Bab 14 Pergi
by Hailee
10:01,May 12,2021
Pria lain pada umumnya pasti akan berusaha membuktikan bahwa mereka adalah pria sejati, tapi Austin Yang tak seperti pria lain pada umumnya.
Mendengar pertanyaan Zoe Ye, ia lanjut memakan mienya dan dengan santai berkata, “Apakah kau tak tahu apakah aku seorang pria atau bukan?”
Zoe Ye tertegun dan kembali teringat kejadian di Rumah Sakit Kota Xuanzhou saat itu, Austin Yang menunjukkan Tintin nya yang seperti bayi padanya.
Ia menggigit bibirnya, sepertinya perkataannya telah melukai perasaan Austin Yang, “Maaf, aku tak seharusnya menyinggung penyakitmu. Tapi kenapa tak kau akui saja bahwa kau menguasai Teknik Medis Yuanmen? Aku mengetahui semua yang terjadi kemarin, kau menyelamatkan Amanda Bai tanpa menyentuhnya dan tanpa menggunakan alat apapun. Kau juga bisa melihat jeda serangannya, ini bukan suatu hal yang bisa dilakukan orang biasa.”
Mendengarnya, Austin Yang menatap ke layar ponselnya, pesan di atasnya menceritakan kejadian kemarin saat ia bertemu Andy Xin dan kawan-kawan.
Siapa yang mengirim pesan itu?
Tidak mungkin Andy Xin, tadi ia bertemu Zoe Ye, seharusnya ia bisa menjelaskan secara langsung daripada mengirimkan pesan. Selain pria tua itu, siapa lagi yang sedang mengamatinya? Apakah sekelompok orang di gang tadi siang?
Melihat Austin Yang tak bisa berkata-kata, Zoe Ye mengepalkan tangannya, “Austin Yang, jika kau memang memiliki kemampuan ini, daripada menyembunyikannya, seharusnya kau menggunakannya untuk memberi manfaat bagi banyak orang. Jika tidak, kau telah menyia-nyiakan kemampuanmu, menyia-nyiakan Teknik Medis Yuanmen yang telah diajarkan kakekmu.”
Ia menggaruk-garuk telinganya sambil menatap dada Zoe Ye yang kembang kempis karena marah. Saat Zoe Ye menyadarinya, ia segera memalingkan pandangannya, “Kemarin aku memang menyelamatkan seseorang. Tapi aku hanya memberinya obat buatan kakekku. Aku benar-benar tak bisa menyembuhkan penyakit, juga tak bisa mengetahui jeda serangan penyakitnya, aku bukan peramal!”
Austin Yang tidak mood lagi untuk lanjut memakan mienya, ia meletakkan sumpitnya dan bangkit berdiri, “Aku tidur dulu, malam ini jangan masuk ke kamar untuk membalas dendam padaku!”
“Austin Yang!”
Seru Zoe Ye dengan geram, “Seumur hidupnya, Tuan Besar Yang telah menyelamatkan sangat banyak orang, ia sungguh baik. Sebagai cucunya dan satu-satunya pewaris Teknik Medis Yuanmen, kenapa kau sama sekali tak memiliki hati nurani? Tahukah kau betapa banyaknya orang-orang yang sedang sakit dan menderita yang akan bisa terbantu jika kau bersedia menggunakan Teknik Medis Yuanmen mu?”
Austin Yang tak mempedulikannya. Bahkan saat sudah ada bukti pun, ia tetap bersikap seperti ini. Zoe Ye tak dapat lagi menahan amarahnya dan melangkah maju dan mencengkeram lengan Austin Yang, “Katakan, bagaimana bisa kau... ah!”
Sebelum ia selesai berkata, ia menginjak genangan air yang ditinggalkan oleh sandal basah Austin Yang saat ia keluar dari kamar mandi tadi. Ia pun terpeleset dan jatuh ke depan.
