Bab 5 Sampaikan terima kasihku kepada suamiku
by Candy Wong
10:34,Apr 24,2021
Vinsen Huo terkejut, di antara alisnya yang dalam terdapat ekspresi berbeda.
Dia mengira hanya dirinya saja yang tidak peduli dengan pernikahan ini, tidak di sangka gadis ini lebih tidak peduli lagi, bahkan sudah menikah pun, ternyata dari awal sampai akhir dia tidak mengetahui siapa suapinya.
Orang yang selalu dingin dan terus terang, pertama kalinya bingung dan ragu, "ehm."
Mendengar perkataan itu, Judy Shi mengangukan kepala, membungkukan tubuh dan menandatangani
Sejak awal sampai akhir dia sama sekali tidak curiga dengan status orang di depannya ini.
Di dalam keterbatasan orang yang dia kenal, hanya tahu bahwa orang yang dia nikahi adalah orang tak terlihat, sejak kecil di luar negeri berobat.
Keluarga besar yang dingin, satu orang telah lama di luar negeri berobat dan tidak kembali, sudah tidak mempunyai kekuasaan sama sekali.
Dan orang di depannya saat ini tidak hanya keadaan tubuhnya sehat, dan sama sekali tidak terlihat ada sedikitpun penyakit, aura yang menekan yang ada di tubuhnya hanya terlihat pada orang yang sudah lama berada di kedudukan tinggi.
Bila ini adalah Vinsen Huo, keluarga Huo mana mungkin membiarkannya memasuki keluarga ini.
Dan juga di keluarga Huo tidak hanya ada satu anak laki-laki, bila dari umur dan kedudukan, kemungkinan pria ini adalah saudara sepupunya.
Melihat dari pria ini yang sedari tadi menjaga jarak pun sudah tahu, sama sekali tidak ingin mempunyai hubungan apa-apa dengannya.
Sama sekali tidak ada keinginan untuk bertanya sedikitpun.
Kulit Judy Shi sangat bagus, karena baru saja mandi, ada bekas noda merah mengepul di wajahnya, dia menundukan kepala menulis, rambut panjangnya jatuh ke samping, memperlihatkan lehernya yang putih bersih.
Vinsen Huo memindahkan pandangan matanya, melihat ke meja.
Tulisan tangannya indah, dan penulisannya sangat stabil, terlihat bahwa itu sering dilatih.
Judy Shi meletakan pena, dan sedikit tersenyum: "Tolong tuan bantu aku menyampaikan bahwa aku akan menaati peraturan yang tertulis di atas perjanjian ini, dua tahun kemudian, kami berdua sama sekali tidak ada hubungan lagi."
Sikapnya sangat terus terang, sama sekali tidak bertele-tele.
Pada saat Vinsen Huo mendapatkan kontrak pernjanjian itu, dari sakunya dia mengluarkan sebuah kartu berwarna hitam.
"Nominalnya tak terbatas, kamu dapat menggunakannya semaumu."
Judy Shi tidak menolaknya, dia bukanlah orang yang sok, sekarang apapun dia tidak punya, bahkan biaya pengobatan neneknya pun harus bergantung pada keluarga Shi, bahkan orang keluarga itu kapanpun bisa berubah.
Dirinya yang sekarng tidak dapat mempertaruhkan nyawa neneknya.
Setelah memiliki uang ini, setidaknya tidak perlu ditekan oleh Mandy Xing lagi, setiap saat membuat orang sulit bernapas.
Gerakannya sangat lugas, dia memasukan kartu itu ke dalam tasnya.
"Bantu aku untuk berterima kasih kepada suamiku."
Vinsen Huo mengangkat matanya, tatapan matanya sangat tenang, pertama kalinya dia menatap wanita yang dipaksakan di berikan kepadanya.
Setelah kontak singkat, Judy Shi benar-benar mengejutkannya.
Dalam posisinya, dia sudah melihat bnyak wanita yang nampaknya mulia dan ingin berlutut untuk berkuasa, dan ada juga banyak wanita yang rela melakukan apapun yang mereka bisa.
Tetapi Judy Shi tidak sama, dia tidak sama dengan wanita lainnya.
Dia tidak menutupi dirinya dengan kepura-puraan dan mengabaikan ikatan perkawinan yang diberlakukan dunia pada wanita, seolah dia tidak peduli tentang apa pun.
Di hadapannya, sama sekali tidak menutupi keinginannya terhadap kartu ini.
Ekspresinya terlalu tenang, dan pada alisnya yang samar terlihat sikap yang sama sekali tidak terpengaruh.
"Apakah ada yang lainnya?"
Ini adalah kata-kata mempersilahkan tamu keluar, Vinsen Huo menarik tatapan matanya, memutar tubuhnya dan keluar.
Pintu itu di tutup 'buk', sama sekali tidak ada keragu-raguan.
Dimata Vinsen Huo terdapat sedikit rasa penasaran.
Malam pengantin, di usir oleh istrinya sendiri dari kamar, bila di katakan keluar mungkin tidak ada orang yang mempercayainya.
Dia menundukan kepala, melihat tanda tangan di perjanjian tersebut, wajahnya seperti di tutupi lapisan es, dan matanya yang gelap dingin tanpa suhu.
Dia melangkahkan kakinya, berjalan ke bawah.
"kak?"
Melihatnya tidak memperdulikannya, Kristina Huo dengan tidak senang mengikutinya, wajahnya terlihat sedih.
"Dia adalah kakak iparmu."
Maksud kalimat ini adalah setidaknya kamu harus menghormatinya.
Wajah Kristina Huo pucat, ekspresinya membeku, sangat sulit di mengerti.
Sejak kecil dia sangat memuja kakaknya, berharap wanita yang berdiri di samping kakaknya adalah wanita yang terbaik, melainkan bukan seorang gadis yang di besarkan di desa.
Langkah kaki Vinsen Huo sama sekali tidak melambat, dia keluar dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan tempat itu.
Dia sepertinya memang orang yang selalu seperti itu, terhadap apapun sangat dingin, selalu membuat batasan dengan kehangatan dengan dingin.
Kristina Huo menghentakan kaki, dengan sangat kesal dia kembali ke kamar.
"Vinsen Huo yang menyebalkan, benar-benar bajingan!
Sejak kecil selalu bersikap tidak peduli dengan adik kandungnya, bahkan keberadaannya tidak lebih berarti dari pada wanita yang menjadi istirnya itu, sudahlah!
Pasti wanita itu mengatakan sesuatu kepadanya tentang dirinya!
Dia mengira hanya dirinya saja yang tidak peduli dengan pernikahan ini, tidak di sangka gadis ini lebih tidak peduli lagi, bahkan sudah menikah pun, ternyata dari awal sampai akhir dia tidak mengetahui siapa suapinya.
Orang yang selalu dingin dan terus terang, pertama kalinya bingung dan ragu, "ehm."
Mendengar perkataan itu, Judy Shi mengangukan kepala, membungkukan tubuh dan menandatangani
Sejak awal sampai akhir dia sama sekali tidak curiga dengan status orang di depannya ini.
Di dalam keterbatasan orang yang dia kenal, hanya tahu bahwa orang yang dia nikahi adalah orang tak terlihat, sejak kecil di luar negeri berobat.
Keluarga besar yang dingin, satu orang telah lama di luar negeri berobat dan tidak kembali, sudah tidak mempunyai kekuasaan sama sekali.
Dan orang di depannya saat ini tidak hanya keadaan tubuhnya sehat, dan sama sekali tidak terlihat ada sedikitpun penyakit, aura yang menekan yang ada di tubuhnya hanya terlihat pada orang yang sudah lama berada di kedudukan tinggi.
Bila ini adalah Vinsen Huo, keluarga Huo mana mungkin membiarkannya memasuki keluarga ini.
Dan juga di keluarga Huo tidak hanya ada satu anak laki-laki, bila dari umur dan kedudukan, kemungkinan pria ini adalah saudara sepupunya.
Melihat dari pria ini yang sedari tadi menjaga jarak pun sudah tahu, sama sekali tidak ingin mempunyai hubungan apa-apa dengannya.
Sama sekali tidak ada keinginan untuk bertanya sedikitpun.
Kulit Judy Shi sangat bagus, karena baru saja mandi, ada bekas noda merah mengepul di wajahnya, dia menundukan kepala menulis, rambut panjangnya jatuh ke samping, memperlihatkan lehernya yang putih bersih.
Vinsen Huo memindahkan pandangan matanya, melihat ke meja.
Tulisan tangannya indah, dan penulisannya sangat stabil, terlihat bahwa itu sering dilatih.
Judy Shi meletakan pena, dan sedikit tersenyum: "Tolong tuan bantu aku menyampaikan bahwa aku akan menaati peraturan yang tertulis di atas perjanjian ini, dua tahun kemudian, kami berdua sama sekali tidak ada hubungan lagi."
Sikapnya sangat terus terang, sama sekali tidak bertele-tele.
Pada saat Vinsen Huo mendapatkan kontrak pernjanjian itu, dari sakunya dia mengluarkan sebuah kartu berwarna hitam.
"Nominalnya tak terbatas, kamu dapat menggunakannya semaumu."
Judy Shi tidak menolaknya, dia bukanlah orang yang sok, sekarang apapun dia tidak punya, bahkan biaya pengobatan neneknya pun harus bergantung pada keluarga Shi, bahkan orang keluarga itu kapanpun bisa berubah.
Dirinya yang sekarng tidak dapat mempertaruhkan nyawa neneknya.
Setelah memiliki uang ini, setidaknya tidak perlu ditekan oleh Mandy Xing lagi, setiap saat membuat orang sulit bernapas.
Gerakannya sangat lugas, dia memasukan kartu itu ke dalam tasnya.
"Bantu aku untuk berterima kasih kepada suamiku."
Vinsen Huo mengangkat matanya, tatapan matanya sangat tenang, pertama kalinya dia menatap wanita yang dipaksakan di berikan kepadanya.
Setelah kontak singkat, Judy Shi benar-benar mengejutkannya.
Dalam posisinya, dia sudah melihat bnyak wanita yang nampaknya mulia dan ingin berlutut untuk berkuasa, dan ada juga banyak wanita yang rela melakukan apapun yang mereka bisa.
Tetapi Judy Shi tidak sama, dia tidak sama dengan wanita lainnya.
Dia tidak menutupi dirinya dengan kepura-puraan dan mengabaikan ikatan perkawinan yang diberlakukan dunia pada wanita, seolah dia tidak peduli tentang apa pun.
Di hadapannya, sama sekali tidak menutupi keinginannya terhadap kartu ini.
Ekspresinya terlalu tenang, dan pada alisnya yang samar terlihat sikap yang sama sekali tidak terpengaruh.
"Apakah ada yang lainnya?"
Ini adalah kata-kata mempersilahkan tamu keluar, Vinsen Huo menarik tatapan matanya, memutar tubuhnya dan keluar.
Pintu itu di tutup 'buk', sama sekali tidak ada keragu-raguan.
Dimata Vinsen Huo terdapat sedikit rasa penasaran.
Malam pengantin, di usir oleh istrinya sendiri dari kamar, bila di katakan keluar mungkin tidak ada orang yang mempercayainya.
Dia menundukan kepala, melihat tanda tangan di perjanjian tersebut, wajahnya seperti di tutupi lapisan es, dan matanya yang gelap dingin tanpa suhu.
Dia melangkahkan kakinya, berjalan ke bawah.
"kak?"
Melihatnya tidak memperdulikannya, Kristina Huo dengan tidak senang mengikutinya, wajahnya terlihat sedih.
"Dia adalah kakak iparmu."
Maksud kalimat ini adalah setidaknya kamu harus menghormatinya.
Wajah Kristina Huo pucat, ekspresinya membeku, sangat sulit di mengerti.
Sejak kecil dia sangat memuja kakaknya, berharap wanita yang berdiri di samping kakaknya adalah wanita yang terbaik, melainkan bukan seorang gadis yang di besarkan di desa.
Langkah kaki Vinsen Huo sama sekali tidak melambat, dia keluar dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan tempat itu.
Dia sepertinya memang orang yang selalu seperti itu, terhadap apapun sangat dingin, selalu membuat batasan dengan kehangatan dengan dingin.
Kristina Huo menghentakan kaki, dengan sangat kesal dia kembali ke kamar.
"Vinsen Huo yang menyebalkan, benar-benar bajingan!
Sejak kecil selalu bersikap tidak peduli dengan adik kandungnya, bahkan keberadaannya tidak lebih berarti dari pada wanita yang menjadi istirnya itu, sudahlah!
Pasti wanita itu mengatakan sesuatu kepadanya tentang dirinya!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved