang di sekitar membisikkan sesuatu, banyak orang yang melihat ke pintu masuk kantin.

Dia mendongak dan melihat sekelompok orang sedang mengelilingi Aswin, penuh gaya, sedang berjalan ke arah samping jendela kantin.

Sudah hampir bertemu, Tania menoleh, langsung berjalan ke arah berlawanan, tapi tidak sengaja malah menginjak genangan air, dia mengenakan sepatu hak tinggi 5 cm, pada saat tergelincir, sama sekali tidak sempat merespon, suara terjatuh, seluruh tubuhnya terbaring telentang di lantai, satu piring makanan tumpah ke dirinya sendiri, mata semua orang yang ada di kantin di alihkan ke arahnya.

Dia ingin segera bangkit, mengulurkan tangan untuk menopang kursi yang ada di sebelahnya, lalu melihat orang yang duduk di atas bangku adalah Irvin.

Pada saat ini, Tania melihat sepasang sepatu kulit mengkilap di lantai, sepasang kaki lurus panjang sedang berjalan ke arahnya.

Irvin bangun dengan cepat, mendekat untuk menuntun Tania bangkit, wajah penuh perhatian bertanya: “ Tania, mengapa begitu tidak berhati-hati, apakah ada yang terluka?”

“Terima kasih, tidak apa-apa.”

Irvin berbalik dan melihat ke arah Aswin, “ Presdir, ini adalah Tania dari departemen kami, barusan dia tidak hati-hati sehingga terjatuh, kamu tenang saja, aku akan baik-baik menjaganya.”

Aswin tidak bicara, memberi sedikit isyarat pada Irvin, lalu membawa sekelompok orang yang ada di belakang pergi begitu saja.

Dia baru datang dua hari, masih belum meletakkan baju ganti di perusahaan, ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan olehnya, sekarang hanya bisa pulang ke rumah sejenak.

Tania minta cuti pada Irvin, tergesa-gesa meninggalkan perusahaan, keluar dan naik taksi pulang ke rumah.

Mbok Chusnul melihat seluruh tubuh Tania yang menyedihkan sekali, segera bertanya, “Nonya kamu kenapa?”

“Tidak apa-apa, saat makan tidak berhati-hati sehingga tumpah.

“Nyonya belum makan bukan, aku akan minta bagian dapur memasak untukmu.”

“Baik, terima kasih Mbok Minah.”

Tania naik ke lantai atas, langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Melepaskan pakaian, kecuali bekas ciuman yang ditinggalkan di tubuhnya beberapa hari lalu, masih belum hilang semuanya, sepertinya tidak ada luka luar lain, untungnya pantat yang mendarat di lantai, dia memiringkan pinggulnya, daging di pantat tebal sekali, kalau tidak, begitu jatuh dengan keras maka tulang ekor juga pasti akan pecah.

Dia makan siang di rumah lalu naik taksi kembali ke perusahaan.

Baru saja sampai ruang kantor, rekan kerja yang ada di sebelah, berbisik padanya: “ Kak Marlin mencarimu.”

Marlin memiliki peringkat teratas di antara semua sekretaris, paling dihormati oleh Aswin.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1119