Austin Yang yang sedang membelakanginya segera memutar tubuhnya, dan sebelum sempat bereaksi, ia tertimpa tubuh Zoe Ye dan jatuh ke lantai. Terdengar suara berdebuk, lalu rumah itu menjadi hening.
Tubuh Zoe Ye berada di atas tubuh Austin Yang, dan bibir mereka saling menempel. Dan saat berbalik tadi, kedua tangan Austin Yang secara spontan hendak mendorong Zoe Ye menjauh, hasilnya, kini kedua tangannya terjepit di antara tubuh mereka dan menekan dada Zoe Ye. Ia bisa merasakan, Zoe Ye tak mengenakan apapun di balik tanktopnya.
Mata mereka saling bertatapan. Zoe Ye tertegun, Austin Yang juga tertegun dan merasa canggung.
Setelah beberapa detik berlalu, barulah Zoe Ye tersadar dan segera menjauh dari tubuh Austin Yang. Ia menamparnya, “Dasar mesum!”
Ia bangkit berdiri, menendang Austin Yang, lalu berlari ke kamarnya dan membanting pintu. Austin Yang telah sering mengusiknya, dan kini ia merenggut ciuman pertamanya dan menyentuh dadanya. Ia tak dapat lagi menahan amarahnya dan menangis. Ia berjongkok di balik pintu sambil terus mengumpat Austin Yang.
Di luar, Austin Yang bangkit berdiri sambil memegangi wajahnya yang ditampar tadi. Mendengar Zoe Ye mengumpatnya, ia merengut, “Apa-apaan? Kaulah yang menimpaku dan merenggut ciuman pertamaku, lalu kemudian marah-marah dan menamparku. Kini lagi-lagi mengumpatku, apakah ini adil?”
“Pergi! Cepat pergi!”
Melihat kali ini Zoe Ye benar-benar sangat marah, dan sepertinya takkan memaafkannya dalam waktu dekat, Austin Yang hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Wanita yang tidak masuk akal!”
Mendengar keributan di dalam, Austin Yang tahu Zoe Ye mungkin akan keluar untuk menghajarnya, iapun bergegas keluar. Seorang yang bijak takkan bertarung jika tahu ia akan kalah. Dan pria yang baik takkan melawan seorang wanita.
Begitu mendengar pintu luar ditutup, Zoe Ye membuka pintu kamar sambil membawa sebuah tongkat baseball. Ia mengusap air matanya dan mengumpat, “Bajingan, saat kau kembali, aku akan memberimu pelajaran. Akan kubuat kau menjadi kasim!”
...
Menjelang tengah malam, hampir tak ada pejalan kaki lagi, hanya beberapa kendaraan yang masih melaju di jalanan.
Austin Yang berjalan tanpa arah, sesekali ia menatap ponselnya, tampak putus asa, “Sudah lebih dari 2 jam, amarah wanita itu belum juga mereda. Tak juga meneleponku, tidakkah ia takut aku akan menghilang? Lagipula ini bukan salahku, kaulah yang menabrakku dan merenggut ciuman pertamaku, dan aku juga tak mempermasalahkannya.”
Tak mungkin juga untuk meneleponnya duluan, bisa-bisa Zoe Ye akan memberikan syarat yang keterlaluan. Maka Austin Yang mengantongi ponselnya dan lanjut berjalan, mungkin besok pagi baru ia akan kembali.
Austin Yang yang telah berjalan tanpa arah sekitar 4-5 km akhirnya duduk di sebuah taman kecil dan menyalakan rokok untuk menghilangkan kepenatannya, “Sepertinya malam ini aku harus tidur di jalanan. Aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang, jika tidak, jika ia benar-benar mengusirku, aku takkan punya tempat untuk tinggal.”
Tiba-tiba ia mendengar sesuatu, walaupun suaranya sangat kecil, karena kepekaan indranya telah meningkat, ini bukan masalah baginya.
“Kak Thomas, kau duluan, baru kemudian kami bertiga.”
“Memangnya kapan Kak Thomas pernah tidak duluan, kau ingin Kak Thomas memainkan sisa kita?”
“Jangan banyak omong kosong, satu orang berjaga di luar, cepat beri peringatan jika ada polisi lewat.”
“Kalau begitu aku akan berjaga duluan, jangan memainkannya terlalu lama, aku belum pernah bermain dengan gadis secantik ini. Tampaknya juga cukup kaya, tasnya saja berharga sekitar ribuan RMB!”
Mendengar percakapan beberapa pria itu, Austin Yang menghembuskan asap rokoknya dan mematikan puntungnya. Meskipun saat tinggal di Desa Qinghe ia belum pernah menemui hal seperti ini, tapi ia memahami maksud percakapan mereka.
Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah datangnya suara itu. Ia bersembunyi di balik semak-semak dan mendekati mereka. Setelah berjalan sekitar 20 meter, akhirnya ia menemukan mereka. 3 orang pria yang tampak penuh hasrat mendorong seorang wanita berrok putih ke atas rerumputan. Seorang lagi berdiri sekitar 10 meter dari mereka, berjaga di luar.
Wanita jaman sekarang benar-benar tak bisa melindungi diri mereka sendiri!
Austin Yang diam-diam menghampiri pria yang sedang berjaga di luar itu. Ia masih punya hati nurani, ia tentu takkan membiarkan orang yang sedang kesulitan. Dan setelah Zoe Ye menamparnya tadi, ia sangat ingin melampiaskan amarahnya. Dan tubuhnya juga sudah jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya, ia tak perlu takut.
Tapi tentu saja, Austin Yang tetap bersikap hati-hati. Ia perlahan menghampiri pria itu. Pria itu sedang mengamati kawan-kawannya yang sedang melepaskan baju mereka dan bersiap untuk bermain, ia sama sekali tak memperhatikan Austin Yang.
Austin Yang memanfaatkan kesempatan ini dan menyerang secepat kilat. Sebelum pria itu menyadarinya, kedua jari Austin Yang telah menekan titik akupuntur di bawah ketiaknya. Tiba-tiba pria itu rubuh, matanya terbelalak, ia tak bisa bangkit maupun bersuara.
Austin Yang tersenyum dan berkata, “Kau masih harus belajar banyak sebelum memperkosa seorang wanita.”
Lalu Austin Yang menghampiri ketiga pria itu. Mereka mengelilingi wanita berrok putih itu dan sama sekali tak menyadari ada seseorang di belakang mereka. Salah seorang dari mereka menyentuh betis wanita itu, satu lagi menyentuh tangannya dan mendesah, “Jangankan kalian, seumur hidup aku juga belum pernah bertemu wanita secantik ini, malam ini aku sangat beruntung.”
“Memang kalian beruntung bisa menemukan seorang wanita cantik, sayang kalian tak cukup beruntung untuk menikmatinya.”
Tiba-tiba Austin Yang muncul di belakang mereka dan menyerang mereka sebelum mereka sempat bereaksi. Ketiga bajingan yang hanya memperhatikan wanita cantik itu segera terkapar ke tanah, mereka bahkan tak menyadari dengan cara apa mereka diserang.
Setelah membereskan keempat bajingan itu, Austin Yang mengebas-ngebaskan tangan dan berjongkok. Dengan bantuan lampu taman yang remang, ia bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas, ia pun ternganga, “Para bajingan ini benar-benar berselera tinggi, wanita secantik ini jarang sekali bisa ditemukan!”
Wajahnya bulat tapi tidak gendut, bibirnya yang mungil dan merah bagaikan cherry, matanya terpejam, dan bulu matanya sangat lentik.
Mungkin ia sedang mabuk, hidungnya mengeluarkan suara dengkuran kecil. Karena sedang berbaring, lekuk tubuhnya tampak dengan jelas. Dadanya menonjol, perutnya rata, dan kedua kakinya sangat jenjang.
