Bab 12 Peningkatan Kepekaan Indra
by Hailee
10:01,May 12,2021
Setelah 3 jam, barulah Austin Yang keluar dari ruangan itu.
Ia tak lagi menangis, wajahnya juga tak menunjukkan tanda-tanda baru menangis. Ekspresinya kembali jahil seperti biasanya. Zoe Ye yang sejak tadi menunggu di luar tertegun, sikap Austin Yang saat ini sangat berbeda dengan Austin Yang yang berlutut sambil menangis tadi.
“Aku tahu setelah potong rambut, aku jadi tampak lebih tampan, tapi jangan memandangiku seperti itu, aku jadi malu!”
“...”
Zoe Ye memalingkan pandangannya dan bangkit berdiri. Rupanya Austin Yang masih tetap sama, bocah yang menyebalkan itu, “Ayahku menyuruhmu ke kantornya.”
Austin Yang mengangkat bahunya, menggeleng, lalu pergi, “Aku tak menyukai pria, juga tak ada yang perlu kubicarakan dengan pria tua itu. Aku pergi saja, kau tak perlu mengikutiku. Aku pinjam kartu busmu, aku akan pulang sendiri.”
“Austin Yang, berhenti, kembali!”
Tapi tak peduli bagaimanapun Zoe Ye memanggilnya, Austin Yang tetap pergi. Ini membuat Zoe Ye merasa heran, ia cukup cantik, banyak pria ingin berada di dekatnya, tapi Austin Yang sama sekali tak ingin berlama-lama berada di dekatnya. Sungguh menyebalkan.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di sebelahnya, Zoe Ye menoleh, setelah melihat siapa yang datang, ia segera menegakkan tubuhnya dan menyapa dengan hormat, “Tuan Besar Chu!”
Seorang pria tua berambut putih dan mengenakan jas putih, usianya tampak sangat tua, namun tubuhnya masih tegap, sedang berjalan menghampirinya ditemani Nicholas Ye dan Miles Lv. Ia berjalan tanpa menggunakan tongkat, jalannya masih sangat kuat, sama sekali tak gemetaran. Wibawanya membuat orang tak berani menatapnya.
Terutama matanya, yang sangat tajam dan penuh wibawa, seolah bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menatapnya.
Xander Chu, salah satu jenderal veteran di China. Ia masuk militer di usia 13 tahun, mengesampingkan seluruh urusan pribadinya, dan bergabung dalam ribuan pertempuran, baik besar maupun kecil. Saat seseorang berusaha menjodohkannya, ia berkata, ia takkan menikah sebelum selesai melayani negaranya. Kalimat ini sampai tertulis dalam buku sejarah!
Saat ia berusia 40 tahun dan situasi dalam negeri mulai stabil, barulah ia menuruti perintah atasannya untuk menikah. Tapi sehari setelah pernikahannya, ia telah kembali ke militer dengan alasan ia belum cukup mengabdi, sehingga ia ingin lanjut bertempur.
Ia memegang jabatannya hingga usia 70 tahun, baru kemudian pensiun. Tapi walaupun telah pensiun, ia tetap mengabdi pada negara dan dengan tegas mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang berkontribusi pada negara. Kini setelah pensiun selama lebih dari 20 tahun, ia telah berhasil mendidik 2 anaknya menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Mereka juga anak-anak yang sangat cemerlang.
Maka tentu saja Zoe Ye merasa agak gugup menghadapi pria tua yang sangat tegas ini.
Xander Chu mengangguk dan menatap ke arah perginya Austin Yang dengan ekspresi yang tak dapat ditebak. Orang-orang di sekitarnya tak berani mengatakan apapun, takut mengganggu jenderal tua itu.
Setelah terdiam beberapa saat, Xander Chu akhirnya berkata, “Nicholas, kau yakin ia mewarisi kemampuan Adik Yang?”
Dominic Yang dan Xander Chu telah berteman selama lebih dari 40 tahun, maka Nicholas Ye tak heran mendengar Xander Chu memanggilnya Adik Yang, “Guru terus berusaha memajukan dunia pengobatan sepanjang hidupnya, agar semakin banyak orang bisa hidup sehat. Ia tak mungkin membiarkan Teknik Medis Yuanmen terlupakan begitu saja, ia pasti telah mewariskan semuanya pada Austin Yang.”
Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Tapi entah kenapa, Austin Yang tak mau mengakuinya. Aku masih membutuhkan beberapa waktu untuk mengetes dan memastikan.”
“Beritahu aku jika kau telah memastikan ia memiliki kemampuan ini.”
Mendengar nada tegas Xander Chu yang mengintimidasi, Nicholas Ye meneteskan keringat dingin, “Baik!”
Xander Chu berbalik dan berkata, “Kalau begitu akan kuperintahkan seseorang mengetesnya. Kalian harus memastikan kondisi Liam tak semakin memburuk.”
Setelah ia dan Miles Lv pergi, barulah Nicholas Ye dan Zoe Ye menghembuskan nafas lega. Saat Xander Chu berada di sini, mereka merasa sangat tertekan.
“Ayah, kenapa kau menjawabnya dengan begitu yakin, bagaimana jika ternyata Austin Yang tak memiliki kemampuan itu?”
Nicholas Ye menghela nafas panjang lalu berkata, “Aku percaya pada Guru.”
Nicholas Ye tetap percaya, Dominic Yang pasti akan mengajarkan Teknik Medis Yuanmen pada Austin Yang, ia takkan membiarkan teknik itu terlupakan. Zoe Ye menepuk jidat, tak tahu lagi harus berkata apa, ia hanya berharap insting Nicholas Ye tidak salah.
Jika tidak, amarah Tuan Besar Chu akan sangat mengerikan.
...
Austin Yang meninggalkan Pusat Pengobatan Tradisional dan menuju rumah sewaan Zoe Ye. Saat sedang melepaskan rindu pada almarhum ayahnya, ia merasakan perubahan pada tubuhnya.
Selama ia berada di ruangan tadi, tak ada yang mengganggunya. Ia bisa mendengar suara angin, rerumputan di luar, bahkan suara nafas Zoe Ye dengan jelas.
Meskipun kakeknya telah memberinya sup obat tradisional untuk menguatkan tubuhnya dan meningkatkan kemampuan indra-indranya agar lebih mudah memahami obat-obatan tradisional, tapi karena 8 saluran chi nya cacat dan tidak sempurna, meskipun ia telah meminum berbagai macam sup obat tradisional sejak kecil, kemampuan indra-indranya hanya sedikit lebih baik dibandingkan orang biasa.
Seharusnya tidak mungkin ia bisa mendengar suara angin, rerumputan di luar, bahkan suara nafas Zoe Ye, tapi kini ia bisa mendengarnya. Ini menandakan kedelapan saluran chi nya telah membaik.
Sejak ia jatuh ke sungai hingga saat ini, Tintin telah memanjang 3cm. Austin Yang yakin dugaannya ini benar, kedelapan saluran chi nya perlahan telah kembali normal. Jika tidak, tak mungkin Tintin bisa bertumbuh, dan indra-indra yang telah dilatihnya sejak kecil tak mungkin sepeka ini.
Ah!
Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan, meskipun suara itu tak terlalu keras dan para pejalan kaki di sekitarnya tak mendengarnya, tapi Austin Yang bisa mendengarnya dengan jelas. Suara itu berasal dari sebuah gang di seberang jalan.
Ia memicingkan mata, lalu tanpa berpikir panjang, segera menyeberang jalan. Suara itu tak terdengar seperti suara kesakitan biasa, misalnya saat seseorang terjatuh, tapi terdengar jauh lebih kesakitan. Sebagai seorang dokter, ia paling tak tahan mendengar suara seperti ini, ia harus memeriksa apa yang terjadi.
Begitu memasuki mulut gang, tercium bau busuk dari dalam. Sekilas, karena cahaya di gang itu cukup remang, sepertinya bau busuk ini ditimbulkan sampah-sampah yang dibuang oleh warga di kedua sisi gang. Sepertinya gang ini tak pernah dibersihkan selama berbulan-bulan.
Tapi Austin Yang mencium bau darah yang samar, ia bisa membedakannya dari bau sampah karena kondisi tubuh dan kepekaan indra-indranya telah meningkat.
Setelah menggaruk-garuk hidungnya, Austin Yang melangkah masuk. Setelah berjalan sekitar 10 meter, ia menemukan seorang pria berseragam polisi sedang tergeletak berlumuran darah di belakang kardus-kardus. Sebuah pisau tertancap di dadanya, wajahnya sangat pucat karena telah kehilangan banyak darah.
Ia menatap ke sekeliling gang, tak ada orang lain, ia pun berjongkok dan bertanya, “Pak Polisi, bagaimana hal ini bisa terjadi?”
Pria berseragam polisi itu membuka matanya dan dengan lemas berkata, “Aku melihat seseorang mengendap-endap masuk ke sini, maka aku mengikutinya. Rupanya ia hendak merampok, maka aku hendak menangkapnya. Tak disangka rupanya ia mempunyai seorang anggota komplotan, komplotannya menusukku dengan pisau. Cepat, panggil polisi!”
“Kau adalah polisi, bukankah seharusnya kau bisa menghubungi polisi? Dan tidakkah seharusnya kita memanggil ambulans untukmu?” kata Austin Yang sambil mengerutkan kening. Lalu ia menatap lukanya dan berseru, “Kau sangat beruntung, ahli sekali!”
Pisau itu telah menusuk jantungnya, tapi rupanya tak mengenai posisi yang fatal. Pendarahannya memang sangat banyak, tapi takkan mengancam nyawanya. Setelah sebulan, pendarahan itu akan berhenti. Antara polisi itu sangat beruntung, atau orang yang menusuknya sangatlah ahli, sengaja menghindari titik fatal itu.
Pria berseragam polisi itu tersenyum getir dan berkata, “Apa maksudmu? Aku hampir tak tahan lagi.”
Austin Yang bangkit berdiri dan mengurungkan niatnya untuk menarik pisau itu. Ia mengeluarkan ponsel dari kantongnya dan berkata, “Bertahanlah, akan kuteleponkan ambulans.”
“Tidakkah sebaiknya kau menolongku dulu? Jika tidak, aku mungkin takkan bisa bertahan hidup hingga ambulans datang.”
Sambil menelepon ambulans, Austin Yang mengerutkan kening dan berkata, “Bukankah pendarahanmu sangat hebat? Aku bukan dokter, mana mungkin aku bisa menghentikan pendarahan,” begitu telepon tersambung, Austin Yang segera menceritakan kejadiannya dan memberitahukan alamatnya. Setelah menutup telepon, ia berkata pada pria berseragam polisi itu, “Dokter akan tiba sekitar 15 menit lagi, bertahanlah.”
Setelah berkata, Austin Yang menggelengkan kepala lalu pergi, meskipun pria berseragam polisi itu berkali-kali berseru memanggilnya, ia sama sekali tak kembali. Saat sosoknya akhirnya tak tampak lagi, polisi itu mendesah, “Bocah ini sama sekali tak punya empati.”
Lalu ia mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Ia sudah pergi.”
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di mulut gang. Dua pria berbaju hitam berjalan memasuki gang dan membantu pria berseragam polisi itu masuk ke mobil, lalu dengan cepat segera menghentikan pendarahannya.
Salah satu dari mereka bertanya, “Bocah itu sama sekali tak membantumu?”
Pria berseragam polisi itu tak lagi sepucat tadi, ia menjawab, “Bocah itu mungkin tak mempunyai keahlian. Selain membantuku meneleponkan ambulans, ia tak melakukan apapun lagi!”
“Baiklah!”
Mobil hitam itu perlahan melaju seolah tak terjadi apa-apa. Begitu mobil itu berbelok di ujung jalan, Austin Yang keluar dari sebuah toko.
Ia tersenyum sinis sambil menghisap sebatang rokok, “Bahkan meskipun polisi itu tak membawa ponsel, kedua tangannya tak terluka, bukankah ia bisa menggunakan walkie-talkie nya? Dan pisau itu jelas-jelas sengaja ditusukkan, dikiranya aku takkan sadar? Tapi siapapun yang membuat rencana ini hebat juga, hampir saja aku hendak membantunya menghentikan pendarahannya.”
Ia tak bisa menebak, siapakah yang membuat rencana sehebat ini, akhirnya Austin Yang mengangkat bahu, terlalu enggan untuk lanjut memikirkannya. Ia berjalan ke arah halte bus tanpa mempedulikan hal ini lagi.
Saat ia berbalik dan berjalan ke arah halte bus, di lantai 2 sebuah kafe di seberang gang, seorang wanita berambut pendek tersenyum, “Rupanya ia menyadarinya, sayang ia tak menyadari kita sejak tadi mengamati di sini. Tapi, benarkah ia bisa menyembuhkan Paman Liam? Bahkan para dokter senior di Pusat Pengobatan Tradisional saja tak sanggup menyembuhkannya!”
Seorang wanita lain duduk di hadapannya, rambut panjangnya bagaikan air terjun hitam, kecantikannya membuatnya tampak seperti peri yang turun ke bumi. Terutama matanya yang besar dengan bulu mata yang lentik, tampak sangat jernih.
Ia mengenakan rok putih selutut, meskipun roknya tak terlalu ketat, dilihat dari kakinya yang mulus dan jenjang, bisa dilihat postur tubuhnya sangat ideal. Ia memegang segelas milk tea, bibirnya menggigit sedotannya dan memainkannya.
Ia tak menjawab pertanyaan wanita berambut pendek itu, melainkan meletakkan gelasnya, lalu menekan suatu tombol di ponselnya. Terdengar suara rekaman, suara Austin Yang, “Kau sangat beruntung, ahli sekali!”
Ia terus mengulangi rekaman itu, wanita berambut pendek itu awalnya merasa heran, tapi setelah mendengarnya beberapa kali, ia tiba-tiba memahaminya, “Rupanya ia tahu tusukan itu sengaja ditusukkan dan tidak fatal? Tak terlalu mengherankan jika ia tahu hal ini sengaja direncanakan, tapi pisau itu menusuk dadanya, dari mana ia tahu tusukan ini fatal atau tidak, atau orang seperti apakah yang menusuknya?”
Melihat wanita di hadapannya hanya mematikan rekaman itu tanpa menjawab, wanita berambut pendek itu tersenyum getir, “Kalau begitu akan kuberitahu kakek, Austin Yang benar-benar memiliki kemampuan tersembunyi, berarti misi ini terbilang sukses?”
“Iya.”
Ia tak lagi menangis, wajahnya juga tak menunjukkan tanda-tanda baru menangis. Ekspresinya kembali jahil seperti biasanya. Zoe Ye yang sejak tadi menunggu di luar tertegun, sikap Austin Yang saat ini sangat berbeda dengan Austin Yang yang berlutut sambil menangis tadi.
“Aku tahu setelah potong rambut, aku jadi tampak lebih tampan, tapi jangan memandangiku seperti itu, aku jadi malu!”
“...”
Zoe Ye memalingkan pandangannya dan bangkit berdiri. Rupanya Austin Yang masih tetap sama, bocah yang menyebalkan itu, “Ayahku menyuruhmu ke kantornya.”
Austin Yang mengangkat bahunya, menggeleng, lalu pergi, “Aku tak menyukai pria, juga tak ada yang perlu kubicarakan dengan pria tua itu. Aku pergi saja, kau tak perlu mengikutiku. Aku pinjam kartu busmu, aku akan pulang sendiri.”
“Austin Yang, berhenti, kembali!”
Tapi tak peduli bagaimanapun Zoe Ye memanggilnya, Austin Yang tetap pergi. Ini membuat Zoe Ye merasa heran, ia cukup cantik, banyak pria ingin berada di dekatnya, tapi Austin Yang sama sekali tak ingin berlama-lama berada di dekatnya. Sungguh menyebalkan.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di sebelahnya, Zoe Ye menoleh, setelah melihat siapa yang datang, ia segera menegakkan tubuhnya dan menyapa dengan hormat, “Tuan Besar Chu!”
Seorang pria tua berambut putih dan mengenakan jas putih, usianya tampak sangat tua, namun tubuhnya masih tegap, sedang berjalan menghampirinya ditemani Nicholas Ye dan Miles Lv. Ia berjalan tanpa menggunakan tongkat, jalannya masih sangat kuat, sama sekali tak gemetaran. Wibawanya membuat orang tak berani menatapnya.
Terutama matanya, yang sangat tajam dan penuh wibawa, seolah bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menatapnya.
Xander Chu, salah satu jenderal veteran di China. Ia masuk militer di usia 13 tahun, mengesampingkan seluruh urusan pribadinya, dan bergabung dalam ribuan pertempuran, baik besar maupun kecil. Saat seseorang berusaha menjodohkannya, ia berkata, ia takkan menikah sebelum selesai melayani negaranya. Kalimat ini sampai tertulis dalam buku sejarah!
Saat ia berusia 40 tahun dan situasi dalam negeri mulai stabil, barulah ia menuruti perintah atasannya untuk menikah. Tapi sehari setelah pernikahannya, ia telah kembali ke militer dengan alasan ia belum cukup mengabdi, sehingga ia ingin lanjut bertempur.
Ia memegang jabatannya hingga usia 70 tahun, baru kemudian pensiun. Tapi walaupun telah pensiun, ia tetap mengabdi pada negara dan dengan tegas mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang berkontribusi pada negara. Kini setelah pensiun selama lebih dari 20 tahun, ia telah berhasil mendidik 2 anaknya menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Mereka juga anak-anak yang sangat cemerlang.
Maka tentu saja Zoe Ye merasa agak gugup menghadapi pria tua yang sangat tegas ini.
Xander Chu mengangguk dan menatap ke arah perginya Austin Yang dengan ekspresi yang tak dapat ditebak. Orang-orang di sekitarnya tak berani mengatakan apapun, takut mengganggu jenderal tua itu.
Setelah terdiam beberapa saat, Xander Chu akhirnya berkata, “Nicholas, kau yakin ia mewarisi kemampuan Adik Yang?”
Dominic Yang dan Xander Chu telah berteman selama lebih dari 40 tahun, maka Nicholas Ye tak heran mendengar Xander Chu memanggilnya Adik Yang, “Guru terus berusaha memajukan dunia pengobatan sepanjang hidupnya, agar semakin banyak orang bisa hidup sehat. Ia tak mungkin membiarkan Teknik Medis Yuanmen terlupakan begitu saja, ia pasti telah mewariskan semuanya pada Austin Yang.”
Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Tapi entah kenapa, Austin Yang tak mau mengakuinya. Aku masih membutuhkan beberapa waktu untuk mengetes dan memastikan.”
“Beritahu aku jika kau telah memastikan ia memiliki kemampuan ini.”
Mendengar nada tegas Xander Chu yang mengintimidasi, Nicholas Ye meneteskan keringat dingin, “Baik!”
Xander Chu berbalik dan berkata, “Kalau begitu akan kuperintahkan seseorang mengetesnya. Kalian harus memastikan kondisi Liam tak semakin memburuk.”
Setelah ia dan Miles Lv pergi, barulah Nicholas Ye dan Zoe Ye menghembuskan nafas lega. Saat Xander Chu berada di sini, mereka merasa sangat tertekan.
“Ayah, kenapa kau menjawabnya dengan begitu yakin, bagaimana jika ternyata Austin Yang tak memiliki kemampuan itu?”
Nicholas Ye menghela nafas panjang lalu berkata, “Aku percaya pada Guru.”
Nicholas Ye tetap percaya, Dominic Yang pasti akan mengajarkan Teknik Medis Yuanmen pada Austin Yang, ia takkan membiarkan teknik itu terlupakan. Zoe Ye menepuk jidat, tak tahu lagi harus berkata apa, ia hanya berharap insting Nicholas Ye tidak salah.
Jika tidak, amarah Tuan Besar Chu akan sangat mengerikan.
...
Austin Yang meninggalkan Pusat Pengobatan Tradisional dan menuju rumah sewaan Zoe Ye. Saat sedang melepaskan rindu pada almarhum ayahnya, ia merasakan perubahan pada tubuhnya.
Selama ia berada di ruangan tadi, tak ada yang mengganggunya. Ia bisa mendengar suara angin, rerumputan di luar, bahkan suara nafas Zoe Ye dengan jelas.
Meskipun kakeknya telah memberinya sup obat tradisional untuk menguatkan tubuhnya dan meningkatkan kemampuan indra-indranya agar lebih mudah memahami obat-obatan tradisional, tapi karena 8 saluran chi nya cacat dan tidak sempurna, meskipun ia telah meminum berbagai macam sup obat tradisional sejak kecil, kemampuan indra-indranya hanya sedikit lebih baik dibandingkan orang biasa.
Seharusnya tidak mungkin ia bisa mendengar suara angin, rerumputan di luar, bahkan suara nafas Zoe Ye, tapi kini ia bisa mendengarnya. Ini menandakan kedelapan saluran chi nya telah membaik.
Sejak ia jatuh ke sungai hingga saat ini, Tintin telah memanjang 3cm. Austin Yang yakin dugaannya ini benar, kedelapan saluran chi nya perlahan telah kembali normal. Jika tidak, tak mungkin Tintin bisa bertumbuh, dan indra-indra yang telah dilatihnya sejak kecil tak mungkin sepeka ini.
Ah!
Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan, meskipun suara itu tak terlalu keras dan para pejalan kaki di sekitarnya tak mendengarnya, tapi Austin Yang bisa mendengarnya dengan jelas. Suara itu berasal dari sebuah gang di seberang jalan.
Ia memicingkan mata, lalu tanpa berpikir panjang, segera menyeberang jalan. Suara itu tak terdengar seperti suara kesakitan biasa, misalnya saat seseorang terjatuh, tapi terdengar jauh lebih kesakitan. Sebagai seorang dokter, ia paling tak tahan mendengar suara seperti ini, ia harus memeriksa apa yang terjadi.
Begitu memasuki mulut gang, tercium bau busuk dari dalam. Sekilas, karena cahaya di gang itu cukup remang, sepertinya bau busuk ini ditimbulkan sampah-sampah yang dibuang oleh warga di kedua sisi gang. Sepertinya gang ini tak pernah dibersihkan selama berbulan-bulan.
Tapi Austin Yang mencium bau darah yang samar, ia bisa membedakannya dari bau sampah karena kondisi tubuh dan kepekaan indra-indranya telah meningkat.
Setelah menggaruk-garuk hidungnya, Austin Yang melangkah masuk. Setelah berjalan sekitar 10 meter, ia menemukan seorang pria berseragam polisi sedang tergeletak berlumuran darah di belakang kardus-kardus. Sebuah pisau tertancap di dadanya, wajahnya sangat pucat karena telah kehilangan banyak darah.
Ia menatap ke sekeliling gang, tak ada orang lain, ia pun berjongkok dan bertanya, “Pak Polisi, bagaimana hal ini bisa terjadi?”
Pria berseragam polisi itu membuka matanya dan dengan lemas berkata, “Aku melihat seseorang mengendap-endap masuk ke sini, maka aku mengikutinya. Rupanya ia hendak merampok, maka aku hendak menangkapnya. Tak disangka rupanya ia mempunyai seorang anggota komplotan, komplotannya menusukku dengan pisau. Cepat, panggil polisi!”
“Kau adalah polisi, bukankah seharusnya kau bisa menghubungi polisi? Dan tidakkah seharusnya kita memanggil ambulans untukmu?” kata Austin Yang sambil mengerutkan kening. Lalu ia menatap lukanya dan berseru, “Kau sangat beruntung, ahli sekali!”
Pisau itu telah menusuk jantungnya, tapi rupanya tak mengenai posisi yang fatal. Pendarahannya memang sangat banyak, tapi takkan mengancam nyawanya. Setelah sebulan, pendarahan itu akan berhenti. Antara polisi itu sangat beruntung, atau orang yang menusuknya sangatlah ahli, sengaja menghindari titik fatal itu.
Pria berseragam polisi itu tersenyum getir dan berkata, “Apa maksudmu? Aku hampir tak tahan lagi.”
Austin Yang bangkit berdiri dan mengurungkan niatnya untuk menarik pisau itu. Ia mengeluarkan ponsel dari kantongnya dan berkata, “Bertahanlah, akan kuteleponkan ambulans.”
“Tidakkah sebaiknya kau menolongku dulu? Jika tidak, aku mungkin takkan bisa bertahan hidup hingga ambulans datang.”
Sambil menelepon ambulans, Austin Yang mengerutkan kening dan berkata, “Bukankah pendarahanmu sangat hebat? Aku bukan dokter, mana mungkin aku bisa menghentikan pendarahan,” begitu telepon tersambung, Austin Yang segera menceritakan kejadiannya dan memberitahukan alamatnya. Setelah menutup telepon, ia berkata pada pria berseragam polisi itu, “Dokter akan tiba sekitar 15 menit lagi, bertahanlah.”
Setelah berkata, Austin Yang menggelengkan kepala lalu pergi, meskipun pria berseragam polisi itu berkali-kali berseru memanggilnya, ia sama sekali tak kembali. Saat sosoknya akhirnya tak tampak lagi, polisi itu mendesah, “Bocah ini sama sekali tak punya empati.”
Lalu ia mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Ia sudah pergi.”
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di mulut gang. Dua pria berbaju hitam berjalan memasuki gang dan membantu pria berseragam polisi itu masuk ke mobil, lalu dengan cepat segera menghentikan pendarahannya.
Salah satu dari mereka bertanya, “Bocah itu sama sekali tak membantumu?”
Pria berseragam polisi itu tak lagi sepucat tadi, ia menjawab, “Bocah itu mungkin tak mempunyai keahlian. Selain membantuku meneleponkan ambulans, ia tak melakukan apapun lagi!”
“Baiklah!”
Mobil hitam itu perlahan melaju seolah tak terjadi apa-apa. Begitu mobil itu berbelok di ujung jalan, Austin Yang keluar dari sebuah toko.
Ia tersenyum sinis sambil menghisap sebatang rokok, “Bahkan meskipun polisi itu tak membawa ponsel, kedua tangannya tak terluka, bukankah ia bisa menggunakan walkie-talkie nya? Dan pisau itu jelas-jelas sengaja ditusukkan, dikiranya aku takkan sadar? Tapi siapapun yang membuat rencana ini hebat juga, hampir saja aku hendak membantunya menghentikan pendarahannya.”
Ia tak bisa menebak, siapakah yang membuat rencana sehebat ini, akhirnya Austin Yang mengangkat bahu, terlalu enggan untuk lanjut memikirkannya. Ia berjalan ke arah halte bus tanpa mempedulikan hal ini lagi.
Saat ia berbalik dan berjalan ke arah halte bus, di lantai 2 sebuah kafe di seberang gang, seorang wanita berambut pendek tersenyum, “Rupanya ia menyadarinya, sayang ia tak menyadari kita sejak tadi mengamati di sini. Tapi, benarkah ia bisa menyembuhkan Paman Liam? Bahkan para dokter senior di Pusat Pengobatan Tradisional saja tak sanggup menyembuhkannya!”
Seorang wanita lain duduk di hadapannya, rambut panjangnya bagaikan air terjun hitam, kecantikannya membuatnya tampak seperti peri yang turun ke bumi. Terutama matanya yang besar dengan bulu mata yang lentik, tampak sangat jernih.
Ia mengenakan rok putih selutut, meskipun roknya tak terlalu ketat, dilihat dari kakinya yang mulus dan jenjang, bisa dilihat postur tubuhnya sangat ideal. Ia memegang segelas milk tea, bibirnya menggigit sedotannya dan memainkannya.
Ia tak menjawab pertanyaan wanita berambut pendek itu, melainkan meletakkan gelasnya, lalu menekan suatu tombol di ponselnya. Terdengar suara rekaman, suara Austin Yang, “Kau sangat beruntung, ahli sekali!”
Ia terus mengulangi rekaman itu, wanita berambut pendek itu awalnya merasa heran, tapi setelah mendengarnya beberapa kali, ia tiba-tiba memahaminya, “Rupanya ia tahu tusukan itu sengaja ditusukkan dan tidak fatal? Tak terlalu mengherankan jika ia tahu hal ini sengaja direncanakan, tapi pisau itu menusuk dadanya, dari mana ia tahu tusukan ini fatal atau tidak, atau orang seperti apakah yang menusuknya?”
Melihat wanita di hadapannya hanya mematikan rekaman itu tanpa menjawab, wanita berambut pendek itu tersenyum getir, “Kalau begitu akan kuberitahu kakek, Austin Yang benar-benar memiliki kemampuan tersembunyi, berarti misi ini terbilang sukses?”
“Iya.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved