Bab 2 Nikahlah Denganku (2)
by Fakhrusnissa
17:03,Jul 07,2021
Quina membelalak kaget mendengarnya.
Sebaik itu?
Harta ratusan triliun?
Jangan-jangan Ezra adalah penipu, ingin menipu dia yang sedikit cantik dan dijual di tempat lelang bawah tanah?
“Kualifikasimu benar sebagus itu?” Quina bertanya dengan ragu, wajah kecilnya penuh dengan kecurigaan.
“Benar! Kamu hanya perlu jaga stamina, setiap malamnya ladeni aku sampai nyaman.” Ezra menambahkan satu persyaratan.
“Entah yang kamu katakan itu palsu, entah otakmu yang bermasalah.” Quina menarik kesimpulan.
Dia merasa pria ini sungguh sudah gila.
Lagipula, jika benar sebaik yang Ezra katakan, ditambah dengan tampang yang sempurna itu, maka wanita yang ingin menerkam Ezra pasti sudah sepanjang lautan, mana perlu memaksa dia untuk menikah dengannya?
Ezra mengabaikan makian Quina, telapak tangan besarnya menggenggam pinggang Quina yang ramping dan lunak, malas untuk berdebat dengannya.
“Tunggu, kamu bawa aku pergi ke, ke mana?”
Quina bertanya dengan gelisah sambil meronta, tetapi tidak dapat membebaskan diri dari kekangan telapak tangan besar Ezra di pinggangnya.
“Kantor Catatan Sipil.” Ezra membuka pintu.
“Tidak!!!” Quina segera mengerahkan semua tenaga memeluk pintu, berjuang mati-matian melawan sambil berkata, “Aku tidak nikah, aku tidak mau nikah. Tuan, aku adalah gadis baik yang bertata krama, mohon kamu pergi celakai orang lain saja.”
Sialan! Dia sudah mengatakan begitu banyak, kenapa pria ini tidak bisa mendengarkan sama sekali?
Lagipula yang nikah kilat, sembilan puluh sembilan persen diakhiri dengan bercerai.
Ezra terdiam selama beberapa detik….
Tiba-tiba dia berkata dengan sangat serius, “Kemarin malam kamu tiduri aku.”
“Apa?” Quina tidak bisa mengikuti tempo penalaran Ezra 。
“Kemarin malam kamu tiduri aku dengan paksa, harus tanggung jawab terhadapku.”
Quina membelalak kaget, dia merasa pandangan dunianya sudah diperbaharui entah berapa kali.
Sialan, dia yang meniduri Ezra ?
Jelas-jelas dia yang rugi, oke?
Pria ini tidak hanya otaknya tidak waras, bahkan sangat tidak tahu malu.
Quina menyangkal dengan marah, “Tadi kamu masih katakan kamu akan tanggung jawab, ini berarti….” Kamu yang tiduri aku.
“Baik, aku akan tanggung jawab terhadapmu.” Ezra memotong perkataan Quina, bibirnya yang dingin kaku terangkat sedikit membentuk sebuah lekukan yang memikat.
“Bukan… tunggu, aku tidak minta kamu tanggung jawab terhadapku.” Quina berseru dengan cemas.
Sialan! Apa-apaan ini!!!
“Dua pilihan, pertama, aku tanggung jawab terhadapmu, kedua, kamu tanggung jawab terhadapku.” Ezra berkata dengan dingin, wajahnya yang tampan memikat tidak membawa ekspresi apapun.
“Aku pilih yang ketiga, ketiga!!!”
“Ketiga, aku akan gugat kamu atas pemerkosaan.”
Quina, “….”
Bisakah dia berkata kasar?
Quina memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, dia berkata sambil menggertak gigi, “Kamu kira ada orang yang akan percaya aku perkosa kamu, hal yang begitu mustahil? Aku gugat karnea kamu yang perkosa baru benar.”
Siapa yang akan percaya bahwa seorang gadis kecil dapat menerkam seorang pria yang tinggi badan secara kasat matanya setinggi satu meter sembilan puluhan sentimeter?
“Aku punya alergi lawan jenis, langsung sentuh kulit wanita akan terjadi reaksi alergi, tidak ada orang yang akan percaya aku akan ambil resiko alergi untuk sentuh paksa seorang wanita. Kamu bisa coba gugat ke pengadilan, lihat siapa yang akan menang gugat.” Nada Ezra membawa keyakinan mutlak, sudut bibirnya membawa secercah senyuman dingin.
“Kalau begitu kemarin malam kita tidak terjadi apa-apa dong?” Quina berkata dengan girang.
Ezra tidak dapat secara langsung menyentuh kulit wanita, maka….
“Kamu adalah wanita pertama yang dapat aku sentuh.” Dengan kejam Ezra menghancurkan harapan Quina.
“Tidak, tidak mungkin… kan.” Quina berkata dengan bengong.
Astaga, ini bukanlah mendapatkan keberuntungan, tetapi kemalangan.
“Entah nikah, entah naik ke pengadilan. Begitu naik ke pengadilan, kamu akan tahu mungkin atau tidak mungkin.”
Melihat Ezra yang begitu percaya diri, tekad Quina yang awalnya teguh pun mulai goyah. Dalam hatinya samar-samar terasa tidak tenang.
Bisa dilihat dari aura bangsawan yang terpancar dalam tindakan dan perkataan Ezra, pria ini entah punya duit entah punya kekuasaan. Jika benar-benar naik ke pengadilan, peluang kemenangannya mungkin sangat kecil.
“Aku, keluargaku punya banyak utang, aku harus bantu bayar utang, masih tidak bisa nikah.” Quina asal berbohong, berharap bisa menakuti Ezra sampai lari.
“Berapa banyak?” Ezra bertanya dengan singkat.
“S….” Quina terdiam tiba-tiba dan tenggelam ke dalam pikirannya sendiri. Jika mengatakan satu miliar, sepertinya terlalu sedikit, lalu bagaimana dengan sepuluh miliar?
“Seratus miliar, keluargaku punya utang seratus miliar, masih ada utang kecil lainnya yang belum terhitung.”
Dengan begini seharusnya bisa menakuti Ezra sampai lari kan?
“Nanti aku suruh orang buka cek seratus empat puluh miliar dan antar ke sini, cukup tidak?” Ezra berkata dengan gagah.
….
Di Komplek Sadewa.
Sebuah mobil Rolls-Royce hitam perlahan-lahan berhenti di samping pintu komplek. Penampilan luarnya yang gagah namun anggun menarik perhatian dari pejalan kaki.
Quina turun dari mobil dengan gemetaran, lalu dia mendengar suara yang tak terbantahkan dari dalam mobil, “Dalam lima belas menit, ambil kartu keluarga dan turun.”
“Aku, aku tahu.”
Quina memegang erat tas dengan dua tangan. Setelah berbicara dengan suara tangis yang bergetar, dia memasuki komplek sambil memegangi selembar cek senilai seratus empat miliar yang entah asli atau palsu….
Begitu pulang dan membuka pintu rumah, Ibu Libra langsung bangkit berdiri dari sofa, dia berjalan menghampiri Quina.
Ibu Libra menegur dengan marah sekaligus khawatir, “Kamu ini, kemarin malam tidak pulang semalaman juga tidak tahu telepon ke rumah, apa kamu ingin aku dan ayahmu cemas sampai mati?”
“Maaf Ibu, aku, aku….” Mata Quina menjadi merah, agar ibunya tidak khawatir, dia berbohong dan menjelaskan.
“Kemarin malam aku pergi ke acara pesta kampus. Ketika acaranya selesai, sudah sangat larut, aku khawatir tidak aman naik bus malam sendirian, maka aku tinggal di hotel satu malam. Aku pikir Ibu dan Ayah mungkin sudah tidur, maka aku tidak telepon….”
“Kamu ini, sudah begitu besar, tegur kamu sedikit pun sudah menangis. Lain kali tidak boleh seperti kemarin malam lagi, tahu tidak? Cepat pergi cuci muka, Ibu sudah masak sup.” Melihat putri di depannya yang baik-baik saja, hati Ibu Libra yang sudah mengambang semalaman akhirnya mendarat.
Quina adalah buah hati miliknya dan suami, asalkan putrinya baik-baik saja, bagaimanapun juga oke.
Teringat akan pria di luar pintu komplek, Quina menggigit bibirnya yang berwarna mawar merah, dia berkata, “Ibu, aku… pihak kampus mau urus data-data dosen magang yang akan menjadi dosen tetap, aku pulang untuk ambil kartu keluarga.”
Quina sangat memiliki bakat dalam bahasa, sekarang dia adalah seorang dosen magang bahasa asing di sebuah universitas.
Ibu Libra adalah orang yang pemikirannya sedikit konservatif dan tradisional, dia merasa profesi putrinya adalah dosen merupakan hal yang sangat patut dibanggakan. Meski gajinya tidak begitu banyak, tetapi hari liburnya sangat banyak, pekerjaannya juga tidak begitu lelah. Anak gadis memang seharusnya seperti ini, hidup dengan nyaman.
Meski hari ini adalah hari Sabtu, tetapi mendengar Quina berkata seperti itu, Ibu Libra tidak curiga dan langsung berkata, “Kamu tunggu sebentar, Ibu ambilkan untukmu.”
Ibu Libra terburu-buru berbalik badan kembali ke kamar.
Melihat bayangan punggung ibunya, mata Quina berair, dalam hatinya merasa sangat bersalah sampai hampir mati.
Sampai sebesar ini, ini adalah pertama kalinya dia berbohong pada ibu, bahkan dua kali berturut-turut.
Karena putrinya mengatakan itu adalah masalah pekerjaan, Ibu Libra sangat bersemangat. Tidak sampai dua menit saja sudah berjalan keluar membawa kartu keluarga.
“Ambil sana, cepat pulang setelah selesai, Ibu hangatkan supnya untukmu.”
Quina memeluk ibunya dengan tidak rela, “Kalau begitu aku pergi dulu ya, Ibu!”
“Pergilah.” Ibu Libra menepuk punggung Quina dan mendesaknya.
Pemikiran Quina adalah, nikah kilat pada umumnya akan bercerai dengan sangat cepat, nantinya dia rahasiakan masalah ini pada ayah dan ibu, katakan saja dia pindah keluar untuk beberapa waktu. Lalu dia akan pindah kembali setelah bercerai.
Sebaik itu?
Harta ratusan triliun?
Jangan-jangan Ezra adalah penipu, ingin menipu dia yang sedikit cantik dan dijual di tempat lelang bawah tanah?
“Kualifikasimu benar sebagus itu?” Quina bertanya dengan ragu, wajah kecilnya penuh dengan kecurigaan.
“Benar! Kamu hanya perlu jaga stamina, setiap malamnya ladeni aku sampai nyaman.” Ezra menambahkan satu persyaratan.
“Entah yang kamu katakan itu palsu, entah otakmu yang bermasalah.” Quina menarik kesimpulan.
Dia merasa pria ini sungguh sudah gila.
Lagipula, jika benar sebaik yang Ezra katakan, ditambah dengan tampang yang sempurna itu, maka wanita yang ingin menerkam Ezra pasti sudah sepanjang lautan, mana perlu memaksa dia untuk menikah dengannya?
Ezra mengabaikan makian Quina, telapak tangan besarnya menggenggam pinggang Quina yang ramping dan lunak, malas untuk berdebat dengannya.
“Tunggu, kamu bawa aku pergi ke, ke mana?”
Quina bertanya dengan gelisah sambil meronta, tetapi tidak dapat membebaskan diri dari kekangan telapak tangan besar Ezra di pinggangnya.
“Kantor Catatan Sipil.” Ezra membuka pintu.
“Tidak!!!” Quina segera mengerahkan semua tenaga memeluk pintu, berjuang mati-matian melawan sambil berkata, “Aku tidak nikah, aku tidak mau nikah. Tuan, aku adalah gadis baik yang bertata krama, mohon kamu pergi celakai orang lain saja.”
Sialan! Dia sudah mengatakan begitu banyak, kenapa pria ini tidak bisa mendengarkan sama sekali?
Lagipula yang nikah kilat, sembilan puluh sembilan persen diakhiri dengan bercerai.
Ezra terdiam selama beberapa detik….
Tiba-tiba dia berkata dengan sangat serius, “Kemarin malam kamu tiduri aku.”
“Apa?” Quina tidak bisa mengikuti tempo penalaran Ezra 。
“Kemarin malam kamu tiduri aku dengan paksa, harus tanggung jawab terhadapku.”
Quina membelalak kaget, dia merasa pandangan dunianya sudah diperbaharui entah berapa kali.
Sialan, dia yang meniduri Ezra ?
Jelas-jelas dia yang rugi, oke?
Pria ini tidak hanya otaknya tidak waras, bahkan sangat tidak tahu malu.
Quina menyangkal dengan marah, “Tadi kamu masih katakan kamu akan tanggung jawab, ini berarti….” Kamu yang tiduri aku.
“Baik, aku akan tanggung jawab terhadapmu.” Ezra memotong perkataan Quina, bibirnya yang dingin kaku terangkat sedikit membentuk sebuah lekukan yang memikat.
“Bukan… tunggu, aku tidak minta kamu tanggung jawab terhadapku.” Quina berseru dengan cemas.
Sialan! Apa-apaan ini!!!
“Dua pilihan, pertama, aku tanggung jawab terhadapmu, kedua, kamu tanggung jawab terhadapku.” Ezra berkata dengan dingin, wajahnya yang tampan memikat tidak membawa ekspresi apapun.
“Aku pilih yang ketiga, ketiga!!!”
“Ketiga, aku akan gugat kamu atas pemerkosaan.”
Quina, “….”
Bisakah dia berkata kasar?
Quina memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, dia berkata sambil menggertak gigi, “Kamu kira ada orang yang akan percaya aku perkosa kamu, hal yang begitu mustahil? Aku gugat karnea kamu yang perkosa baru benar.”
Siapa yang akan percaya bahwa seorang gadis kecil dapat menerkam seorang pria yang tinggi badan secara kasat matanya setinggi satu meter sembilan puluhan sentimeter?
“Aku punya alergi lawan jenis, langsung sentuh kulit wanita akan terjadi reaksi alergi, tidak ada orang yang akan percaya aku akan ambil resiko alergi untuk sentuh paksa seorang wanita. Kamu bisa coba gugat ke pengadilan, lihat siapa yang akan menang gugat.” Nada Ezra membawa keyakinan mutlak, sudut bibirnya membawa secercah senyuman dingin.
“Kalau begitu kemarin malam kita tidak terjadi apa-apa dong?” Quina berkata dengan girang.
Ezra tidak dapat secara langsung menyentuh kulit wanita, maka….
“Kamu adalah wanita pertama yang dapat aku sentuh.” Dengan kejam Ezra menghancurkan harapan Quina.
“Tidak, tidak mungkin… kan.” Quina berkata dengan bengong.
Astaga, ini bukanlah mendapatkan keberuntungan, tetapi kemalangan.
“Entah nikah, entah naik ke pengadilan. Begitu naik ke pengadilan, kamu akan tahu mungkin atau tidak mungkin.”
Melihat Ezra yang begitu percaya diri, tekad Quina yang awalnya teguh pun mulai goyah. Dalam hatinya samar-samar terasa tidak tenang.
Bisa dilihat dari aura bangsawan yang terpancar dalam tindakan dan perkataan Ezra, pria ini entah punya duit entah punya kekuasaan. Jika benar-benar naik ke pengadilan, peluang kemenangannya mungkin sangat kecil.
“Aku, keluargaku punya banyak utang, aku harus bantu bayar utang, masih tidak bisa nikah.” Quina asal berbohong, berharap bisa menakuti Ezra sampai lari.
“Berapa banyak?” Ezra bertanya dengan singkat.
“S….” Quina terdiam tiba-tiba dan tenggelam ke dalam pikirannya sendiri. Jika mengatakan satu miliar, sepertinya terlalu sedikit, lalu bagaimana dengan sepuluh miliar?
“Seratus miliar, keluargaku punya utang seratus miliar, masih ada utang kecil lainnya yang belum terhitung.”
Dengan begini seharusnya bisa menakuti Ezra sampai lari kan?
“Nanti aku suruh orang buka cek seratus empat puluh miliar dan antar ke sini, cukup tidak?” Ezra berkata dengan gagah.
….
Di Komplek Sadewa.
Sebuah mobil Rolls-Royce hitam perlahan-lahan berhenti di samping pintu komplek. Penampilan luarnya yang gagah namun anggun menarik perhatian dari pejalan kaki.
Quina turun dari mobil dengan gemetaran, lalu dia mendengar suara yang tak terbantahkan dari dalam mobil, “Dalam lima belas menit, ambil kartu keluarga dan turun.”
“Aku, aku tahu.”
Quina memegang erat tas dengan dua tangan. Setelah berbicara dengan suara tangis yang bergetar, dia memasuki komplek sambil memegangi selembar cek senilai seratus empat miliar yang entah asli atau palsu….
Begitu pulang dan membuka pintu rumah, Ibu Libra langsung bangkit berdiri dari sofa, dia berjalan menghampiri Quina.
Ibu Libra menegur dengan marah sekaligus khawatir, “Kamu ini, kemarin malam tidak pulang semalaman juga tidak tahu telepon ke rumah, apa kamu ingin aku dan ayahmu cemas sampai mati?”
“Maaf Ibu, aku, aku….” Mata Quina menjadi merah, agar ibunya tidak khawatir, dia berbohong dan menjelaskan.
“Kemarin malam aku pergi ke acara pesta kampus. Ketika acaranya selesai, sudah sangat larut, aku khawatir tidak aman naik bus malam sendirian, maka aku tinggal di hotel satu malam. Aku pikir Ibu dan Ayah mungkin sudah tidur, maka aku tidak telepon….”
“Kamu ini, sudah begitu besar, tegur kamu sedikit pun sudah menangis. Lain kali tidak boleh seperti kemarin malam lagi, tahu tidak? Cepat pergi cuci muka, Ibu sudah masak sup.” Melihat putri di depannya yang baik-baik saja, hati Ibu Libra yang sudah mengambang semalaman akhirnya mendarat.
Quina adalah buah hati miliknya dan suami, asalkan putrinya baik-baik saja, bagaimanapun juga oke.
Teringat akan pria di luar pintu komplek, Quina menggigit bibirnya yang berwarna mawar merah, dia berkata, “Ibu, aku… pihak kampus mau urus data-data dosen magang yang akan menjadi dosen tetap, aku pulang untuk ambil kartu keluarga.”
Quina sangat memiliki bakat dalam bahasa, sekarang dia adalah seorang dosen magang bahasa asing di sebuah universitas.
Ibu Libra adalah orang yang pemikirannya sedikit konservatif dan tradisional, dia merasa profesi putrinya adalah dosen merupakan hal yang sangat patut dibanggakan. Meski gajinya tidak begitu banyak, tetapi hari liburnya sangat banyak, pekerjaannya juga tidak begitu lelah. Anak gadis memang seharusnya seperti ini, hidup dengan nyaman.
Meski hari ini adalah hari Sabtu, tetapi mendengar Quina berkata seperti itu, Ibu Libra tidak curiga dan langsung berkata, “Kamu tunggu sebentar, Ibu ambilkan untukmu.”
Ibu Libra terburu-buru berbalik badan kembali ke kamar.
Melihat bayangan punggung ibunya, mata Quina berair, dalam hatinya merasa sangat bersalah sampai hampir mati.
Sampai sebesar ini, ini adalah pertama kalinya dia berbohong pada ibu, bahkan dua kali berturut-turut.
Karena putrinya mengatakan itu adalah masalah pekerjaan, Ibu Libra sangat bersemangat. Tidak sampai dua menit saja sudah berjalan keluar membawa kartu keluarga.
“Ambil sana, cepat pulang setelah selesai, Ibu hangatkan supnya untukmu.”
Quina memeluk ibunya dengan tidak rela, “Kalau begitu aku pergi dulu ya, Ibu!”
“Pergilah.” Ibu Libra menepuk punggung Quina dan mendesaknya.
Pemikiran Quina adalah, nikah kilat pada umumnya akan bercerai dengan sangat cepat, nantinya dia rahasiakan masalah ini pada ayah dan ibu, katakan saja dia pindah keluar untuk beberapa waktu. Lalu dia akan pindah kembali setelah bercerai.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved