Bab 5: Kebenaran yang Terungkap

by Kael Draven 14:53,Feb 28,2025
Namun, yang tak terduga, setelah jarum perak ketiga ditusukkan, anak kecil itu segera mengeluarkan busa dari mulutnya. Tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya berubah pucat seperti mayat.

Pada saat yang bersamaan, alat pemantau yang ada di samping tempat tidur mengeluarkan suara bip yang melengking. Tekanan darah pasien menurun drastis dan detak jantungnya melambat dengan cepat, menunjukkan bahwa kondisi pasien sudah sangat kritis, antara hidup dan mati.

Victor terperangah melihat kejadian tersebut dan kehilangan keberanian untuk menyuntikkan jarum perak keempat yang ada di tangannya.

Samuel berteriak dengan marah, "Apa yang terjadi? Sebenarnya kamu bisa menyembuhkan penyakit ini atau tidak? Mengapa kondisi anakku malah semakin buruk seperti ini?"

Elias pun ikut panik, "Dokter Victor, apa yang terjadi? Apakah ini sama seperti kasus yang baru saja Anda sembuhkan?"

"Pak, saya …"

Victor, yang berkeringat dingin, tergagap dan merasa cemas hingga tidak mampu berkata-kata. Ia benar-benar bingung dan tak mengerti mengapa kondisi anak ini malah memburuk.

Padahal, Victor ingat betul Lucian melakukan hal yang sama pada pasien dengan kondisi serupa. Mengapa dia gagal total, bahkan memperburuk keadaan?

Melihat putranya semakin kritis, Samuel berteriak frustasi, "Jangan banyak omong lagi, cepat obati anakku!"

"Ya, kenapa kamu masih ragu? Segera temukan cara untuk menyelamatkannya!"

Arthur pun terlihat sangat khawatir. Jika Victor sampai membunuh anak Samuel dengan teknik pengobatannya, kariernya sebagai direktur rumah sakit bisa hancur seketika.

Victor tak punya pilihan lain selain mencabut ketiga jarum perak yang telah ditusukkan, tetapi kondisi bocah itu tetap tidak membaik.

Dengan nada mengancam, Samuel berkata, "Dokter Victor, putraku adalah anakku satu-satunya. Kalau kamu gagal menyelamatkannya, aku akan membuatmu menyesal!"

Elias juga berteriak marah, "Victor, bukankah kamu baru saja berhasil menyembuhkan seorang pasien? Mengapa sekarang kamu tidak bisa menyembuhkan anak ini?"

"Sa … saya ..."

Tubuh Victor basah oleh keringat dingin. Dia tergagap dan bahkan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Arthur merasa ada yang tidak beres dan segera bertanya pada Karina yang berada di sampingnya, "Apa sebenarnya yang terjadi?"

Karina ragu sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, "Sebenarnya, orang yang menyembuhkan anak itu bukanlah Dokter Victor, melainkan Lucian, salah satu anggota keluarga pasien yang ada di luar."

Dengan kebenaran yang terungkap, kaki Victor melemas dan dia terjatuh ke tanah.

Setelah mengetahui kenyataan tersebut, Samuel segera bergegas keluar dari ruang gawat darurat. Sekarang, tak peduli siapa pun orangnya, selama mereka bisa menyelamatkan putranya, dia akan siap melakukan apa saja.

Dia mendekati Lucian dengan cemas, "Nak, tolong selamatkan anakku. Kamu boleh mengajukan syarat apa pun."

"Baiklah."

Lucian tidak terkejut dengan keadaan ini. Kondisi anak itu sudah sangat kritis, tak ada waktu untuk menunda.

Dia meminta Diana untuk kembali dan beristirahat, lalu mengikuti Samuel ke ruang gawat darurat.

Setelah masuk, Lucian melirik Victor yang terkulai lemas di lantai, lalu mendekati tempat tidur anak tersebut. Dia mengeluarkan jarum perak dan mulai melakukan tindakan akupunktur.

Awalnya, alat pemantau di samping tempat tidur terus berbunyi dengan suara melengking. Akan tetapi, saat jarum perak dimasukkan satu per satu, suara alarm itu berhenti.

Anak kecil itu pun berhenti kejang, busa yang keluar dari mulutnya pun hilang. Wajahnya perlahan kembali kemerahan, dan napasnya menjadi lebih teratur.

Lucian sudah sangat terbiasa dengan prosedur ini, karena ini adalah kedua kalinya ia menangani kasus seperti ini. Ia dengan cepat menusukkan ujung jarinya ke tubuh anak itu dan mengeluarkan dua tetes darah beracun.

Setelah itu, dia mencabut jarum perak, dan indikator dari berbagai alat pemantau kembali menunjukkan kondisi normal. Anak kecil itu membuka matanya dan perlahan duduk di tempat tidur.

"Dokter jenius! Kamu benar-benar seorang dokter jenius!" Samuel memegang tangan Lucian dengan penuh rasa terima kasih, "Dokter jenius, Keluarga Richton hanya memiliki satu anak selama tiga generasi. Kalau kamu bisa menyelamatkan anakku, kamu telah menyelamatkan seluruh keluarga kami."

Samuel melanjutkan, "Keluarga kami memiliki banyak restoran. Kakakku baru saja membuka restoran besar, dan aku akan memberikannya kepadamu sebagai pembayaran untuk biaya pengobatan. Aku akan mengurus semua prosedurnya begitu aku kembali."

Lucian yang dulunya hanya seorang anak miskin, kini telah mewarisi ilmu pengobatan kuno. Dia tak terkejut dengan tawaran besar dari Samuel. Namun, dia tahu bahwa tak ada jumlah uang yang dapat menandingi nilai sebuah kehidupan manusia.

Pada zaman dahulu, ketika seorang tabib menyembuhkan pasien, mereka sering diberi suatu wilayah sebagai bayaran konsultasi.

Melihat bagaimana Samuel membayar Lucian hanya dengan satu restoran, Elias dan Arthur pun merasa cemburu dan iri.

Samuel adalah seorang pengusaha yang sangat cerdas. Dia tidak melakukan hal ini berdasarkan emosi semata.

Dia menyadari bahwa berteman dengan seorang dokter yang hebat akan memberikan perlindungan hidup yang lebih berharga daripada uang.

Menurutnya, hanya mengeluarkan sejumlah uang saja tidak akan cukup untuk berteman dengan Lucian, jadi dia mengambil keputusan besar.

Melihat ekspresi tenang Lucian, Samuel semakin yakin dengan keputusan tersebut.

Dia kemudian meninggalkan nomor telepon untuk Lucian dan mengeluarkan kartu nama, berkata, "Nak, kalau ada masalah di masa depan, datanglah kepadaku kapan saja."

Samuel menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam dan meninggalkan tempat tersebut bersama putranya. Tidak berselang lama, para orang tua lainnya berdatangan dengan anak-anak mereka masing-masing untuk mendapatkan penanganan medis dari Lucian.

Elias merasa lega ketika anak terakhir yang menderita sakit akhirnya pulih. Peristiwa ini menjadi sorotan utama di seluruh wilayah Oakhaven dan menarik perhatian dari para pejabat tinggi kota.

Kini, Rumah Sakit Oakhaven telah berhasil merawat semua anak yang terinfeksi. Hal ini membuat mereka menerima banyak penghargaan.

"Lucian, kali ini kamu sangat banyak membantuku. Kalau kamu membutuhkan bantuan, beri tahu aku saja," kata Elias dengan tulus.

Lucian melepas jarum perak dan melirik Victor yang ada di sampingnya. "Pak Elias, saya sebenarnya membutuhkan bantuan Anda."

Elias bertanya, "Katakan saja apa yang kamu inginkan."

Seolah merasakan apa yang akan disampaikan Lucian, Victor menatap Lucian dengan ekspresi penuh harapan.

Namun, Lucian sama sekali tidak memperhatikannya. Dia mengeluarkan tagihan rinci dan mulai menjelaskan. "Pak Elias, Pak Arthur, ini adalah tagihan rinci yang baru saja diberikan oleh Dokter Victor kepada ibu saya."

"Ibu saya dirawat di rumah sakit tadi malam. Belum 24 jam, tapi biayanya sudah mencapai delapan juta."

Lucian melanjutkan dengan nada tinggi, "Obat yang diberikan jelas tidak sesuai dengan diagnosanya. Ada obat antitrombotik dan obat untuk penyakit jantung, sangat tidak sesuai."

"Bahkan infus yang digunakan totalnya mencapai 25 kilogram. Kalau infus ini diberikan pada sapi, sapi itu pun mungkin tidak bisa bertahan!"

"Dan saya masih memiliki utang lebih dari seratus dua puluh juta. Menurut Anda, apa yang harus saya lakukan?" tanyanya dengan tegas.

Elias dan Arthur adalah figur yang berpengalaman di bidang medis. Jadi, mereka langsung bisa melihat adanya kecurangan dalam rincian tagihan tersebut.

Arthur dengan marah melemparkan struk itu ke wajah Victor, "Dasar penipu! Kau benar-benar memanfaatkan situasi! Setelah mengambil pujian atas kerja keras Lucian, kau malah membuat masalah yang lebih besar!"

"Orang seperti kamu tak pantas menjadi dokter. Kamu dipecat!"

Victor terkejut dan memohon dengan penuh harap, "Pak Arthur, beri saya kesempatan lagi! Saya tidak akan pernah melakukannya lagi!"

Lucian dengan tenang berkata, "Pak Arthur, tindakan memanipulasi obat dan biaya ini jelas melanggar hukum."

"Sepertinya ini bukan kejadian pertama kali, dan kita harus melaporkannya ke polisi."

Elias menanggapi dengan tegas, "Apa yang dikatakan Lucian benar. Kita tidak bisa mentolerir orang-orang seperti ini. Mereka adalah aib bagi dunia medis. Kita harus bertindak! Selidiki mereka sampai tuntas dan laporkan ke polisi!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

263