Wanita ini memiliki wajah yang cantik dan postur yang ideal.
Ia membantu wanita berrok putih itu duduk dan bertanya, “Di mana rumahmu?”
“Pergi, jangan sentuh aku.”
Tak ingin wanita itu mendorongnya lagi, akhirnya Austin Yang meraih tasnya yang tergeletak di sebelahnya dan membukanya. Di dalamnya ada sekitar 20 kartu ATM dari berbagai bank dan uang tunai ribuan RMB. Tapi Austin Yang tak tertarik akan hal ini, ia mengeluarkan ponselnya untuk mencari seseorang yang bisa dihubungi untuk menjemput wanita ini.
Rupanya ponselnya telah mati. Ia menghela nafas dan menatap ke sekeliling, “Aku tak mungkin meninggalkan wanita ini di sini.”
Melihat sebuah hotel tak jauh dari taman itu, Austin Yang segera menggendongnya meskipun ia terus meronta dan memukulinya. Ia hendak menidurkannya di hotel dulu, ia sama sekali tak berniat untuk melapor pada polisi. Ia merasa hal ini terlalu merepotkan, ia juga tak ingin dianggap sok pahlawan.
Setibanya di hotel, resepsionis menatapnya dengan heran saat ia menggunakan kartu identitas dan uang wanita berrok putih itu untuk memesan kamar. Ia bernama Jennie Ai, Austin Yang merasa nama ini sangat tak cocok untuk orang yang suka mabuk-mabukan di bar.
Setelah check in dan mendapatkan kunci kamar, Austin Yang menggendongnya ke kamarnya dan meletakkannya di ranjang. “Tidurlah dengan nyenyak, untung kau bertemu denganku, jika orang lain, kau pasti telah diperkosa.”
Setelah berkata, ia bersiap untuk pergi, tapi wanita berrok putih itu tiba-tiba terbangun dan memeluknya dari belakang, “Jangan pergi, untuk apa berpura-pura?”
Mendengar pertanyaan Zoe Ye, ia lanjut memakan mienya dan dengan santai berkata, “Apakah kau tak tahu apakah aku seorang pria atau bukan?”
Zoe Ye tertegun dan kembali teringat kejadian di Rumah Sakit Kota Xuanzhou saat itu, Austin Yang menunjukkan Tintin nya yang seperti bayi padanya.
Ia menggigit bibirnya, sepertinya perkataannya telah melukai perasaan Austin Yang, “Maaf, aku tak seharusnya menyinggung penyakitmu. Tapi kenapa tak kau akui saja bahwa kau menguasai Teknik Medis Yuanmen? Aku mengetahui semua yang terjadi kemarin, kau menyelamatkan Amanda Bai tanpa menyentuhnya dan tanpa menggunakan alat apapun. Kau juga bisa melihat jeda serangannya, ini bukan suatu hal yang bisa dilakukan orang biasa.”
Mendengarnya, Austin Yang menatap ke layar ponselnya, pesan di atasnya menceritakan kejadian kemarin saat ia bertemu Andy Xin dan kawan-kawan.
Siapa yang mengirim pesan itu?
Tidak mungkin Andy Xin, tadi ia bertemu Zoe Ye, seharusnya ia bisa menjelaskan secara langsung daripada mengirimkan pesan. Selain pria tua itu, siapa lagi yang sedang mengamatinya? Apakah sekelompok orang di gang tadi siang?
Melihat Austin Yang tak bisa berkata-kata, Zoe Ye mengepalkan tangannya, “Austin Yang, jika kau memang memiliki kemampuan ini, daripada menyembunyikannya, seharusnya kau menggunakannya untuk memberi manfaat bagi banyak orang. Jika tidak, kau telah menyia-nyiakan kemampuanmu, menyia-nyiakan Teknik Medis Yuanmen yang telah diajarkan kakekmu.”
Ia menggaruk-garuk telinganya sambil menatap dada Zoe Ye yang kembang kempis karena marah. Saat Zoe Ye menyadarinya, ia segera memalingkan pandangannya, “Kemarin aku memang menyelamatkan seseorang. Tapi aku hanya memberinya obat buatan kakekku. Aku benar-benar tak bisa menyembuhkan penyakit, juga tak bisa mengetahui jeda serangan penyakitnya, aku bukan peramal!”
Austin Yang tidak mood lagi untuk lanjut memakan mienya, ia meletakkan sumpitnya dan bangkit berdiri, “Aku tidur dulu, malam ini jangan masuk ke kamar untuk membalas dendam padaku!”
“Austin Yang!”
Seru Zoe Ye dengan geram, “Seumur hidupnya, Tuan Besar Yang telah menyelamatkan sangat banyak orang, ia sungguh baik. Sebagai cucunya dan satu-satunya pewaris Teknik Medis Yuanmen, kenapa kau sama sekali tak memiliki hati nurani? Tahukah kau betapa banyaknya orang-orang yang sedang sakit dan menderita yang akan bisa terbantu jika kau bersedia menggunakan Teknik Medis Yuanmen mu?”
Austin Yang tak mempedulikannya. Bahkan saat sudah ada bukti pun, ia tetap bersikap seperti ini. Zoe Ye tak dapat lagi menahan amarahnya dan melangkah maju dan mencengkeram lengan Austin Yang, “Katakan, bagaimana bisa kau... ah!”
Sebelum ia selesai berkata, ia menginjak genangan air yang ditinggalkan oleh sandal basah Austin Yang saat ia keluar dari kamar mandi tadi. Ia pun terpeleset dan jatuh ke depan.
Austin Yang yang sedang membelakanginya segera memutar tubuhnya, dan sebelum sempat bereaksi, ia tertimpa tubuh Zoe Ye dan jatuh ke lantai. Terdengar suara berdebuk, lalu rumah itu menjadi hening.
Tubuh Zoe Ye berada di atas tubuh Austin Yang, dan bibir mereka saling menempel. Dan saat berbalik tadi, kedua tangan Austin Yang secara spontan hendak mendorong Zoe Ye menjauh, hasilnya, kini kedua tangannya terjepit di antara tubuh mereka dan menekan dada Zoe Ye. Ia bisa merasakan, Zoe Ye tak mengenakan apapun di balik tanktopnya.
Mata mereka saling bertatapan. Zoe Ye tertegun, Austin Yang juga tertegun dan merasa canggung.
Setelah beberapa detik berlalu, barulah Zoe Ye tersadar dan segera menjauh dari tubuh Austin Yang. Ia menamparnya, “Dasar mesum!”
Ia bangkit berdiri, menendang Austin Yang, lalu berlari ke kamarnya dan membanting pintu. Austin Yang telah sering mengusiknya, dan kini ia merenggut ciuman pertamanya dan menyentuh dadanya. Ia tak dapat lagi menahan amarahnya dan menangis. Ia berjongkok di balik pintu sambil terus mengumpat Austin Yang.
Di luar, Austin Yang bangkit berdiri sambil memegangi wajahnya yang ditampar tadi. Mendengar Zoe Ye mengumpatnya, ia merengut, “Apa-apaan? Kaulah yang menimpaku dan merenggut ciuman pertamaku, lalu kemudian marah-marah dan menamparku. Kini lagi-lagi mengumpatku, apakah ini adil?”
“Pergi! Cepat pergi!”
Melihat kali ini Zoe Ye benar-benar sangat marah, dan sepertinya takkan memaafkannya dalam waktu dekat, Austin Yang hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Wanita yang tidak masuk akal!”
Mendengar keributan di dalam, Austin Yang tahu Zoe Ye mungkin akan keluar untuk menghajarnya, iapun bergegas keluar. Seorang yang bijak takkan bertarung jika tahu ia akan kalah. Dan pria yang baik takkan melawan seorang wanita.
Begitu mendengar pintu luar ditutup, Zoe Ye membuka pintu kamar sambil membawa sebuah tongkat baseball. Ia mengusap air matanya dan mengumpat, “Bajingan, saat kau kembali, aku akan memberimu pelajaran. Akan kubuat kau menjadi kasim!”
...
Menjelang tengah malam, hampir tak ada pejalan kaki lagi, hanya beberapa kendaraan yang masih melaju di jalanan.
Austin Yang berjalan tanpa arah, sesekali ia menatap ponselnya, tampak putus asa, “Sudah lebih dari 2 jam, amarah wanita itu belum juga mereda. Tak juga meneleponku, tidakkah ia takut aku akan menghilang? Lagipula ini bukan salahku, kaulah yang menabrakku dan merenggut ciuman pertamaku, dan aku juga tak mempermasalahkannya.”
Tak mungkin juga untuk meneleponnya duluan, bisa-bisa Zoe Ye akan memberikan syarat yang keterlaluan. Maka Austin Yang mengantongi ponselnya dan lanjut berjalan, mungkin besok pagi baru ia akan kembali.
Austin Yang yang telah berjalan tanpa arah sekitar 4-5 km akhirnya duduk di sebuah taman kecil dan menyalakan rokok untuk menghilangkan kepenatannya, “Sepertinya malam ini aku harus tidur di jalanan. Aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang, jika tidak, jika ia benar-benar mengusirku, aku takkan punya tempat untuk tinggal.”
Tiba-tiba ia mendengar sesuatu, walaupun suaranya sangat kecil, karena kepekaan indranya telah meningkat, ini bukan masalah baginya.
“Kak Thomas, kau duluan, baru kemudian kami bertiga.”
“Memangnya kapan Kak Thomas pernah tidak duluan, kau ingin Kak Thomas memainkan sisa kita?”
“Jangan banyak omong kosong, satu orang berjaga di luar, cepat beri peringatan jika ada polisi lewat.”
“Kalau begitu aku akan berjaga duluan, jangan memainkannya terlalu lama, aku belum pernah bermain dengan gadis secantik ini. Tampaknya juga cukup kaya, tasnya saja berharga sekitar ribuan RMB!”
Mendengar percakapan beberapa pria itu, Austin Yang menghembuskan asap rokoknya dan mematikan puntungnya. Meskipun saat tinggal di Desa Qinghe ia belum pernah menemui hal seperti ini, tapi ia memahami maksud percakapan mereka.
Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah datangnya suara itu. Ia bersembunyi di balik semak-semak dan mendekati mereka. Setelah berjalan sekitar 20 meter, akhirnya ia menemukan mereka. 3 orang pria yang tampak penuh hasrat mendorong seorang wanita berrok putih ke atas rerumputan. Seorang lagi berdiri sekitar 10 meter dari mereka, berjaga di luar.
Wanita jaman sekarang benar-benar tak bisa melindungi diri mereka sendiri!
Austin Yang diam-diam menghampiri pria yang sedang berjaga di luar itu. Ia masih punya hati nurani, ia tentu takkan membiarkan orang yang sedang kesulitan. Dan setelah Zoe Ye menamparnya tadi, ia sangat ingin melampiaskan amarahnya. Dan tubuhnya juga sudah jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya, ia tak perlu takut.
Tapi tentu saja, Austin Yang tetap bersikap hati-hati. Ia perlahan menghampiri pria itu. Pria itu sedang mengamati kawan-kawannya yang sedang melepaskan baju mereka dan bersiap untuk bermain, ia sama sekali tak memperhatikan Austin Yang.
Austin Yang memanfaatkan kesempatan ini dan menyerang secepat kilat. Sebelum pria itu menyadarinya, kedua jari Austin Yang telah menekan titik akupuntur di bawah ketiaknya. Tiba-tiba pria itu rubuh, matanya terbelalak, ia tak bisa bangkit maupun bersuara.
Austin Yang tersenyum dan berkata, “Kau masih harus belajar banyak sebelum memperkosa seorang wanita.”
Lalu Austin Yang menghampiri ketiga pria itu. Mereka mengelilingi wanita berrok putih itu dan sama sekali tak menyadari ada seseorang di belakang mereka. Salah seorang dari mereka menyentuh betis wanita itu, satu lagi menyentuh tangannya dan mendesah, “Jangankan kalian, seumur hidup aku juga belum pernah bertemu wanita secantik ini, malam ini aku sangat beruntung.”
“Memang kalian beruntung bisa menemukan seorang wanita cantik, sayang kalian tak cukup beruntung untuk menikmatinya.”
Tiba-tiba Austin Yang muncul di belakang mereka dan menyerang mereka sebelum mereka sempat bereaksi. Ketiga bajingan yang hanya memperhatikan wanita cantik itu segera terkapar ke tanah, mereka bahkan tak menyadari dengan cara apa mereka diserang.
Setelah membereskan keempat bajingan itu, Austin Yang mengebas-ngebaskan tangan dan berjongkok. Dengan bantuan lampu taman yang remang, ia bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas, ia pun ternganga, “Para bajingan ini benar-benar berselera tinggi, wanita secantik ini jarang sekali bisa ditemukan!”
Wajahnya bulat tapi tidak gendut, bibirnya yang mungil dan merah bagaikan cherry, matanya terpejam, dan bulu matanya sangat lentik.
Mungkin ia sedang mabuk, hidungnya mengeluarkan suara dengkuran kecil. Karena sedang berbaring, lekuk tubuhnya tampak dengan jelas. Dadanya menonjol, perutnya rata, dan kedua kakinya sangat jenjang.
Wanita ini memiliki wajah yang cantik dan postur yang ideal.
Ia membantu wanita berrok putih itu duduk dan bertanya, “Di mana rumahmu?”
“Pergi, jangan sentuh aku.”
Tak ingin wanita itu mendorongnya lagi, akhirnya Austin Yang meraih tasnya yang tergeletak di sebelahnya dan membukanya. Di dalamnya ada sekitar 20 kartu ATM dari berbagai bank dan uang tunai ribuan RMB. Tapi Austin Yang tak tertarik akan hal ini, ia mengeluarkan ponselnya untuk mencari seseorang yang bisa dihubungi untuk menjemput wanita ini.
Rupanya ponselnya telah mati. Ia menghela nafas dan menatap ke sekeliling, “Aku tak mungkin meninggalkan wanita ini di sini.”
Melihat sebuah hotel tak jauh dari taman itu, Austin Yang segera menggendongnya meskipun ia terus meronta dan memukulinya. Ia hendak menidurkannya di hotel dulu, ia sama sekali tak berniat untuk melapor pada polisi. Ia merasa hal ini terlalu merepotkan, ia juga tak ingin dianggap sok pahlawan.
Setibanya di hotel, resepsionis menatapnya dengan heran saat ia menggunakan kartu identitas dan uang wanita berrok putih itu untuk memesan kamar. Ia bernama Jennie Ai, Austin Yang merasa nama ini sangat tak cocok untuk orang yang suka mabuk-mabukan di bar.
Setelah check in dan mendapatkan kunci kamar, Austin Yang menggendongnya ke kamarnya dan meletakkannya di ranjang. “Tidurlah dengan nyenyak, untung kau bertemu denganku, jika orang lain, kau pasti telah diperkosa.”
Setelah berkata, ia bersiap untuk pergi, tapi wanita berrok putih itu tiba-tiba terbangun dan memeluknya dari belakang, “Jangan pergi, untuk apa berpura-pura?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved