Bab 11 Mengikuti Tren, Menikah Kilat

by Kang Minrae 11:25,Apr 12,2024
Gong Minah yang satu ruangan dengan Lim Yoora pun langsung mencairkan suasana setelah melihat ada yang tidak beres dengan Lim Yoora.

“Sudahlah, Eunsu. Kamu dari tadi bicara tanpa memberikan kesempatan Yoora untuk berbicara. Mari kita terima permen kebahagiaannya, lalu biarkan Yoora yang bercerita kepada kita semua."

Gong Minah, Choi Eunsu dan Lim Yoora adalah guru baru yang masuk ke sekolah secara bersamaan, jadi hubungan mereka lebih dekat dibandingkan dengan yang lain.

Lim Yoora pun meliriknya sekilas dengan penuh rasa terima kasih.

Gong Minah menggenggam tangannya dengan lembut, “Kamu ini, selamat tetap harus diucapkan. Tapi, selamatan yang kami ucapkan bukan karena hal ini.”

Mendengar hal ini, Lim Yoora pun merasa kebingungan.

Gong Minah langsung menjelaskan seraya tersenyum, “Yang kami bicarakan adalah kamu telah mendapatkan juara 1 dalam kompetisi kelas terbuka antar komplek kemarin. Sekarang hanya tersisa pemungutan dari internet, kategori guru distrik terhebat sudah pasti kamu dapatkan.”

Mendengar hal ini, Lim Yoora pun memandang Gong Minah dengan heran, dia memang mengakui kemampuan yang dimiliki olehnya, tapi untuk mendapatkan peringkat satu itu tetap berada di luar pikirannya.

Segera, dia pun teringat sesuatu, kemudian menundukkan kepala dengan tersipu malu.

Ternyata, dia baru saja salah paham kepada mereka semua.

Gong Minah pun sangat memahami perasaan Lim Yoora setelah menyadari semuanya, dia menyikutnya dan berkata, “Cepat, ceritakan pada kami tentang lamaranmu.”

“Hais! Lee Jiwoon ini, lebih baik lupakan saja, memangnya dia bisa seromantis apa?” ujar Choi Eunsu dengan cuek.

“Bukan dia!” Mengungkit tentang Lee Jiwoon, hati Lim Yoora pun terasa sakit, tapi dia masih tetap berusaha tegar dan menjelaskan dengan tenang, “Ini… perjodohan yang diatur oleh orang tua. Karena merasa cocok, maka mengikuti tren saat ini, lalu menikah dengan kilat.”

Begitu Lim Yoora mengatakannya, suasana ruangan kantor pun langsung menjadi hening.

Semua orang tahu kalau Lim Yoora mempunyai pacar yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun lamanya, dan orang itu adalah keluarga besar terkemuka di Kota Daejeon, Keluarga Lee.

Akan tetapi, kenapa bisa tiba-tiba pasangannya berubah?

Apakah pasangan pengganti itu bisa lebih baik dari Lee Jiwoon?

Apakah lebih kaya dan berkuasa dari Lee Jiwoon?

Semua orang yang ada di sana adalah orang cerdas, mereka tentu saja tahu betapa dalamnya masalah dalam sebuah keluarga kaya, ekspresi canggung pun langsung terpampang nyata di wajah mereka.

“Hehe, menikah kilat cukup bagus juga.” Seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan.

“Benar! Semua yang dikenalkan oleh orang tua sudah pasti sangat terjamin.”

“Pria itu mampu membeli cincin seperti ini, sudah pastu bukan orang biasa, bukan?”

“Tentu saja! Beruntung sekali pria itu sampai-sampai bisa menikahi Guru Lim kita yang begitu cantik ini,” ujar seorang rekan pria dengan menggoda.

Wajah Lim Yoora memang paling menonjol dan cantik di antara para guru wanita yang ada di sini. Ketika dia baru datang ke tempat ini, ada banyak sekali rekan pria yang belum menikah mengejarnya, termasuk juga dengan rekan pria yang baru berkata ini.

Namun, setelah semua orang mengetahui tentang calon suaminya adalah salah satu tuan muda dari empat keluarga besar di Kota Daejeon, maka semua pria yang berniat mengejarnya pun mengurungkan niatnya.

Lim Yoora hanya tersenyum datar dan menjawab, “Hanya orang biasa saja, cincin ini juga tidak mahal.”

Teng!

Suara bel listrik berbunyi, sebagian besar orang yang ada di sana mempunyai jam mengajar, jadi mereka hanya bisa memutuskan perbincangan yang ada dan pergi seraya membawa buku pelajaran.

Ruangan itu hanya menyisakan Lim Yoora dan Choi Eunsu, rasa canggung dari Lim Yoora pun seketika mulai mereda.

Melihat tidak ada orang di sekitarnya, Choi Eunsu pun menarik Lim Yoora ke balkon dan berkata dengan terus terang, “Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa kamu bisa menikah dengan orang lain?”

Lim Yoora hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya, lalu menceritakan semua yang telah terjadi.

Mendengar cerita dari Lim Yoora, Choi Eunsu pun merasa sangat jengkel dan marah.

“Apa-apaan keluargamu itu! Juga ibunya Lee Jiwoon, benar-benar kejam sekali! Dulu, dia selalu menyuruhmu melakukan ini dan itu, sebentar-bentar pergi beli barang dan menjemput orang! Aku bahkan berpikir dia menyuruhmu karena menganggapmu sebagai menantunya! Bisa-bisanya mempunyai niat jahat seperti itu!”

Raut wajah Lim Yoora juga menjadi tidak bersahabat ketika mengungkit masa lalu di saat ibunya Lee Jiwoon yang tak berhenti memerintahnya, rasa benci terhadap ibunya Lee Jiwoon pun bertambah.

Selama tiga tahun berpacaran dengan Lee Jiwoon, ibunya terbilang cukup sering memerintahkannya.

Bahkan pernah suatu ketika ada penjualan tas edisi terbatas yang baru bisa dibeli dengan mengantri panjang dan membawa kartu identitas, ibu Lee Jiwoon juga tidak segan-segan menyuruh Lim Yoora untuk mengantrinya.

Terkadang karena mengantri terlalu lama dan memengaruhi Lim Yoora dalam mempersiapkan pelajaran, dia pun mengeluh kepada Lee Jiwoon.

Akan tetapi, Lee Jiwoon malah berkata itu karena ibunya menganggapnya sebagai keluarga sendiri, jadi tidak boleh perhitungan dengan keluarga sendiri.

Saat itu, Lim Yoora juga berpikir demikian, dia pun tidak melanjutkan untuk mengeluh kepada Lee Jiwoon.

Namun sekarang, jika mengingat-ingat tentang kejadian itu, ternyata ibunya Lee Jiwoon yang menganggap dirinya adalah orang bodoh!

Melihat raut wajah Lim Yoora yang tak bersahabat, Choi Eunsu pun langsung membelai punggungnya dan berkata dengan prihatin, “Kenapa kamu tidak mencariku kemarin? Aku dan kakakku pasti akan membantumu!”

Lalu, Choi Eunsu kembali menghelakan napas, sekarang nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa menghiburnya.

“Lupakan saja, ibunya Lee Jiwoon juga bukan manusia gampangan. Jika kamu sampai benar-benar menikah dengan Lee Jiwoon, mungkin hari-harimu juga tidak akan berlalu dengan tenang. Mati satu hidup seribu, seharusnya bukan suatu hal yang buruk.”

Mendengar hal itu, Lim Yoora pun tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa, lalu berkata, “Yang benar itu mati satu tumbuh seribu.”

“Iya, iya, iya! Kamu guru bahasa yang memenangkan penghargaan, aku hanya guru olahraga yang tidak akan bisa menang darimu. Yang pentingnya artinya tidak jauh berbeda.”

“Kamu ini, kalau aku guru bahasamu, aku pasti akan mati karena dibuat jengkel olehmu,” ujar Lim Yoora sambil memelotot ke arah Choi Eunsu sekilas.

Choi Eunsu juga membalasnya dengan memelotot, lalu dia tetap menghiburnya, “Dari dulu kamu sudah ingin meninggalkan keluarga itu, sekarang kamu akhirnya berhasil mencoret namamu dari daftar kartu keluarga, mereka juga sudah tidak bisa mengancammu dengan hal itu lagi untuk memaksamu melakukan hal yang tidak kamu inginkan. Sebagai sahabat, aku tetap berharap kalau ini adalah sebuah permulaan yang baik.”

Choi Eunsu menggenggam tangannya dan berkata, “Kalau sampai Paman Ketiga itu bersikap buruk padamu, ingatlah untuk laporkan padaku! Aku adalah penerus generasi ke-18 Tinju Keluarga Choi! Aku bisa melindungimu!”

“Baik!” Lim Yoora tertawa, “Untuk sementara ini, dia sangat baik padaku.”

Begitu mengatakan hal ini, ponsel Lim Yoora langsung berdering.

Setelah mengangkatnya, suara Direktur Im Minseo pun terdengar.

“Guru Lim, datang ke ruanganku sebentar.”

“Baik.”

Lim Yoora baru menutup teleponnya, lalu Choi Eunsu pun langsung mendesaknya dengan penuh semangat, “Pergilah! Pasti ingin mengatakan tentang kemenanganmu. Ini adalah berita bagus!”

“Sekolah kita belum pernah ada guru baru yang belum setahun mengajar sudah memenangkan kompetisi komplek!”

“Dulu, hanya guru-guru yang berpengalaman yang menang. Kamu telah menonjolkan kemampuan mewakili guru-guru baru seperti kami! Selain itu, kamu bahkan menduduki peringkat pertama, kamu sudah bisa berkompetisi tingkat kota!”

Choi Eunsu pun mendorong Lim Yoora keluar dari balkon dengan penuh semangat, sudut matanya seperti melintas sebuah bayangan hitam.

Melihat Choi Eunsu tercengang, Lim Yoora pun bertanya, “Kenapa?”

Choi Eunsu mengerutkan keningnya dan merasa ada yang aneh di dalam hatinya, tapi dia tetap berkata dengan singkat, “Sepertinya aku melihat bayangan orang tadi. Mungkin aku yang salah melihatnya, cepatlah pergi.”

Lim Yoora mengangguk, kebahagiaan pun terlukis di wajahnya, dia berjalan menuju ruangan kantor Im Minseo.

Belum sempat bertukar sapa, Im Minseo pun langsung berkata dengan raut wajah dingin.

“Ada seorang wali dari kelasmu yang menggugatmu secara anonim.”

“Menggugatku?” Lim Yoora seketika tercengang, wajahnya yang tadinya tersenyum kini langsung berubah menjadi suram.

Seberapa besar penantiannya tadi, maka seberapa besar kejutan saat ini.

“Benar! Duduklah, aku ingin membahas masalah ini denganmu.” Sambil berkata, Im Minseo pun memberikan selembar kertas yang baru saja dicetak kepada Lim Yoora.

Raut wajah Lim Yoora langsung berubah menjadi dingin ketika menerima kertas tersebut.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

40