Bab 18 Cepat Minta Maaf

by Josh Vid 08:01,Dec 14,2023
Peter Lin melihat ke belakang, sorot matanya menjadi dingin.

Beberapa pria berjalan ke arahnya dengan senyum licik.

Orang-orang ini pada dasarnya adalah pegawai rumah sakit.

Tentu saja mereka bukan dokter atau perawat, melainkan satpam.

Tapi jangan meremehkan mereka, mereka yang bisa bekerja sebagai satpam di sini semuanya punya latar belakang yang tidak biasa!

Mereka semua adalah turunan keluarga kaya tingkat dua yang menganggur. Orang tua mereka menghabiskan banyak uang agar mereka bisa masuk ke dalam pekerjaan yang stabil.

Maka itu terciptalah fenomena unik seperti ini di Rumah Sakit Lintown.

Mereka seharusnya menjadi satpam dengan bayaran paling rendah, tetapi setiap berangkat kerja, kalian dapat melihat mereka berkelompok lalu semuanya mengendarai mobil mewah.

Bagi orang-orang kaya ini, tugas sehari-hari mereka bukanlah menjaga keamanan rumah sakit, melainkan mengobrol dan mencari para gadis.

Gadis seperti Melinda Cao, yang memiliki sosok seksi, penampilan imut, dan berteman dengan gadis cantik di rumah sakit mereka Kenya Su, tentu saja menjadi sosok populer di sana.

Pria yang baru saja berbicara itu bertubuh tinggi dan memiliki ekspresi yang arogan.

Dia menatap Peter Lin dengan rasa jijik yang kuat di matanya.

“Melinda Cao, katakan padaku, orang ini pasti melakukan sesuatu padamu kan, biar aku yang membantumu untuk memberesinya!”

Seno Sun saat ini terlihat sangat tidak puas!

Di seluruh rumah sakit ini siapa yang tidak tahu kalau dia menyukai Melinda Cao?

Dia sudah mengejarnya selama beberapa bulan, tapi dia bahkan belum mendapatkan kesempatan menyentuh tangan Melinda Cao.

Dan anak di depannya ini berani-beraninya menggoda Melinda Cao di rumah sakit, gerakan dan tindakannya bahkan masih begitu intim?

Melinda Cao memutar matanya, "Seno Sun, apa yang kami berdua lakukan itu tidak ada urusannya denganmu. Sana pergi ke pertandingan sepak bolamu!"

“Aku tentu saja akan pergi mengikuti pertandinganku,” Seno Sun memandang Peter Lin dengan penuh kebencian, “Tapi aku harus membantumu menangani bajingan ini dulu!”

Peter Lin kemudian berkata dengan suara rendah, "Bola barusan kamu yang menendangnya?"

“Omong kosong, selain aku, apakah ada orang lain yang memiliki level seperti ini?”

Di sampingnya, beberapa anak mengangguk-angguk, "Benar, keterampilan tuan muda Sun kami semakin hari semakin oke!"

“Sekarang siapa yang tidak tahu kalau Tuan Sun adalah Messi kecil di rumah sakit kami!”

Seno Sun sangat bangga dan menikmati pujian dari adik-adiknya.

Tapi wajah Peter Lin menjadi semakin dingin, bahkan membawa aura membunuh!

Orang-orang ini, tendangannya tadi jelas berkaitan dengan masalah hidup dan mati, tapi mereka malah tidak peduli dan malah sibuk memujanya?!

"Apa kamu tidak tahu kalau bola ini mengenai seseorang itu bisa saja membunuhnya?!"

Seno Sun tersenyum hina dan mendatangi Peter Lin, "Ya sekalipun itu tadi tidak mengenaimu, tapi kalau tadi benar-benar menendangmu hingga mati, memangnya kenapa?"

Begitu kalimat ini keluar, semua anak di sana tertawa dan menambahkan.

“Pecundang busuk, kamu tidak berniat mencari benefit di balik kejadian ini kan?”

“Hidupmu yang menyedihkan tidak sebanding dengan uang saku kami selama beberapa hari!”

Seno Sun melambaikan tangannya, "Berendah hatilah, itu setidaknya biaya hidup kita setengah bulan, haha!"

Mendengar ini mata Peter Lin menjadi sangat dingin, bajingan ini!

Dari mulut mereka, apakah hidup tidak sebaik tumpukan kertas bekas?!

Peter Lin menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Minta maaf."

“Haha, aku tidak salah dengar kan? Omong kosong apa yang orang ini bicarakan?”

"Siapa yang tahu, apakah Tuan Sun barusan menendang kepalanya? Haha!"

Seolah mendengar lelucon besar, orang-orang ini tertawa hingga menangis.

Setelah tertawa lama, Seno Sun berhenti dan berkata dengan dingin, "Sungguh sial bertemu orang bodoh seperti ini!"

"Aku sudah malas bicara omong kosong. Sekarang kamu berlutut dan ambilkan bolanya untukku. Dan aku akan melupakan semuanya serta mengampuni nyawamu."

“Tuan Sun, kamu terlalu mengenakkannya.”

"Iya, kalau aku, setidaknya aku akan menyuruhnya menggonggong seperti anjing dan merangkak di sekitar rumah sakit!"

Seno Sun melambaikan tangannya, "Untuk apa menghabiskan waktu dengan orang bodoh? Aku masih mau bermain sepak bola."

Dihadapkan pada ejekan dan penghinaan ini, Peter Lin tetap tanpa ekspresi, "Ini adalah kesempatan terakhirmu, minta maaf."

Beng!

Seno Sun langsung meledak!

Di Rumah Sakit Lintown yang besar, tidak ada yang berani berkata seperti ini padanya!

Seno Sun langsung melangkah maju dan mengangkat kerah Peter Lin, "Sialan, kamu percaya atau tidak aku bisa membunuhmu!"

“Keluargamu kaya, kan?”

Seno Sun tercengang dengan pertanyaan mendadak ini.

Bersamaan itu dia berkata dengan tidak sabar, "Itu tidak ada hubungannya denganmu!"

“Ya karena kamu mempunyai bau tembaga yang kuat dan bau sampah yang menjijikkan.”

Seno Sun sangat marah, "Nak, kamu cari mati ya! Aku..." Saat dia mau melanjutkan, tangan Peter Lin sudah bergerak!

Dia tiba-tiba bergerak, mula-mula meraih pergelangan tangan Seno Sun, lalu memutar bahunya, dan mengguncangnya dengan keras!

Beng!

Seno Sun terbang keluar dan menabrak tembok dengan keras!

Kawat di dinding menangkap pakaian Seno Sun dan menggantungnya di udara.

"Aw, sakit sekali. Kenapa kalian masih berdiri diam di sana? Habisi dia!"

Baru kemudian beberapa orangnya tersadar dan bergegas menuju Peter Lin dengan seluruh gigi dan cakarnya.

Peter Lin dengan tenang mengambil bola di kakinya dan menendangnya dengan keras!

Beng!

Anak yang tertendang langsung pucat pasi sambil memegangi perutnya hendak meringkuk karena kesakitan.

Tapi sebelum dia sempat berjongkok, bola telah memantul kembali ke Peter Lin, dan dia menendangnya lagi!

Dan di saat ini, anak itu, seperti Seno Sun terbang beberapa meter jauhnya dan menabrak Seno Sun dengan keras.

Beng!

Lalu, dia jatuh ke tanah.

Selanjutnya, Peter Lin menggunakan sudut yang rumit dan menendang bolanya dengan sangat mematikan!

Beng!

Beng!

Beng!

Anak lainnya mengalami nasib yang persis sama seperti yang baru saja terjadi.

Mereka pertama-tama menghantam Seno Sun terlebih dahulu, lalu jatuh ke tanah.

Setelah beberapa tendangan, orang yang paling menderita adalah Seno Sun.

Setiap kali Peter Lin menendang bola, dia mendapat dampak yang sangat besar.

Sekarang Seno Sun merasa semua tulang di tubuhnya hancur.

Hanya dalam beberapa menit, orang-orang ini jatuh ke tanah, bertumpuk seperti bukit.

Ada ekspresi terkejut di mata indah Melinda Cao.

Dia tidak menyangka orang ini cukup terampil dalam berkelahi.

"Tidak kelihatan kalau kamu ternyata cukup pandai dalam hal ini?"

Peter Lin menjawab sambil tersenyum, "Aku telah mempelajarinya selama beberapa tahun, tetapi aku hanya bisa ilmu basicnya saja."

“Apakah kamu benar-benar ingin mengejar Kenya Su?” Melinda Cao memutar matanya.

"Apa urusannya denganmu." Jawab Peter Lin tanpa sungkan.

Bajingan ini!!

Melinda Cao sangat kesal hingga menghentakkan kakinya. Meski dia tidak secantik Kenya Su, tapi dia masih memiliki banyak penggemar di rumah sakit.

Setiap orang yang melihatnya pasti akan bersikap sungkan.

Hanya Peter Lin ini yang setiap saat membuatnya ingin menghentakkan kaki karena kesal!

Menahan amarahnya, Melinda Cao pun berkata, "Sekarang ada kesempatan di depanmu. Jam 7 malam nanti, datang ke lapangan basket."

"Kamu bisa berbaik hati membantuku?"

"Terserah kamu mau percaya atau tidak," Melinda Cao mengerutkan bibirnya, “Kalau kamu tidak berani datang, anggap saja aku tidak mengatakan apa-apa.”

Dalam hati Peter Lin jelas tidak mempercayainya, ya kalau dia benar memiliki niat baik seperti itu, itu sama dengan matahari terbit dari barat!

Namun sekali lagi, segala konspirasi dan tipu daya menjadi sia-sia di hadapan kekuasaan absolut.

Peter Lin mencibir dalam hatinya, dia juga ingin melihat trik apa yang akan dimainkan Melinda Cao ini.

"Oke, aku akan datang. Sampai jumpa di sana jam 7 malam nanti."

Melihat sosok Peter Lin yang pergi, Melinda Cao memiliki sorot yang sarat permainan di matanya.

Huh, tunggu sampai kamu datang nanti dan lihat bagaimana aku menyelesaikanmu!

Melinda Cao sambil berpikir berbalik dan pergi dari sana.

Adapun Seno Sun, yang masih tergantung di dinding, dia bahkan tidak melihatnya.

Pada pukul 7 malam, Peter Lin tiba di tempat yang dijanjikan tepat waktu.

Meski sekarang sudah malam, namun lapangan basket lebih ramai dibandingkan siang hari.

Sebelum Peter Lin masuk, dia sudah bisa mendengar suara gemuruh orang di dalam.

Sambil mengeluarkan ponselnya, Peter Lin menelepon Melinda Cao, "Di mana kalian? Aku sudah sampai."

Beberapa menit kemudian, Melinda Cao keluar dari kerumunan: "Ikut aku masuk."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

250