Bab 9 Aku adalah Suamimu (Bagian Pertama)

by Fakhrusnissa 17:03,Jul 07,2021
Quina sebagai guru terkejut hingga terdiam, dengan gemetaran mengeluarkan ponsel berkata, " Dik Okto, bertahanlah, aku, aku akan menelepon ambulans......"

Pengetahuan biologis berkata bahwa bagian itu pria sangat sensitif dan lemah, jika terluka maka akan merasakan sakit selama berjam-jam. cedera parah, atau akan lumpuh, yang paling serius bisa menyebabkan meninggal.

Ezikra merebut ponselnya, melihat wajahnya yang pucat, dalam hatinya merasa sedih, "Tidak perlu, tidak begitu serius hingga harus pergi ke rumah sakit."

Dia hanya ingin menggunakan kesempatan ini mengghodanya, tapi kalau membuatnya tidak tenang bukanlah tujuan Ezikra.

Lagi pula, kalau dia sungguh pergi ke rumah sakit, kalau Keluarga Okto tahu, pasti akan meminta pertanggungjawaban kepada sekolah, maka dia sebagai Guru Magang pasti akan dihukum oleh sekolah, bahkan juga mungkin dipecat.

Ini bukan hasil yang ingin dia dapatkan.

"Tidak pergi ke rumah sakit, bagaimana jika kau pergi ke UKS? Ibu akan menanggung biayanya." Quina melihat wajahnya masih kesakitan, berkata dengan tidak tenang.

"Masih tidak selemah itu." Setelah rasa sakitnya membaik, Ezikra baru mengembalikan ponsel padanya, pelan-pelan membungkuk dan membantunya mengambil buku yang berjatuhan, sambil berkata, "Tapi lain hari kamu harus mentraktirku makan, anggap sebagai penebusan dosa karena kamu menendangku."

Karena Ezikra sudah berkata demikian, ditambah memang dia yang salah, Quina hanya bisa mengangguk dalam diam.

"Sudah seharusnya." Ucap Quina dengan lamban.

"Kalau begitu kita sepakat." Ezikra memasang senyuman yang sangat menggoda, kilau kejam melintasi tatapannya, lalu menyodorkan buku yang sudah diambilnya kepada Quina.

"Sampai jumpa Ibu Quina !" Dia menyolek hidung Quina dengan penuh makna, lalu pergi meninggalkan kelas.

--------------

Quina kembali ke kantor, memikirkan tadi dia menendang Ezikra, hatinya tetap tidak tenang.

Setelah berpikir, dia merasa lebih baik menelepon Ezikra menyuruhnya pergi ke rumah sakit, agar nanti tidak muncul gejala sisa.

Baru saja mengeluarkan ponsel, suara dering ponsel tiba-tiba berbunyi, mengejutkannya hingga hampir menjatuhkan ponsel.

Menepuk dadanya pelan, melihat nama yang tertera di layar, itu adalah Ezra.

Dia ragu sejenak, lalu mengangankat:

"Halo?" Tanya Quina dengan penasaran.

"Sudah makan belum?" Di ujung sana, pria itu bertanya dengan nada tenang.

"Sudah mau, ada apa mencariku?" Tanya Quina dengan berhati-hati, terhadap aura pria yang dominan dan agresif ini, dia sedikit takut.

Sedikit bertanya-tanya bagaimana pria ini bisa punya nomor ponselnya?

Ezra tidak menjawab pertanyaannya, nadanya serius bertanya balik, "Apakah sesuatu menimpamu?"

"Ah? Tidak apa-apa, kenapa kamu bertanya begitu?" Dia memegang hidungnya dan bertanya dengan merasa bersalah.

"Nada bicaramu hari ini aneh." Ucapnya dengan dingin.

Quina menaikkan alisnya, luar biasa, mengapa pria ini bisa begitu sensitif? Bahkan dari telepon juga bisa merasakan keanehannya.

Menenangkan hatinya, dia berkata, "Tidak apa-apa, hanya saja bertemu dengan murid yang sedikit memusingkan, tapi sekarang sudah tidak apa-apa, hanya saja suasana hatiku masih belum membaik."

Dalam hatinya berbicara sendiri: Lagi pula penjelasan begini juga tidak termasuk berbohong.

"Sekarang aku adalah suamimu, kelak kalau ada masalah ingat beri tahu aku." Nada bicaranya sangat serius dan tegas, setelah itu, dia mengatakan lagi, "Sekarang kamu pergi makan, aku kembali bekerja dulu."

Setelah itu, dia pun mengakhirinya.

Wajah Quina panas, Ezra meneleponnya, hanya ingin bertanya apakah dia sudah makan belum?

Tampaknya suami secara hukumnya ini lumayan perhatian.

.............

Kantin Universitas R.

" Ezikra, hari ini kamu menyatakan cinta kepada ibu Libra, berhasil tidak?" Tanya Aldio dengan penasaran dan panik.

Melihat tatapan memperingati tiba-tiba mengarah padanya, Aldio dalam sekejap menciut.

Dalam hati berkata: Tampaknya gagal......

Bowie memperhatikan ada sesuatu yang janggal, langsung berubah menjadi ahli percintaan, mulai memberikan komentar panjang:

" Ezikra, jangan berhati kecil jika gagal; pepatah mengatakan kegagalan adalah ibu kesuksesan, semakin mudah didapatkan akan semakin mudah, karena tidak mengerti untuk menghargai, semakin sulit didapatkan, maka kau akan semakin menghargai, kamu pikirkan, kalau Ibu Libra begitu mudah kau dapatkan, maka itu bukan Ibu Libra yang kau sukai, berbesar hati, semangat!"

Teman sekolah di kelas memanggil Quina sebagai Ibu Libra, hanya Ezikra memanggilnya Ibu Quina ; selain dia, siapa pun yang berani memanggil Quina sebagai Ibu Quina, maka akan terkena imbasnya.

Tapi dari poin ini bisa dilihat seberapa dominan dan bandelnya, terhadap Ibu Libra ada perasaan istimewa dan lebih menyukai.

Tapi dia bingung, mengapa Ezikra bisa menyukai Ibu Libra yang lebih tua lima tahun darinya?

Mungkin karena orangtuanya mati muda, jadi, kekurangan cinta.

"Kamu ini banyak bicara sekali." Nada bicara Ezikra tidak senang, lalu dengan ambigu berkata, "Hari Jumat makan bersama Ibu Quina."

Pria adalah makhluk gengsian, sangat mementingkan harga diri, Ezikra sebagai bos mereka, menolak membiarkan mereka tahu bahwa cintanya sudah ditolak.

Memikirkan Quina membohonginya bilang bahwa " Quina sudah menikah, meskipun tahu kalau palsu, dalam hatinya juga tidak begitu enak, sepertinya tertusuk oleh jarum.

"Kan sudah kubilang, kegagalan ibu dari kesuksesan apanya, semuanya mudah bagi Ezikra, asal Ezikra turun tangan, pasti akan sukses tak akan gagal."

Aldio menganggap Ezikra berhasil, merasa senang untuknya.

Suaranya baru terdengar, pesan pendek berdering di ponsel Ezikra.

Dia meliihatnya---pengirim: Paman kedua.

Awalnya tatapan hangat berubah menjadi dingin yang penuh dengan kebencian, tanpa ekspresi membuka pesan---Hari Minggu kembali ke Keluarga Okto makan bersama, ada hal yang mau diumumkan.

Dia menggenggam erat ponselnya, ingin sekali rasanya menghancurkannya.

Selanjutnya langsung memasukkan ponsel ke dalam kuali sup di dalam-----hancur lebur.

Lalu tanpa bicara apa pun langsung berdiri dan pergi.

Aldio dan yang lainnya saling bertatapan, "Ada apa dengannya?"

Suasana hatinya berubah dengan cepat.

"Hm...... Aku tebak pasti pesan dari walinya.“ Bowie memegang hidungnya dengan pelan berkata, dia sudah lama kenal dengan Ezikra, yang diketahui jauh lebih banyak dari mereka.

Biasanya, Ezikra tidak hanya tidak suka menunjukkan identitas di sekolah, malah sengaja menyembunyikan: Meskipun dunia luar penasaran padanya, tapi sesungguhnya tahu latar belakangnya, selain beberapa direksi sekolah, hanya beberapa teman baiknya.

Selain kedua orangtuanya meninggal muda, lalu tuan muda kedua Okto menjadi wali.

Tapi Ezikra dari awal sampai akhir menganggap Paman kedua seperti musuh.

Mengenai mengapa paman keponakan ini bisa menjadi begini, mereka tidak tahu......

......

Pulang sekolah sore hari, Quina baru keluar dari pintu besar sekloah, sebuah mobil hitam yang telah diparkir di sisi jalan perlahan menuju ke arahnya.

Dia tidak melihat orang di mobil, nalurinya menghindar, sebuah suara perintah yang dingin tiba-tiba terdengar dari dalam mobil:

"Naik!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1112