Bab 11 Uang Ini, Anggap Saja Mahar (Bagian Pertama)
by Fakhrusnissa
17:03,Jul 07,2021
" Quina, kita adalah suami istri, kelak harus bersama selamanya, ini adalah kenyataan yang tidak bisa berubah, kamu harus membuka hatimu menerimaku, harus perlahan membiasakan keberadaanku." Ucap Ezra dengan tegas dan dominan.
Tidak berharap Quina memperlakukannya seperti orang asing begitu segan, sopan, dan menghormati.
Di dalam suasana yang mencekam begini, melihat pria yang anggun dan dingi di hadapannya, Quina sepertinya hanya mengangguk, "Mhm, aku mengerti."
"Mhm." Ezra berdehem membalasnya, dia senang terhadap rekasi Quina yang seperti ini.
Kesepakatan tercapai!
Ezra sambil makan, sesekali melayani Quina, mengupaskan kepiting, lobster, meskipun mereka jarang berbicara, tapi suasana makan malam sangat bagus.
Setelah makan malam, Ezra membawanya pulang.
Di depan pintu kompleks Sadewa.
Quina melepaskan sabuk pengaman, sepertinya teringat sesuatu, "Oh, benar, kalau kamu tidak buru-buru kembali ke markas, apa bisa menunggu belasan menit?"
"20 menit." Ezra mengangkat lengannya melihat jam tangannya.
"Kalau begitu kamu tunggu di sini."
Setelah mengatakannya, Quina langsung buru-buru turun dari mobil, berjalan masuk ke dalam komplek.
Sesampai di rumah, melihat kedua orangtuanya duduk di sofa menonton beriita, sesekali saling memandang dan berbicara, sangat romantis dan hangat.
Di dalam ingatannya, orangtuanya tidak pernah bertengkar, tidak pernah saling marah...... Entah apakah karena sudah menikah, Quina tiba-tiba merasa sedikit tersentuh----
Bergandengan denganmu sampai hari tua, kurang lebih mungkin seperti ini.
Ibu Libra melihat putrinya kembali, langsung berkata, " Quina, kamu sudah pulang? Kenapa tidak suruh Ezra naik ke atas duduk sebentar?"
"Ehm, Ibu......Nanti dia harus kembali ke markas, aku kembali mengambilkan barang untuknya." Quina memegang hidungnya dan menjawab.
"Kalau begitu cepat, jangan membuatnya menunggu." Ayah Libra mendesak.
“Mhm."
Quina buru-buru masuk ke dalam kamar, lalu cepat sekali sudah keluar dan meninggalkan rumah.
Sesampai di depan pintu komplek, melihat mobil Ezra masih di sana, dia terengah-engah berjalan mendekat, mengeluarkan selembar giro dari tasnya.
"Ini......kukembalikan padamu."
Matanya menjadi kelam dan dingin, Ezra tidak mengambilnya, malah melihat wajahnya, "Apa maksudnya?"
Quina menggigit bibir, ragu sejenak, baru berkatwa, "Sebelumnya aku bilang padamu bahwa keluargaku punya banyak utang itu hanya membohongimu, cepat kemballikan uang ini pada orang lain."
Minggu lalu dia pergi ke bank memeriksa, menyadari bahwa giro ini sungguhan, ini milik Group keluarga Alison.
Sedagkan mobil yang dia bawa hari ini bukanlah rolls-royce, melainkan mobil Passat terbaru seharga 400 juta, saat makan tadi Quina tanya, dia jawab bahwa mobil ini pinjaman.
Oleh karena itu dia menganggap uang ini pasti dipinjam juga.
"Uang ini punyaku, anggap saja sebagai mahar." Ucapnya dingin.
Sebelumnya tidak bisa menghubungi Vito, makanya dia meminta keluarga ibunya---Group keluarga Alison untuk membukakan selembar giro.
Tak disangka wanita ini mengira ini adalah uang pinjaman.
Quina malah salah paham dengan perkataannya, membesarklan matanya dengan terkejut berseu, "Kamu, kamu mendapatkan uang ini secara ilegal?"
Pantas saja dia seorang tentara, malah bisa mentraktirnya makan seafood mewah......
"......"
Bibir Ezra yang diingin mengejang.
Sesaat kemudian:
"Bukan. Kondisi keluargaku sedikit rumit, nanti kalau ada waktu baru kujelaskan padamu." Dia melihat waktunya, lalu berkata, "Uang ini kamu simpan sendiri, atau berikan kepada Ibu atau Bapak Mertua, aku kembali ke markas dulu."
Setelah itu, lalu membelokkan mobilnya dengan keren, melaju pergi.
......
Quina pulang sekolah langsung kembali ke kantor, baru saja duduk sebentar, melihat Kepala Departemen membawa seorang wanita cantik dan seksi masuk kemari.
Tubuh wanita itu tinggi dan langsung, mengenakan gaun ramping versace menonjolkan lekukan tubuhnya yang anggun dan jelas, rambut merah bergelombang besar terurai, wajah yang cantik juga dibarengi dengan riasan tipis.
Wanita yang cantik dan seksi.
"Semuanya, hentikan pekerjaan kalian." Ucapan Kepala Departemen menarik perhatian semua Guru, berkata lagi, "Aku perkenalkan sebentar guru baru, Tyas Libra."
"Halo semuanya, namaku Tyas Libra, merupakan guru magang di departemen seni, kelak kita semua adalah rekan kerja, jika ada kesalahan, mohon bimbingan semua senior." Tyas memasang senyuman indah dan elegan, sikapnya sangat rendah hati.
Tatapan tanpa jejak melewati Quina, bibir berwarna merah mawar itu tersenyum.
"Selamat datang! Kelak kita punya dua orang Ibu Libra, keduanya adalah guru magang, sungguh sangat berjodoh." ibu Zarah tersenyum ramah.
Dia berjalan ke arah Tyas, menjulurkan tangam "Halo, namaku Zarahwati Saras, guru politik."
"Halo, kelak mohon bimbingan ibu Zarah." Tyas tersenyum tipis, menjabat tangan ibu Zarah.
Selanjutnya, dia menyapa siatu per satu guru di dalam kantor.
Pada akhirnya, Tyas berdiri di depan meja Quina, menjulurkan tangan kanannya, dengan penuh makna berkata, "Kamu Ibu Libra yang sama marga denganku, 'kan? Aku Tyas, senang bertemu denganmu."
"Halo, aku Quina." Quina tersenyum lembut sambil berdiri, baru saja ingin menjulurkan tangan bersalaman, Tyas tiba-tiba langsung menarik tangannya, berbalik dan berkata dengan guru lainnya, "Oh, benar, aku membawakan hadiah untuk semua guru, aku lupa bawa dari mobil, mohon tunggu sebentar, aku pergi ambil sekarang."
Quina menarik tangannya dengan sedikit canggung, melihat punggung Tyas yang menjauh, juga tidak berpikir terlalu banyak, hanya kembali duduk di kursi.
Tidak lama kemudian, Tyas membawa beberapa kantong kembali ke kantor, membagikan hadiah untuk para guru di kantor, kesan baik para Guru terhadapnya pun bertambah.
Setelah membagikan hadiah, dia berseru terkejut, dengan segan berkata, "Ibu Libra sungguh maaf, aku tidak tahu ada berapa guru di dalam kantor, kamu tidak kebagian hadiahnya......"
"Hadiah tidak penting, yang penting Ibu Libra punya niat ini." Quina tersenyum ramah.
Tyas tak bisa menahan diri berkata, "Kalau begitu nanti siang aku traktir makan siang, tidak boleh menolak, anggap sebagai permintaan maaf karena aku tidak memberimu hadiah."
Quina melihatnya bersikeras, tidak mengatakan apa pun, hanya menunduk.
......
Siang hari, di restoran kantin.
"Oh, benar, Ibu Quina, dengar-dengar hari Jumat lalu ada acara makan malam Universitas R, aku juga ada pergi, tapi sepertinya tidak melihatmu." Tyas mengangkat pupilnya melihat Quina, sepertinya berkata tanpa sengaja.
Sendok sup Quina terjatuh ke meja kantin, wajahnya yang putih menjadi panik.
"Saat itu ada sedikit masalah, aku duluan meninggalkan acara." Ucapnya sambil menunduk dan merasa bersalah.
Hari Jumat lalu, malam yang konyol......
"Oh, benarkah?" Tyas tersenyum lembut sambil bertanya, matanya memancarkan kilau dingin.
Ezikra langsung terduduk dii sebelah Quina, tersenyum lembut berkata, "Ibu Quina, kebetulan sekali."
Tidak berharap Quina memperlakukannya seperti orang asing begitu segan, sopan, dan menghormati.
Di dalam suasana yang mencekam begini, melihat pria yang anggun dan dingi di hadapannya, Quina sepertinya hanya mengangguk, "Mhm, aku mengerti."
"Mhm." Ezra berdehem membalasnya, dia senang terhadap rekasi Quina yang seperti ini.
Kesepakatan tercapai!
Ezra sambil makan, sesekali melayani Quina, mengupaskan kepiting, lobster, meskipun mereka jarang berbicara, tapi suasana makan malam sangat bagus.
Setelah makan malam, Ezra membawanya pulang.
Di depan pintu kompleks Sadewa.
Quina melepaskan sabuk pengaman, sepertinya teringat sesuatu, "Oh, benar, kalau kamu tidak buru-buru kembali ke markas, apa bisa menunggu belasan menit?"
"20 menit." Ezra mengangkat lengannya melihat jam tangannya.
"Kalau begitu kamu tunggu di sini."
Setelah mengatakannya, Quina langsung buru-buru turun dari mobil, berjalan masuk ke dalam komplek.
Sesampai di rumah, melihat kedua orangtuanya duduk di sofa menonton beriita, sesekali saling memandang dan berbicara, sangat romantis dan hangat.
Di dalam ingatannya, orangtuanya tidak pernah bertengkar, tidak pernah saling marah...... Entah apakah karena sudah menikah, Quina tiba-tiba merasa sedikit tersentuh----
Bergandengan denganmu sampai hari tua, kurang lebih mungkin seperti ini.
Ibu Libra melihat putrinya kembali, langsung berkata, " Quina, kamu sudah pulang? Kenapa tidak suruh Ezra naik ke atas duduk sebentar?"
"Ehm, Ibu......Nanti dia harus kembali ke markas, aku kembali mengambilkan barang untuknya." Quina memegang hidungnya dan menjawab.
"Kalau begitu cepat, jangan membuatnya menunggu." Ayah Libra mendesak.
“Mhm."
Quina buru-buru masuk ke dalam kamar, lalu cepat sekali sudah keluar dan meninggalkan rumah.
Sesampai di depan pintu komplek, melihat mobil Ezra masih di sana, dia terengah-engah berjalan mendekat, mengeluarkan selembar giro dari tasnya.
"Ini......kukembalikan padamu."
Matanya menjadi kelam dan dingin, Ezra tidak mengambilnya, malah melihat wajahnya, "Apa maksudnya?"
Quina menggigit bibir, ragu sejenak, baru berkatwa, "Sebelumnya aku bilang padamu bahwa keluargaku punya banyak utang itu hanya membohongimu, cepat kemballikan uang ini pada orang lain."
Minggu lalu dia pergi ke bank memeriksa, menyadari bahwa giro ini sungguhan, ini milik Group keluarga Alison.
Sedagkan mobil yang dia bawa hari ini bukanlah rolls-royce, melainkan mobil Passat terbaru seharga 400 juta, saat makan tadi Quina tanya, dia jawab bahwa mobil ini pinjaman.
Oleh karena itu dia menganggap uang ini pasti dipinjam juga.
"Uang ini punyaku, anggap saja sebagai mahar." Ucapnya dingin.
Sebelumnya tidak bisa menghubungi Vito, makanya dia meminta keluarga ibunya---Group keluarga Alison untuk membukakan selembar giro.
Tak disangka wanita ini mengira ini adalah uang pinjaman.
Quina malah salah paham dengan perkataannya, membesarklan matanya dengan terkejut berseu, "Kamu, kamu mendapatkan uang ini secara ilegal?"
Pantas saja dia seorang tentara, malah bisa mentraktirnya makan seafood mewah......
"......"
Bibir Ezra yang diingin mengejang.
Sesaat kemudian:
"Bukan. Kondisi keluargaku sedikit rumit, nanti kalau ada waktu baru kujelaskan padamu." Dia melihat waktunya, lalu berkata, "Uang ini kamu simpan sendiri, atau berikan kepada Ibu atau Bapak Mertua, aku kembali ke markas dulu."
Setelah itu, lalu membelokkan mobilnya dengan keren, melaju pergi.
......
Quina pulang sekolah langsung kembali ke kantor, baru saja duduk sebentar, melihat Kepala Departemen membawa seorang wanita cantik dan seksi masuk kemari.
Tubuh wanita itu tinggi dan langsung, mengenakan gaun ramping versace menonjolkan lekukan tubuhnya yang anggun dan jelas, rambut merah bergelombang besar terurai, wajah yang cantik juga dibarengi dengan riasan tipis.
Wanita yang cantik dan seksi.
"Semuanya, hentikan pekerjaan kalian." Ucapan Kepala Departemen menarik perhatian semua Guru, berkata lagi, "Aku perkenalkan sebentar guru baru, Tyas Libra."
"Halo semuanya, namaku Tyas Libra, merupakan guru magang di departemen seni, kelak kita semua adalah rekan kerja, jika ada kesalahan, mohon bimbingan semua senior." Tyas memasang senyuman indah dan elegan, sikapnya sangat rendah hati.
Tatapan tanpa jejak melewati Quina, bibir berwarna merah mawar itu tersenyum.
"Selamat datang! Kelak kita punya dua orang Ibu Libra, keduanya adalah guru magang, sungguh sangat berjodoh." ibu Zarah tersenyum ramah.
Dia berjalan ke arah Tyas, menjulurkan tangam "Halo, namaku Zarahwati Saras, guru politik."
"Halo, kelak mohon bimbingan ibu Zarah." Tyas tersenyum tipis, menjabat tangan ibu Zarah.
Selanjutnya, dia menyapa siatu per satu guru di dalam kantor.
Pada akhirnya, Tyas berdiri di depan meja Quina, menjulurkan tangan kanannya, dengan penuh makna berkata, "Kamu Ibu Libra yang sama marga denganku, 'kan? Aku Tyas, senang bertemu denganmu."
"Halo, aku Quina." Quina tersenyum lembut sambil berdiri, baru saja ingin menjulurkan tangan bersalaman, Tyas tiba-tiba langsung menarik tangannya, berbalik dan berkata dengan guru lainnya, "Oh, benar, aku membawakan hadiah untuk semua guru, aku lupa bawa dari mobil, mohon tunggu sebentar, aku pergi ambil sekarang."
Quina menarik tangannya dengan sedikit canggung, melihat punggung Tyas yang menjauh, juga tidak berpikir terlalu banyak, hanya kembali duduk di kursi.
Tidak lama kemudian, Tyas membawa beberapa kantong kembali ke kantor, membagikan hadiah untuk para guru di kantor, kesan baik para Guru terhadapnya pun bertambah.
Setelah membagikan hadiah, dia berseru terkejut, dengan segan berkata, "Ibu Libra sungguh maaf, aku tidak tahu ada berapa guru di dalam kantor, kamu tidak kebagian hadiahnya......"
"Hadiah tidak penting, yang penting Ibu Libra punya niat ini." Quina tersenyum ramah.
Tyas tak bisa menahan diri berkata, "Kalau begitu nanti siang aku traktir makan siang, tidak boleh menolak, anggap sebagai permintaan maaf karena aku tidak memberimu hadiah."
Quina melihatnya bersikeras, tidak mengatakan apa pun, hanya menunduk.
......
Siang hari, di restoran kantin.
"Oh, benar, Ibu Quina, dengar-dengar hari Jumat lalu ada acara makan malam Universitas R, aku juga ada pergi, tapi sepertinya tidak melihatmu." Tyas mengangkat pupilnya melihat Quina, sepertinya berkata tanpa sengaja.
Sendok sup Quina terjatuh ke meja kantin, wajahnya yang putih menjadi panik.
"Saat itu ada sedikit masalah, aku duluan meninggalkan acara." Ucapnya sambil menunduk dan merasa bersalah.
Hari Jumat lalu, malam yang konyol......
"Oh, benarkah?" Tyas tersenyum lembut sambil bertanya, matanya memancarkan kilau dingin.
Ezikra langsung terduduk dii sebelah Quina, tersenyum lembut berkata, "Ibu Quina, kebetulan sekali."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved