Bab 11 Tahun Itu
by Hailee
10:01,May 12,2021
Selama makan, Austin Yang terus melontarkan kata-kata manis, membuat Lyla Jiao tak henti-hentinya tertawa. Setelah makan, Lyla Jiao bahkan menyuruh Nicholas Ye dan Zoe Ye mencuci piring, sementara ia membawa Austin Yang ke halaman untuk minum teh sambil berjemur.
Sementara mereka mencuci piring, Austin Yang dan Lyla Jiao mengobrol di luar dengan asyik. Zoe Ye menggerutu, “Bocah ini, saat bicara padaku saja ia tak semanis itu.”
“Berhati-hatilah!”
Kata Nicholas Ye, Zoe Ye terheran, “Ayah, apa maksudnya berhati-hatilah?”
Sambil membilas mangkuk, Nicholas Ye dengan bijak berkata, “Ia mengetahui apa yang kita ingin untuk ia lakukan, maka ia tak merasa segan pada kita. Dan ia pasti tahu ibumu lah yang memegang posisi tertinggi di keluarga kita, maka ia berusaha menjilatnya, membuat ibumu menyukainya, maka kita tak bisa mengetesnya lebih jauh. Dengan begitu ia bisa terus menyembunyikan kemampuannya dan hidup dengan tenang.”
Melihat Austin Yang yang tampak teledor dan acuh tak acuh itu, Zoe Ye membantah, “Ia baru 19 tahun, mana mungkin ia selicik itu?”
“Ini bukan licik, tapi cerdik,” Nicholas Ye mengoreksi perkataan Zoe Ye.
Mendengar ayahnya memuji Austin Yang yang menyebalkan itu, Zoe Ye merasa gusar, “Menurutku ia tidak cerdik, kemampuannya juga tak sehebat itu. Sepertinya kali ini ayah salah menilai.”
Setiap kali membahas Austin Yang, putrinya selalu tampak gusar. Nicholas Ye dengan sabar menjelaskan sudut pandangnya, “Kau pernah bercerita padaku, ada seseorang yang sedang sekarat di Kampung Yuanshan, kau tak berhasil menyembuhkannya, tapi ia berhasil menyembuhkannya dengan mudah. Kalau aku tak salah, ia pasti menggunakan teknik mengetuk titik-titik akupuntur untuk memperlancar sirkulasi darah. Juga, kau bilang, saat kakimu terkilir, ia juga yang membantumu meredakan kebengkakannya. Bagaimana bisa kau bilang ia tak begitu hebat?”
Nicholas Ye menyerahkan sebuah mangkuk pada Zoe Ye untuk dibilas sambil berkata, “Jangan terbawa perasaan saat menilai orang, meskipun Austin Yang lebih muda darimu, aku yakin kemampuannya pasti lebih hebat darimu.”
Mendengar ayahnya menganggap kemampuan Austin Yang lebih hebat darinya, Zoe Ye tertegun, “Ayah, mungkin saja ia hanya memahami sebagian, tapi tak memahami Teknik Medis Yuanmen yang lebih dalam?”
Nicholas Ye tersenyum tipis, “Kelak kau akan mengerti. Dan juga, tahukah kau kenapa ia memilih jurusan sains lingkungan?”
“Tidak.”
Karena keraguannya tentang Austin Yang selalu dibantah, Zoe Ye jadi malas menjawab. Ia mengusap mangkuk itu keras-keras, seolah sedang melampiaskan amarahnya padanya.
Melihat putrinya yang biasanya bersikap tenang bersikap seperti ini, Nicholas Ye hanya bisa menggeleng, “Tak peduli apapun alasannya, tak ada gunanya ia memasuki jurusan sains lingkungan. Seharusnya ia memasuki jurusan pengobatan tradisional untuk belajar lebih dalam. Pikirkanlah cara agar ia mau menerima kenyataan bahwa ia mewarisi Teknik Medis Yuanmen.”
Setelah selesai mencuci piring, sepasang ayah dan anak itu keluar.
Lyla Jiao yang sejak tadi tak henti-hentinya tertawa berkata, “Austin lucu sekali, padahal Tuan Besar Yang dan Adam orang yang sangat serius dan kaku, bagaimana bisa mereka memiliki cucu dan anak yang menyenangkan sepertimu?”
“Ini karena aku mengobrol dengan tante. Mengobrol dengan tante sudah seperti mengobrol dengan ibuku sendiri, sangat menyenangkan.”
Austin Yang yang duduk di seberangnya melontarkan kalimat yang membuat Lyla Jiao semakin gembira, “Anak pintar, ayah Zoe adalah murid kakekmu, sekaligus teman baik ayah dan pamanmu. Kau boleh menganggapku ibumu sendiri.”
Melihat mereka berdua sudah seperti sepasang ibu dan anak angkat, Zoe Ye bergegas memotong, “Ayah, bukankah ada sesuatu yang hendak kau bicarakan dengan Austin Yang?”
Nicholas Ye mengangguk dan berkata, “Iya, Austin Yang, maukah kau ikut ke Pusat Pengobatan Tradisional denganku? Di sana ada banyak barang peninggalan kakekmu, juga beberapa barang peninggalan ayah dan pamanmu. Bukankah kau juga ingin mengetahui lebih dalam tentang ayahmu?”
Senyum Austin Yang menjadi kaku, suatu kejadian di suatu siang di musim dingin saat ia berusia 3 tahun kembali terlintas dalam pikirannya.
Saat itu ayahnya, Adam Yang, membawanya ke desa untuk berbelanja, saat pulang, mereka melewati waduk pembangkit listrik. Hari itu turun salju dan jalanan sangat licin. Adam Yang yang sedang menggendongnya di punggungnya, tiba-tiba tergelincir. Ia jatuh ke tanah berlumpur, sementara Adam Yang jatuh tergelincir ke bendungan yang curam, menghancurkan lapisan es yang tipis, dan tenggelam ke dalam waduk.
Waduk itu digunakan sebagai pembangkit listrik, tempat Adam Yang terpeleset kebetulan sangat curam dan terlalu licin karena beku, sehingga tak memungkinkannya memanjatnya. Ia hanya bisa menghampiri tangga dan berpegangan padanya, tapi karena dinginnya cuaca musim dingin dan air waduk itu, sebelum ada orang yang sempat menjatuhkan tali untuk menariknya, Adam Yang telah tenggelam dan membeku. Saat tubuhnya diangkat, ia sudah tak bernyawa, sekujur tubuhnya membiru kedinginan.
Austin Yang ingat hari itu sangat dingin, ia menangis seharian. Hari itu juga adalah pertama kalinya ia melihat kakeknya yang baru saja melewati ulang tahunnya yang ke-60 menangis. Saat tubuh Adam Yang diangkat dari waduk, ia terus memanggilinya, tapi ayahnya tak pernah bangun lagi.
Meskipun sejak kejadian itu, para petugas waduk pembangkit listrik telah membuat pagar di sekeliling waduk, tapi bagaimanapun, Adam Yang telah meninggal. Sejak saat itu, ia sangat takut berada di dekat waduk atau tempat manapun yang berair dalam.
Ingatan tentang ayahnya terus menghantuinya.
“Austin, kau kenapa?”
Melihat mata Austin Yang memerah, Lyla Jiao bertanya dengan cemas. Austin Yang tersadar dari nostalgianya, memejamkan mata, menarik nafas panjang, lalu membuka mata, tersenyum, dan berkata, “Tak apa.”
Nicholas Ye tahu, Austin Yang sedang mengingat suatu kejadian yang tak ingin diingatnya, “Maukah kau ikut pergi?”
Austin Yang tahu Nicholas Ye sengaja mengajaknya ke Pusat Pengobatan Tradisional untuk lanjut mengetes apakah ia mewarisi Teknik Medis Yuanmen. Tapi saat teringat kejadian 16 tahun yang lalu saat ayahnya meninggal di hadapannya, ia tak bisa menolak, “Mau.”
...
1.5 jam kemudian, saat matahari bersinar terik.
Sekali lagi Austin Yang mengikuti Nicholas Ye dan putrinya mendatangi mansion tempat Pusat Pengobatan Tradisional berada. Ada beberapa petugas bersenjata berjaga di sekitarnya. Bagaimanapun, orang sakit yang datang ke sini bukanlah orang biasa, Austin Yang pun merasa lebih tenang.
“Guru, anda sudah kembali, Tuan Besar Chu marah-marah lagi.”
Begitu mereka memasuki koridor, seorang pria tampan berjas putih menghampiri mereka dengan ekspresi cemas. Mendengar hal ini, Nicholas Ye mengerutkan kening, “Tuan Besar Chu datang?”
Pria itu bernama Jimmy Liang, lulusan Universitas Pengobatan Tradisional. Ia mendapatkan sertifikat dokter di usia 26 tahun. Ia adalah murid Nicholas Ye sekaligus dokter termuda dan terbaik di Universitas Pengobatan Tradisional.
“Tuan Besar Chu datang setelah makan siang, sekitar setengah jam sebelum anda datang. Saat mengetahui kondisi Komandan Chu semakin memburuk, ia menjadi murka.”
Nicholas Ye menoleh menatap Austin Yang, “Aku akan memeriksanya, apakah kau mau ikut?”
Jimmy Liang langsung menghampiri begitu mereka tiba, Austin Yang merasa Nicholas Ye telah merencanakan hal ini agar tampak seperti suatu kebetulan, dan memintanya menangani pasien itu. Ia langsung menggeleng, “Tak perlu, aku tak bisa menghibur dan menenangkan anggota keluarga pasien.”
Dalam hati, Nicholas Ye merasa tak berdaya, namun tak menunjukkannya, “Kalau begitu, Zoe, bawa Austin ke tempat Paman Adam tinggal dulu.”
“Guru, apakah ia cucu Tuan Besar Yang? Di usia semuda ini, bisakah ia menyembuhkan Komandan Chu?”
Setelah Austin Yang dan Zoe Ye pergi, Jimmy Liang akhirnya melontarkan keraguannya. Kemunculannya ini memang atas perintah Nicholas Ye, bertujuan untuk mengetes bagaimana reaksi Austin Yang saat tanpa sengaja bertemu orang sakit. Karena orang yang terpanggil menjadi dokter akan merasakan hal yang sama, takkan tega dan takkan tinggal diam saat bertemu orang sakit.
Sayangnya, Austin Yang sepertinya mengetahui rencananya dan langsung menolak, Nicholas Ye mendesah, “Usia dan pendidikan bukanlah satu-satunya tolok ukur atas kemampuan. Sudahlah, mari kita periksa dulu, Tuan Besar Chu sudah berusia lebih dari 90 tahun, kita tak boleh membiarkannya marah.”
Halaman di sisi barat Pusat Pengobatan Tradisional biasanya digunakan sebagai tempat tinggal para pelayan.
Austin Yang mengikuti Zoe Ye memasuki sebuah halaman. Zoe Ye menunjuk sebuah ruangan dan berkata, “Ini adalah tempat tinggal ayahmu saat bekerja di Pusat Pengobatan Tradisional. Dan di sebelahnya adalah tempat tinggal paman dan kakekmu. Di dalamnya banyak barang peninggalan mereka. Selama ini kami hanya memerintahkan orang untuk menyapu dan membersihkannya, tapi tak pernah mengutak-atik barangnya.”
Austin Yang menghampiri ruangan itu, membuka pintunya, dan memasuki ruangan tempat Adam Yang dulu tinggal. Ia tak terlalu tertarik pada ruangan tempat kakeknya, Dominic Yang, dan pamannya, Cooper Yang, tinggal. Karena mereka baru meninggal saat ia sudah agak besar, ia punya banyak memori dengan mereka, tak seperti memorinya tentang Adam Yang yang sangat samar.
Bagian dalam ruangan itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah ranjang kayu sepanjang sekitar 1,2 meter, sebuah meja, sebuah kursi, dan sebuah rak buku yang berisikan banyak buku medis, termasuk buku medis terbitan luar negeri.
Di seberang rak buku, tampak berbagai botol dan kendi berisikan obat-obatan. Bisa dilihat, dulu Adam Yang pasti sering mempelajari obat-obatan tradisional.
Austin Yang melangkah maju dan duduk di atas ranjang, ia mengelus tikar jerami yang warnanya telah memudar itu, terasa dingin saat disentuh, tapi Austin Yang merasakan suatu perasaan hangat yang bahkan lebih hangat dibandingkan terik matahari di luar.
Di sisi ranjang, tampak foto hitam putih kakeknya, ayahnya, dan pamannya.
Ia menghampirinya, meraihnya, dan mengelusnya. Air matanya yang sejak di rumah Keluarga Ye tadi ditahannya, kini akhirnya mengalir, dengan suara tercekat ia berkata, “Ayah.”
Setelah meninggalkan Pusat Pengobatan Tradisional dan kembali ke kampungnya, Dominic Yang sering tak menerima bayaran saat merawat dan menyembuhkan pasien. Saat itu kampung itu sangat miskin, dan fotografi bisa dianggap suatu kemewahan. Ia sudah hampir lupa penampilan ayahnya karena tak ada satupun peninggalan foto darinya, dan saat teringat kejadian di musim dingin itu, ia tak dapat lagi mengendalikan perasaannya.
Ia berlutut dan bersujud, “Ayah, aku merindukanmu, ibu juga merindukanmu.”
Zoe Ye belum pernah mengalami apa yang dialami Austin Yang, tapi melihat Austin Yang yang biasanya kurang ajar, pemalas, dan jahil ini tak dapat menahan kesedihannya, ia ikut merasa prihatin. Untungnya ia bisa menahan diri untuk tak mengganggu Austin Yang. Tapi perlahan, rasa gusarnya pada Austin Yang mulai memudar.
Pria sangat jarang menangis, begitu melihatnya menangis, siapa yang tak merasa tergerak?
Siapa yang masih bisa membenci seorang pria yang telah menunjukkan sisi rapuhnya?
Sementara mereka mencuci piring, Austin Yang dan Lyla Jiao mengobrol di luar dengan asyik. Zoe Ye menggerutu, “Bocah ini, saat bicara padaku saja ia tak semanis itu.”
“Berhati-hatilah!”
Kata Nicholas Ye, Zoe Ye terheran, “Ayah, apa maksudnya berhati-hatilah?”
Sambil membilas mangkuk, Nicholas Ye dengan bijak berkata, “Ia mengetahui apa yang kita ingin untuk ia lakukan, maka ia tak merasa segan pada kita. Dan ia pasti tahu ibumu lah yang memegang posisi tertinggi di keluarga kita, maka ia berusaha menjilatnya, membuat ibumu menyukainya, maka kita tak bisa mengetesnya lebih jauh. Dengan begitu ia bisa terus menyembunyikan kemampuannya dan hidup dengan tenang.”
Melihat Austin Yang yang tampak teledor dan acuh tak acuh itu, Zoe Ye membantah, “Ia baru 19 tahun, mana mungkin ia selicik itu?”
“Ini bukan licik, tapi cerdik,” Nicholas Ye mengoreksi perkataan Zoe Ye.
Mendengar ayahnya memuji Austin Yang yang menyebalkan itu, Zoe Ye merasa gusar, “Menurutku ia tidak cerdik, kemampuannya juga tak sehebat itu. Sepertinya kali ini ayah salah menilai.”
Setiap kali membahas Austin Yang, putrinya selalu tampak gusar. Nicholas Ye dengan sabar menjelaskan sudut pandangnya, “Kau pernah bercerita padaku, ada seseorang yang sedang sekarat di Kampung Yuanshan, kau tak berhasil menyembuhkannya, tapi ia berhasil menyembuhkannya dengan mudah. Kalau aku tak salah, ia pasti menggunakan teknik mengetuk titik-titik akupuntur untuk memperlancar sirkulasi darah. Juga, kau bilang, saat kakimu terkilir, ia juga yang membantumu meredakan kebengkakannya. Bagaimana bisa kau bilang ia tak begitu hebat?”
Nicholas Ye menyerahkan sebuah mangkuk pada Zoe Ye untuk dibilas sambil berkata, “Jangan terbawa perasaan saat menilai orang, meskipun Austin Yang lebih muda darimu, aku yakin kemampuannya pasti lebih hebat darimu.”
Mendengar ayahnya menganggap kemampuan Austin Yang lebih hebat darinya, Zoe Ye tertegun, “Ayah, mungkin saja ia hanya memahami sebagian, tapi tak memahami Teknik Medis Yuanmen yang lebih dalam?”
Nicholas Ye tersenyum tipis, “Kelak kau akan mengerti. Dan juga, tahukah kau kenapa ia memilih jurusan sains lingkungan?”
“Tidak.”
Karena keraguannya tentang Austin Yang selalu dibantah, Zoe Ye jadi malas menjawab. Ia mengusap mangkuk itu keras-keras, seolah sedang melampiaskan amarahnya padanya.
Melihat putrinya yang biasanya bersikap tenang bersikap seperti ini, Nicholas Ye hanya bisa menggeleng, “Tak peduli apapun alasannya, tak ada gunanya ia memasuki jurusan sains lingkungan. Seharusnya ia memasuki jurusan pengobatan tradisional untuk belajar lebih dalam. Pikirkanlah cara agar ia mau menerima kenyataan bahwa ia mewarisi Teknik Medis Yuanmen.”
Setelah selesai mencuci piring, sepasang ayah dan anak itu keluar.
Lyla Jiao yang sejak tadi tak henti-hentinya tertawa berkata, “Austin lucu sekali, padahal Tuan Besar Yang dan Adam orang yang sangat serius dan kaku, bagaimana bisa mereka memiliki cucu dan anak yang menyenangkan sepertimu?”
“Ini karena aku mengobrol dengan tante. Mengobrol dengan tante sudah seperti mengobrol dengan ibuku sendiri, sangat menyenangkan.”
Austin Yang yang duduk di seberangnya melontarkan kalimat yang membuat Lyla Jiao semakin gembira, “Anak pintar, ayah Zoe adalah murid kakekmu, sekaligus teman baik ayah dan pamanmu. Kau boleh menganggapku ibumu sendiri.”
Melihat mereka berdua sudah seperti sepasang ibu dan anak angkat, Zoe Ye bergegas memotong, “Ayah, bukankah ada sesuatu yang hendak kau bicarakan dengan Austin Yang?”
Nicholas Ye mengangguk dan berkata, “Iya, Austin Yang, maukah kau ikut ke Pusat Pengobatan Tradisional denganku? Di sana ada banyak barang peninggalan kakekmu, juga beberapa barang peninggalan ayah dan pamanmu. Bukankah kau juga ingin mengetahui lebih dalam tentang ayahmu?”
Senyum Austin Yang menjadi kaku, suatu kejadian di suatu siang di musim dingin saat ia berusia 3 tahun kembali terlintas dalam pikirannya.
Saat itu ayahnya, Adam Yang, membawanya ke desa untuk berbelanja, saat pulang, mereka melewati waduk pembangkit listrik. Hari itu turun salju dan jalanan sangat licin. Adam Yang yang sedang menggendongnya di punggungnya, tiba-tiba tergelincir. Ia jatuh ke tanah berlumpur, sementara Adam Yang jatuh tergelincir ke bendungan yang curam, menghancurkan lapisan es yang tipis, dan tenggelam ke dalam waduk.
Waduk itu digunakan sebagai pembangkit listrik, tempat Adam Yang terpeleset kebetulan sangat curam dan terlalu licin karena beku, sehingga tak memungkinkannya memanjatnya. Ia hanya bisa menghampiri tangga dan berpegangan padanya, tapi karena dinginnya cuaca musim dingin dan air waduk itu, sebelum ada orang yang sempat menjatuhkan tali untuk menariknya, Adam Yang telah tenggelam dan membeku. Saat tubuhnya diangkat, ia sudah tak bernyawa, sekujur tubuhnya membiru kedinginan.
Austin Yang ingat hari itu sangat dingin, ia menangis seharian. Hari itu juga adalah pertama kalinya ia melihat kakeknya yang baru saja melewati ulang tahunnya yang ke-60 menangis. Saat tubuh Adam Yang diangkat dari waduk, ia terus memanggilinya, tapi ayahnya tak pernah bangun lagi.
Meskipun sejak kejadian itu, para petugas waduk pembangkit listrik telah membuat pagar di sekeliling waduk, tapi bagaimanapun, Adam Yang telah meninggal. Sejak saat itu, ia sangat takut berada di dekat waduk atau tempat manapun yang berair dalam.
Ingatan tentang ayahnya terus menghantuinya.
“Austin, kau kenapa?”
Melihat mata Austin Yang memerah, Lyla Jiao bertanya dengan cemas. Austin Yang tersadar dari nostalgianya, memejamkan mata, menarik nafas panjang, lalu membuka mata, tersenyum, dan berkata, “Tak apa.”
Nicholas Ye tahu, Austin Yang sedang mengingat suatu kejadian yang tak ingin diingatnya, “Maukah kau ikut pergi?”
Austin Yang tahu Nicholas Ye sengaja mengajaknya ke Pusat Pengobatan Tradisional untuk lanjut mengetes apakah ia mewarisi Teknik Medis Yuanmen. Tapi saat teringat kejadian 16 tahun yang lalu saat ayahnya meninggal di hadapannya, ia tak bisa menolak, “Mau.”
...
1.5 jam kemudian, saat matahari bersinar terik.
Sekali lagi Austin Yang mengikuti Nicholas Ye dan putrinya mendatangi mansion tempat Pusat Pengobatan Tradisional berada. Ada beberapa petugas bersenjata berjaga di sekitarnya. Bagaimanapun, orang sakit yang datang ke sini bukanlah orang biasa, Austin Yang pun merasa lebih tenang.
“Guru, anda sudah kembali, Tuan Besar Chu marah-marah lagi.”
Begitu mereka memasuki koridor, seorang pria tampan berjas putih menghampiri mereka dengan ekspresi cemas. Mendengar hal ini, Nicholas Ye mengerutkan kening, “Tuan Besar Chu datang?”
Pria itu bernama Jimmy Liang, lulusan Universitas Pengobatan Tradisional. Ia mendapatkan sertifikat dokter di usia 26 tahun. Ia adalah murid Nicholas Ye sekaligus dokter termuda dan terbaik di Universitas Pengobatan Tradisional.
“Tuan Besar Chu datang setelah makan siang, sekitar setengah jam sebelum anda datang. Saat mengetahui kondisi Komandan Chu semakin memburuk, ia menjadi murka.”
Nicholas Ye menoleh menatap Austin Yang, “Aku akan memeriksanya, apakah kau mau ikut?”
Jimmy Liang langsung menghampiri begitu mereka tiba, Austin Yang merasa Nicholas Ye telah merencanakan hal ini agar tampak seperti suatu kebetulan, dan memintanya menangani pasien itu. Ia langsung menggeleng, “Tak perlu, aku tak bisa menghibur dan menenangkan anggota keluarga pasien.”
Dalam hati, Nicholas Ye merasa tak berdaya, namun tak menunjukkannya, “Kalau begitu, Zoe, bawa Austin ke tempat Paman Adam tinggal dulu.”
“Guru, apakah ia cucu Tuan Besar Yang? Di usia semuda ini, bisakah ia menyembuhkan Komandan Chu?”
Setelah Austin Yang dan Zoe Ye pergi, Jimmy Liang akhirnya melontarkan keraguannya. Kemunculannya ini memang atas perintah Nicholas Ye, bertujuan untuk mengetes bagaimana reaksi Austin Yang saat tanpa sengaja bertemu orang sakit. Karena orang yang terpanggil menjadi dokter akan merasakan hal yang sama, takkan tega dan takkan tinggal diam saat bertemu orang sakit.
Sayangnya, Austin Yang sepertinya mengetahui rencananya dan langsung menolak, Nicholas Ye mendesah, “Usia dan pendidikan bukanlah satu-satunya tolok ukur atas kemampuan. Sudahlah, mari kita periksa dulu, Tuan Besar Chu sudah berusia lebih dari 90 tahun, kita tak boleh membiarkannya marah.”
Halaman di sisi barat Pusat Pengobatan Tradisional biasanya digunakan sebagai tempat tinggal para pelayan.
Austin Yang mengikuti Zoe Ye memasuki sebuah halaman. Zoe Ye menunjuk sebuah ruangan dan berkata, “Ini adalah tempat tinggal ayahmu saat bekerja di Pusat Pengobatan Tradisional. Dan di sebelahnya adalah tempat tinggal paman dan kakekmu. Di dalamnya banyak barang peninggalan mereka. Selama ini kami hanya memerintahkan orang untuk menyapu dan membersihkannya, tapi tak pernah mengutak-atik barangnya.”
Austin Yang menghampiri ruangan itu, membuka pintunya, dan memasuki ruangan tempat Adam Yang dulu tinggal. Ia tak terlalu tertarik pada ruangan tempat kakeknya, Dominic Yang, dan pamannya, Cooper Yang, tinggal. Karena mereka baru meninggal saat ia sudah agak besar, ia punya banyak memori dengan mereka, tak seperti memorinya tentang Adam Yang yang sangat samar.
Bagian dalam ruangan itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah ranjang kayu sepanjang sekitar 1,2 meter, sebuah meja, sebuah kursi, dan sebuah rak buku yang berisikan banyak buku medis, termasuk buku medis terbitan luar negeri.
Di seberang rak buku, tampak berbagai botol dan kendi berisikan obat-obatan. Bisa dilihat, dulu Adam Yang pasti sering mempelajari obat-obatan tradisional.
Austin Yang melangkah maju dan duduk di atas ranjang, ia mengelus tikar jerami yang warnanya telah memudar itu, terasa dingin saat disentuh, tapi Austin Yang merasakan suatu perasaan hangat yang bahkan lebih hangat dibandingkan terik matahari di luar.
Di sisi ranjang, tampak foto hitam putih kakeknya, ayahnya, dan pamannya.
Ia menghampirinya, meraihnya, dan mengelusnya. Air matanya yang sejak di rumah Keluarga Ye tadi ditahannya, kini akhirnya mengalir, dengan suara tercekat ia berkata, “Ayah.”
Setelah meninggalkan Pusat Pengobatan Tradisional dan kembali ke kampungnya, Dominic Yang sering tak menerima bayaran saat merawat dan menyembuhkan pasien. Saat itu kampung itu sangat miskin, dan fotografi bisa dianggap suatu kemewahan. Ia sudah hampir lupa penampilan ayahnya karena tak ada satupun peninggalan foto darinya, dan saat teringat kejadian di musim dingin itu, ia tak dapat lagi mengendalikan perasaannya.
Ia berlutut dan bersujud, “Ayah, aku merindukanmu, ibu juga merindukanmu.”
Zoe Ye belum pernah mengalami apa yang dialami Austin Yang, tapi melihat Austin Yang yang biasanya kurang ajar, pemalas, dan jahil ini tak dapat menahan kesedihannya, ia ikut merasa prihatin. Untungnya ia bisa menahan diri untuk tak mengganggu Austin Yang. Tapi perlahan, rasa gusarnya pada Austin Yang mulai memudar.
Pria sangat jarang menangis, begitu melihatnya menangis, siapa yang tak merasa tergerak?
Siapa yang masih bisa membenci seorang pria yang telah menunjukkan sisi rapuhnya?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved