Bab 7 Kenapa Kamu Tidak Pakai Baju
by Josh Vid
08:01,Dec 14,2023
Terdengar suara pria yang marah di luar pintu, "Kamu masih berani bertanya mengapa aku kemari, kalau aku tidak kemari, sesuatu yang besar pasti akan terjadi!"
Mendengar ini, Venia Ye pun bertanya dengan heran, "Ayah, kok aku tidak mengerti dengan maksudmu ya?"
"Sudah tidak usah banyak bicara, kamu bukakan dulu pintu ini. Di mana bocah itu? Aku akan mematahkan kakinya!"
Venia Ye semakin bingung dan menatap Peter Lin dengan ekspresi bertanya-tanya di wajahnya.
Pada saat ini, Peter Lin tiba-tiba mengerti dan menggaruk kepalanya merasa tidak enak hati, "Tadi ada orang yang meneleponmu, lalu aku menjawabnya. Dan sepertinya orang itu adalah ayahmu."
"Kamu……"
Venia Ye memutar matanya dengan marah.
Dia buru-buru menarik Peter Lin dan berseru, "Ayah, jangan masuk dulu, aku sedang ganti baju!"
“Cepat pergi ke kamar mandi dan cari tempat untuk bersembunyi.”
Peter Lin mengerutkan keningnya, "Tidak perlu lah, aku bisa menjelaskannya sejelas mungkin."
"Kamu merasa semua ini belum cukup kacau ya, cepat masuk ke kamar mandi!" Sentak Venia Ye dengan kesal.
Peng!
Pintu pun terbuka.
Di depan pintu ada ayah Venia Ye dengan wajah yang membiru menahan kesal.
Di dalam ruangan ada Venia Ye yang hanya berbalut handuk mandi dan sedang berdorongan dengan Peter Lin.
“Kalian…Apa yang sedang kalian lakukan!”
Pak Ye menatap Peter Lin dengan gigi terkatup, kemarahan di matanya terlihat seolah dia akan mencabik-cabik Peter Lin kapan saja.
Melihat situasi yang hampir tidak terkendali, Venia Ye merasa sangat pusing akhirnya berkata, "Kalian bicara saja dulu, aku pergi ke kamar dulu!"
Pak!
Begitu pintu kamar ditutup, kini hanya tersisa Peter Lin dan Pak Ye yang saling memandang.
Keheningan ini terasa begitu mematikan.
Pada akhirnya, Peter Lin dulu yang berdeham, "Paman, duduklah."
“Huh, ini rumah putriku, bukan hakmu menyuruh-nyuruh seperti ini!”
Hero Ye duduk di sofa dan berkata dengan marah, "Nak, tidak peduli siapa kamu, menjauhlah dari putriku sesegera mungkin!"
“Paman, sebenarnya aku adalah pengawal yang disewa oleh Bos Ye. Aku barusan tertidur di sofa, maka dari itu bisa dengan setengah sadar menjawab panggilanmu.”
Saat mengatakan itu Peter Lin juga menunjuk ke ponsel Venia Ye yang ada di atas meja.
Mendengar perkataannya Hero Ye terlihat setengah percaya, "Oh begitu? Tapi pokoknya aku sekarang akan memberi tahu kamu, putriku ini dari bayi sudah dijodohkan, dan kamu tidak punya kesempatan sama sekali!"
Dijodohkan?
Peter Lin tidak menyangka kalau Venia Ye sama seperti dirinya, orang menyedihkan yang takdir hidupnya terikat.
"Huh, tunangan putriku Venia, dia adalah..."
Sebelum Hero Ye selesai berbicara, Venia Ye sudah membuka pintu dan keluar, "Ayah! Perjodohan itu adalah urusan generasi tuamu, aku tidak akan menikah dengan orang asing begitu saja!"
Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan isi hati Peter Lin.
Dia juga setuju dan menambahkan, "Paman, menurutku kata-kata Bos Ye benar!Bagaimana bisa sebuah pernikahan diputuskan secara tergesa-gesa hanya karena perjodohan?"
"Diam, apa hubungannya urusan keluarga kami denganmu?!" Bentak Hero Ye padanya.
Venia Ye kemudian melanjutkan, "Ayah, menurutku apa yang dikatakan Peter masuk akal, aku juga berpikir seperti itu!"
"Peter Lin..."
Mendengar nama ini, ekspresi Pak Ye menjadi aneh.
Ekspresi Venia Ye juga berubah, "Huk huk, Ayah, ini sudah larut. Aku antar kamu pulang ya."
Di tangga luar Hero Ye tampak terkejut, "Apakah dia-Peter Lin dari garis keturunan Gunung Ghost?"
Venia Ye mengangguk, "Jadi pria yang dijodohkan denganku seharusnya itu adalah dia!"
"Bagus, bagus sekali!"
Tubuh Hero Ye sontak berputar dengan penuh semangat.
Sementara Venia Ye tampak bingung, "Ayah, apakah harus sebahagia itu?"
"Menurutmu dia bagaimana?"
Venia Ye merenung sejenak, "Sejauh ini, dia terlihat cukup oke."
"Bagus lah kalau begitu!"
Hero Ye tersenyum dan berkata, "Kalau begitu coba kamu lihat mau kapan merayakannya!"
"Merayakannya?"
Mata Venia Ye membelalak, "Kami baru dua hari ini mengenal satu sama lain. Bahkan jika kami benar-benar memiliki perjanjian pernikahan sebelumnya, kamu sebagai orang tua tetap harus membiarkan aku menyelidiki latar dan wataknya kan."
Hero Ye mengetahui karakter putrinya, lembut di luar dan keras di dalam, tidak ada gunanya dia banyak bicara.
Tidak ada cara lain, Hero Ye hanya bisa mengangguk setuju, "Ya, ya, memang perlu diselidiki, tapi kamu harus cepat!"
Sebelum pergi, Venia Ye secara khusus berkata, "Ayah, mulai sekarang berhati-hati, jangan sampai salah memanggil namaku."
“Tenang saja, ini juga sudah lewat bertahun-tahun.”
Ya Venia Ye sebenarnya adalah Meggy Ye.
Sebelum memasuki dunia bisnis, Meggy Ye sengaja mengganti namanya untuk menghindari masalah sebelumnya.
Dan Peter Lin masih belum mengetahui kalau kakak senior kedua yang dicarinya sebenarnya ada di hadapannya.
Dia saat ini sudah telanjang bulat dan masuk ke kamar mandi.
Di pegunungan, Peter Lin selalu menggunakan mata air pegunungan untuk membersihkan diri.
Mata air pegunungan di sana telah direndam dalam kekayaan alam yang tak terhitung jumlahnya.
Setiap kali, tidak peduli seberapa parah Peter Lin disiksa oleh pria tua di sana, begitu dia melompat ke dalam air pegunungan dia pasti akan langsung merasa nyaman.
Ini adalah pertama kalinya Peter Lin mandi setelah turun dari gunung, dan dia benar-benar tidak terbiasa.
Seorang pria mandi memakan waktu kurang lebih 5 menit.
Peter Lin mengira Venia Ye pasti kembali ke kamarnya untuk tidur, jadi dia hanya mengenakan handuk mandi dan berjalan keluar.
Siapa sangka Venia Ye masih terjaga dan duduk tegap di sofa.
Melihat Peter Lin dengan tubuh bagian atas telanjang, Venia Ye tiba-tiba terkejut, "Ah Kenapa kamu tidak mengenakan pakaian?"
Meski hanya sekilas, itu sudah membuat Venia Ye tersipu dan detak jantungnya berdebar kencang.
Ya meskipun dia sudah berusia 20-an, tapi dia dari kecil tidak banyak berhubungan dengan laki-laki, dan dia agak kaku begitu memiliki hubungan dengan laki-laki.
Maka dari itu hingga saat ini, dia hanya pernah menjalin satu kali hubungan cinta saat berada di kampus.
Dan hubungannya itu hanya bertahan beberapa hari saja, keduanya hanya nongkrong di taman sekolah bahkan tanpa berpegangan tangan sekalipun.
Oleh sebab itu pemandangan tadi memberika dampak yang besar padanya!
Kulit kasar dan gelap, sosok kekar dan proporsional, serta perut six pack yang mencolok...
Duh duh duh!
Venia Ye dalam hatinya mengutuk dirinya, meskipun matanya telah tertutup, tapi mengapa dia masih memikirkan semua itu!
Melihat Venia Ye masih disana, Peter Lin bingung dan segera membungkus dirinya dengan handuk mandi.
Dia tersenyum meminta maaf, "Maaf, Bos Ye, aku pikir kamu sudah tidur."
Venia Ye membuang muka dengan wajah memerah, "Huh, lain kali jangan begitu lagi, kalau tidak aku akan mengusirmu!"
“Ngomong-ngomong, aku baru saja melihat tubuhmu ada begitu banyak bekas luka?”
Venia Ye bertanya dengan suara kecilnya.
Lalu Peter Lin melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, "Di gunung terbiasa dipukuli oleh orang tua di pegunungan, meninggalkan beberapa bekas adalah sesuatu yang normal dan biasa."
Venia Ye merasa sedikit kasihan, "Pada saat itu rasanya pasti menyakitkan, bukan?"
Seringkali, rasa cinta dimulai dengan pancaran aura keibuan.
Sayangnya, Venia Ye tidak memahami ataupun menyadarinya.
Peter Lin tersenyum ringan, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah terbiasa."
Saat malam semakin gelap, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing.
Entah kenapa, malam ini Venia Ye bolak-balik di atas kasurnya tidak bisa tidur.
Ya ini untuk pertama kali dalam hidupnya tinggal satu atap dengan pria asing yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
Sekarang, pria yang baru bertemu dengannya dua kali ini ternyata telah memiliki perjodohan dengannya sejak dia masih kecil.
Dan pria itu masih berbaring di sebelah kamarnya, hanya beberapa langkah jauhnya.
Venia Ye bahkan bisa merasa mendengar Peter Lin sedikit mendengkur dan bergumam dalam tidurnya.
Perasaan ini sangat ambigu.
Malam itu, dalam mimpi Venia Ye, Peter Lin tampak setengah telanjang.
Bekas luka mengerikan di tubuhnya terlihat jelas.
Lalu yang membangunkan Venia Ye adalah aroma yang tercium dari dapur.
“Bangun, sarapan akan segera siap.”
Venia Ye melihat ke meja makan, sedikit terkejut, "Tidak terlihat ya kalau kamu ternyata bisa memasak?"
"Orang tua itu dan aku adalah satu-satunya dua orang di gunung. Dia tidak tahu apa-apa, jadi aku yang harus melakukan segalanya sendiri."
Peter Lin terkekeh dan meletakkan telur dadar di atas meja.
Pada pukul 8 pagi, Peter Lin mengantar Venia Ye ke perusahaan tepat waktu.
Belum sempat Venia Ye duduk dengan mantap, Sonia Song sudah masuk dengan wajah serius.
“Bos Ye, telah terjadi sesuatu yang sangat serius!”
Mendengar ini, Venia Ye pun bertanya dengan heran, "Ayah, kok aku tidak mengerti dengan maksudmu ya?"
"Sudah tidak usah banyak bicara, kamu bukakan dulu pintu ini. Di mana bocah itu? Aku akan mematahkan kakinya!"
Venia Ye semakin bingung dan menatap Peter Lin dengan ekspresi bertanya-tanya di wajahnya.
Pada saat ini, Peter Lin tiba-tiba mengerti dan menggaruk kepalanya merasa tidak enak hati, "Tadi ada orang yang meneleponmu, lalu aku menjawabnya. Dan sepertinya orang itu adalah ayahmu."
"Kamu……"
Venia Ye memutar matanya dengan marah.
Dia buru-buru menarik Peter Lin dan berseru, "Ayah, jangan masuk dulu, aku sedang ganti baju!"
“Cepat pergi ke kamar mandi dan cari tempat untuk bersembunyi.”
Peter Lin mengerutkan keningnya, "Tidak perlu lah, aku bisa menjelaskannya sejelas mungkin."
"Kamu merasa semua ini belum cukup kacau ya, cepat masuk ke kamar mandi!" Sentak Venia Ye dengan kesal.
Peng!
Pintu pun terbuka.
Di depan pintu ada ayah Venia Ye dengan wajah yang membiru menahan kesal.
Di dalam ruangan ada Venia Ye yang hanya berbalut handuk mandi dan sedang berdorongan dengan Peter Lin.
“Kalian…Apa yang sedang kalian lakukan!”
Pak Ye menatap Peter Lin dengan gigi terkatup, kemarahan di matanya terlihat seolah dia akan mencabik-cabik Peter Lin kapan saja.
Melihat situasi yang hampir tidak terkendali, Venia Ye merasa sangat pusing akhirnya berkata, "Kalian bicara saja dulu, aku pergi ke kamar dulu!"
Pak!
Begitu pintu kamar ditutup, kini hanya tersisa Peter Lin dan Pak Ye yang saling memandang.
Keheningan ini terasa begitu mematikan.
Pada akhirnya, Peter Lin dulu yang berdeham, "Paman, duduklah."
“Huh, ini rumah putriku, bukan hakmu menyuruh-nyuruh seperti ini!”
Hero Ye duduk di sofa dan berkata dengan marah, "Nak, tidak peduli siapa kamu, menjauhlah dari putriku sesegera mungkin!"
“Paman, sebenarnya aku adalah pengawal yang disewa oleh Bos Ye. Aku barusan tertidur di sofa, maka dari itu bisa dengan setengah sadar menjawab panggilanmu.”
Saat mengatakan itu Peter Lin juga menunjuk ke ponsel Venia Ye yang ada di atas meja.
Mendengar perkataannya Hero Ye terlihat setengah percaya, "Oh begitu? Tapi pokoknya aku sekarang akan memberi tahu kamu, putriku ini dari bayi sudah dijodohkan, dan kamu tidak punya kesempatan sama sekali!"
Dijodohkan?
Peter Lin tidak menyangka kalau Venia Ye sama seperti dirinya, orang menyedihkan yang takdir hidupnya terikat.
"Huh, tunangan putriku Venia, dia adalah..."
Sebelum Hero Ye selesai berbicara, Venia Ye sudah membuka pintu dan keluar, "Ayah! Perjodohan itu adalah urusan generasi tuamu, aku tidak akan menikah dengan orang asing begitu saja!"
Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan isi hati Peter Lin.
Dia juga setuju dan menambahkan, "Paman, menurutku kata-kata Bos Ye benar!Bagaimana bisa sebuah pernikahan diputuskan secara tergesa-gesa hanya karena perjodohan?"
"Diam, apa hubungannya urusan keluarga kami denganmu?!" Bentak Hero Ye padanya.
Venia Ye kemudian melanjutkan, "Ayah, menurutku apa yang dikatakan Peter masuk akal, aku juga berpikir seperti itu!"
"Peter Lin..."
Mendengar nama ini, ekspresi Pak Ye menjadi aneh.
Ekspresi Venia Ye juga berubah, "Huk huk, Ayah, ini sudah larut. Aku antar kamu pulang ya."
Di tangga luar Hero Ye tampak terkejut, "Apakah dia-Peter Lin dari garis keturunan Gunung Ghost?"
Venia Ye mengangguk, "Jadi pria yang dijodohkan denganku seharusnya itu adalah dia!"
"Bagus, bagus sekali!"
Tubuh Hero Ye sontak berputar dengan penuh semangat.
Sementara Venia Ye tampak bingung, "Ayah, apakah harus sebahagia itu?"
"Menurutmu dia bagaimana?"
Venia Ye merenung sejenak, "Sejauh ini, dia terlihat cukup oke."
"Bagus lah kalau begitu!"
Hero Ye tersenyum dan berkata, "Kalau begitu coba kamu lihat mau kapan merayakannya!"
"Merayakannya?"
Mata Venia Ye membelalak, "Kami baru dua hari ini mengenal satu sama lain. Bahkan jika kami benar-benar memiliki perjanjian pernikahan sebelumnya, kamu sebagai orang tua tetap harus membiarkan aku menyelidiki latar dan wataknya kan."
Hero Ye mengetahui karakter putrinya, lembut di luar dan keras di dalam, tidak ada gunanya dia banyak bicara.
Tidak ada cara lain, Hero Ye hanya bisa mengangguk setuju, "Ya, ya, memang perlu diselidiki, tapi kamu harus cepat!"
Sebelum pergi, Venia Ye secara khusus berkata, "Ayah, mulai sekarang berhati-hati, jangan sampai salah memanggil namaku."
“Tenang saja, ini juga sudah lewat bertahun-tahun.”
Ya Venia Ye sebenarnya adalah Meggy Ye.
Sebelum memasuki dunia bisnis, Meggy Ye sengaja mengganti namanya untuk menghindari masalah sebelumnya.
Dan Peter Lin masih belum mengetahui kalau kakak senior kedua yang dicarinya sebenarnya ada di hadapannya.
Dia saat ini sudah telanjang bulat dan masuk ke kamar mandi.
Di pegunungan, Peter Lin selalu menggunakan mata air pegunungan untuk membersihkan diri.
Mata air pegunungan di sana telah direndam dalam kekayaan alam yang tak terhitung jumlahnya.
Setiap kali, tidak peduli seberapa parah Peter Lin disiksa oleh pria tua di sana, begitu dia melompat ke dalam air pegunungan dia pasti akan langsung merasa nyaman.
Ini adalah pertama kalinya Peter Lin mandi setelah turun dari gunung, dan dia benar-benar tidak terbiasa.
Seorang pria mandi memakan waktu kurang lebih 5 menit.
Peter Lin mengira Venia Ye pasti kembali ke kamarnya untuk tidur, jadi dia hanya mengenakan handuk mandi dan berjalan keluar.
Siapa sangka Venia Ye masih terjaga dan duduk tegap di sofa.
Melihat Peter Lin dengan tubuh bagian atas telanjang, Venia Ye tiba-tiba terkejut, "Ah Kenapa kamu tidak mengenakan pakaian?"
Meski hanya sekilas, itu sudah membuat Venia Ye tersipu dan detak jantungnya berdebar kencang.
Ya meskipun dia sudah berusia 20-an, tapi dia dari kecil tidak banyak berhubungan dengan laki-laki, dan dia agak kaku begitu memiliki hubungan dengan laki-laki.
Maka dari itu hingga saat ini, dia hanya pernah menjalin satu kali hubungan cinta saat berada di kampus.
Dan hubungannya itu hanya bertahan beberapa hari saja, keduanya hanya nongkrong di taman sekolah bahkan tanpa berpegangan tangan sekalipun.
Oleh sebab itu pemandangan tadi memberika dampak yang besar padanya!
Kulit kasar dan gelap, sosok kekar dan proporsional, serta perut six pack yang mencolok...
Duh duh duh!
Venia Ye dalam hatinya mengutuk dirinya, meskipun matanya telah tertutup, tapi mengapa dia masih memikirkan semua itu!
Melihat Venia Ye masih disana, Peter Lin bingung dan segera membungkus dirinya dengan handuk mandi.
Dia tersenyum meminta maaf, "Maaf, Bos Ye, aku pikir kamu sudah tidur."
Venia Ye membuang muka dengan wajah memerah, "Huh, lain kali jangan begitu lagi, kalau tidak aku akan mengusirmu!"
“Ngomong-ngomong, aku baru saja melihat tubuhmu ada begitu banyak bekas luka?”
Venia Ye bertanya dengan suara kecilnya.
Lalu Peter Lin melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, "Di gunung terbiasa dipukuli oleh orang tua di pegunungan, meninggalkan beberapa bekas adalah sesuatu yang normal dan biasa."
Venia Ye merasa sedikit kasihan, "Pada saat itu rasanya pasti menyakitkan, bukan?"
Seringkali, rasa cinta dimulai dengan pancaran aura keibuan.
Sayangnya, Venia Ye tidak memahami ataupun menyadarinya.
Peter Lin tersenyum ringan, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah terbiasa."
Saat malam semakin gelap, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing.
Entah kenapa, malam ini Venia Ye bolak-balik di atas kasurnya tidak bisa tidur.
Ya ini untuk pertama kali dalam hidupnya tinggal satu atap dengan pria asing yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
Sekarang, pria yang baru bertemu dengannya dua kali ini ternyata telah memiliki perjodohan dengannya sejak dia masih kecil.
Dan pria itu masih berbaring di sebelah kamarnya, hanya beberapa langkah jauhnya.
Venia Ye bahkan bisa merasa mendengar Peter Lin sedikit mendengkur dan bergumam dalam tidurnya.
Perasaan ini sangat ambigu.
Malam itu, dalam mimpi Venia Ye, Peter Lin tampak setengah telanjang.
Bekas luka mengerikan di tubuhnya terlihat jelas.
Lalu yang membangunkan Venia Ye adalah aroma yang tercium dari dapur.
“Bangun, sarapan akan segera siap.”
Venia Ye melihat ke meja makan, sedikit terkejut, "Tidak terlihat ya kalau kamu ternyata bisa memasak?"
"Orang tua itu dan aku adalah satu-satunya dua orang di gunung. Dia tidak tahu apa-apa, jadi aku yang harus melakukan segalanya sendiri."
Peter Lin terkekeh dan meletakkan telur dadar di atas meja.
Pada pukul 8 pagi, Peter Lin mengantar Venia Ye ke perusahaan tepat waktu.
Belum sempat Venia Ye duduk dengan mantap, Sonia Song sudah masuk dengan wajah serius.
“Bos Ye, telah terjadi sesuatu yang sangat serius!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved