Bab 8 Part 8

by Neng Gemoy 19:44,Dec 05,2023
Sepulangnya kembali ke villa, aku melanjutkan petualangan kontolku yang belum juga ngecrot dalam ronde keduaku.
Untuk kedua kalinya kontolku menyemprotkan lendir pejuh di dalam liang memek Tante Sharon. Setelah bersih - bersih di kamar mandi, Tante Sharon mengajakku tidur bersama.
“Besok bangun sepagi mungkin ya. Aku akan membawamu ke sebuah rumah yang tidak jauh dari kantor perusahaanku. Rumah itu untuk tempat pertemuan kita selanjutnya. Kalau di villa ini, jaraknya terlalu jauh dari kota, “ kata Tante Sharon menjelang tidur.
Aku mengiyakan saja.
“Ini pertama kalinya aku tidur bersama lelaki yang bukan suamiku, “ kata Tante Sharon lagi, “Berarti kamu istimewa bagiku Sef. “
“Terima kasih kalau Tante sudah menganggapku istimewa, “ sahutku.
Lalu kami tertidur dengan nyenyaknya.
Esok paginya aku bangun sepagi mungkin, seperti yang diminta oleh Tante Sharon. Aku malah duluan bangun pada saat Tante Sharon masih tertidur. Lalu aku mandi sebersih mungkin.
Ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata Tante Sharon pun sudah bangun. Ia tampak senang karena aku sudah duluan bangun seperti yang dipesannya tadi malam.
Pada waktu Tante Sharon mandi, aku keluar dari villa lewat pintu belakang. Ternyata di belakang villa itu banyak bukit menghijau, yang menyegarkan pandangan mataku.
Villa itu dikelilingi pagar tembok. Tapi di bagian belakang sekali, tampak sebuah pintu menuju pohon - pohon pinus yang ditanam di bukit - bukit itu.
Aku membuka pintu itu karena sangat tertarik menyaksikan pemandangan yang menyejukkan mataku. Tapi aku hanya berani berdiri di ambang pintu pagar tembok itu. Tidak berani keluar, karena takut kalau Tante Sharon mencariku.
Cukup lama aku berdiri di ambang pintu pagar dinding tembok itu. Sampai akhirnya terdengar suara Tante Sharon di belakangku, “Pemandangannya indah ya ?”
Aku menoleh dan menyahut, “Iya Tante. Indah sekali. “
“Bukit - bukit itu milikku semua. Tadinya mau dibangun pabrik. Tapi setelah dipikir - pikir, sayang kalau pemandangan seindah ini dirusak oleh pembangunan pabrik, Makanya kubiarkan aja jadi hutan pinus begitu, “ kata Tante Sharon sambil memelukku dari belakang.
“Iya Tante. “
“Ayo kita berangkat Sef. Nanti kita sarapan pagi di jalan aja. “
“Siap Tante. “
Beberapa saat kemudian, aku dan Tante Sharon sudah berada di dalam limousine lagi.
Di batas kota, limousine Tante Sharon berhenti di depan sebuah restoran. Untuk makan sarapan pagi.
Setelah sarapan pagi, limousine Tante Sharon meluncur lagi menuju ke dalam kota.
Setengah jam kemudian mobil super mewah itu berhenti. Aku tidak bisa melihat keluar, karena sekelilingku ditutup oleh tirai. “Sudah sampai, “ ucap Tante Sharon yang lalu turun setelah pintu di samping kirinya dibuka oleh sopir tua itu.
Ternyata limousine itu berhenti di pelataran depan sebuah rumah yang cukup megah. Tidak ada garasinya, tapi pelataran yang beralaskan keramik hitam itu cukup luas, bisa dipakai parkir oleh beberapa buah mobil.
Sopir tua itu berjongkok di dekat mobil, sambil menyalakan rokoknya. Sementara aku masuk ke dalam rumah megah itu, mengikuti langkah Tante Sharon.
Rumah megah ini jauh lebih besar daripada rumah Danke. Bahkan kolam renangnya pun lebih luas daripada kolam renang di rumah Danke. Tentang furniture dan perabotannya, jangan tanya. Tentu serba mewah dan mahal.
“Nah ... selama dalam masa kontrak, kamu harus tinggal di rumah ini, “ kata Tante Sharon sambil duduk di sofa ruang belakang. Aku pun duduk di sampingnya.
“Tapi bolehkah aku mengambil pakaian dulu di rumah temanku ?” tanyaku.
“Boleh. Tapi ingat ... kamu jangan macam - macam di sini ya. aku ingin darahmu tetap bersih, agar seandainya aku hamil, bayinya sehat. “
“Iya Tante. “
“Hari ini dan besok aku sibuk di kantor perusahaanku. Mungkin lusa aku baru bisa datang ke sini. “
“Iya Tante. “
“Ohya ... besok akan ada seorang perempuan yang datang ke sini. Dia itu bekas teman se-SMA denganku. Tapi sampai saat ini dia masih perawan. Padahal dia ingin sekali merasakan enaknya bersetubuh. Ingin merasakan kedewasaan yang lengkap. Jadi ... kamu harus bisa memenuhi keinginannya. “
“Ja ... jadi ... aku harus ... harus ... “ aku tidak berani menyelesaikan ucapanku.
“Ya. Kamu harus memecahkan keperawanannya. Tentu saja dia harus membayarmu, sesuai dengan tarifmu. Tapi kamu gak usah lapor sama Mamih dalam masalah ini sih. Lumayan kan, nanti uang dari temanku bisa nambah - nambah uang jajanmu. “
“Iya Tante. Mamih menugaskanku agar selalu mengikuti apa pun yang Tante inginkan. “
“Temanku itu seusia denganku. Sama - sama tigapuluhdelapan tahun. Dia itu seorang guru. Tapi kamu pura - pura tidak tau aja profesinya. Supaya dia bebas bercentil ria denganmu hihihiiii ... “
Aku cuma tersenyum. sambil membayangkan bentuk teman Tante Sharon yang ingin dipecahkan keperawanannya itu. Tapi kalau 38 tahun masih perawan, berarti dia itu jelek. Tiada seorang cowok pun yang berminat menikahinya, sehingga dia tetap melajang di usia yang hampir 40 tahun itu.
“Kalau mau ke rumah temanmu untuk mengambil pakaian, jangan lupa mengunci semua pintu keluar. Di kompleks ini keamanannya terjamin. Tapi tiada salahnya kalau kita tetap waspada. “
“Iya Tante. “
“Ohya, kamu gak usah masak segala di sini. Karena sudah ada perusahaan catering yang akan mengantarkan makanan tiga kali sehari ke sini. Nanti siang akan mulai ada kiriman catering. “
“Iya Tante. “
Tante Sharon mengeluarkan segepok uang merah dari tasnya, “Ini untuk uang jajanmu. Belilah pakaian dan sepatu baru, supaya banyak pakaian untuk ganti. “
“Terima kasih Tante, “ ucapku waktu menerima segepok uang merah itu.
“Ada satu hal lagi yang kamu boleh tau, “ kata Tante Sharon, “Kalau kamu berhasil menghamilimu, maka rumah ini beserta segala isinya akan kuhadiahkan padamu. “
“Wah ... mudah - mudahan aku berhasil menghamili Tante ... !” sahutku dengan penuh harap.
“Feelingku memang begitu. Karena getaran di batinku berkata lain setelah berjumpa denganmu Sef, “ kata Tante Sharon sambil berdiri, “Oke ... aku harus segera ke kantor. Besok perlakukan sahabatku sebaik mungkin ya Sef. “
“Siap Tante, “ sahutku sambil berdiri.
Tante Sharon masih sempat merengkuh leher dan mencium bibirku. Lalu ia melangkah ke luar, diantarkan olehku yang melangkah di belakangnya.
Sepeninggal Tante Sharon, aku menjelajah rumah megah milik Tante Sharon yang akan menjadi tempat tinggalku selama 3 bulan ini. Lalu ... seandainya aku berhasil menghamili Tante Sharon, rumah semegah dan selengkap ini akan menjadi milikku ?
Selain memikirkan semuanya itu, aku pun memikirkan teman Tante Sharon yang tadi lupa kutanyakan namanya itu.
Katanya perawan tua itu memutuskan untuk memberikan keperawanannya padaku. Mungkin dia bersahabat dengan Tante Sharon. Sehingga Tante Sharon merasa iba padanya, karena di usia setua itu (untuk ukuran perawan) masih belum menemukan jodohnya. Lalu apa penyebab yang membuatnya tetap perawan di usia 38 tahun ? Apakah dia sangat jelek, sehingga tak seorang cowok pun mau padanya ?
Tapi ... ah, biarin gak usah dipikirin. Meski pun dia itu jelek, yang penting ada memeknya. Soal rupa, bisa ditutupi sama foto artis. Hahahaaaa .... !
Lalu perhatianku beralih ke segepok uang merah yang berada di dalam genggamanku. Uang 10 juta ini mau diapakan ? Beli sepatu dan baju baru seperti yang dianjurkan oleh Tante Sharon ?
Ya, sebaiknya kuikuti anjuran Tante Sharon, supaya hati wanita itu senang.
Memang sejak aku tinggal di rumah Danke, hampir semua pakaianku adlah pemberian Danke. Dan sekarang aku punya duit, untuk membeli pakaianku sendiri.
Tapi aku ini di perumahan apa dan di mana posisinya ?
Ah, nanti kalau aku keluar dari kompleks perumahan ini, aku bisa melihat tulisan di gerbangnya. Setahuku di setiap gerbang kompleks perumahan, suka ada tulisan nama perumahan itu.
Lalu apakah perumahan ini jauh dari perumahan Danke ? Bukankah aku harus menemui Danke dan melaporkan bahwa aku akan tinggal di rumah Tante Sharon selama 3 bulan ?
Alaaa ... sekarang aku kan punya duit banyak. Nanti setelah melihat nama jalan dan nama perumahan ini, aku bisa naik taksi menuju ke perumahan Danke. Beres.
Katering pun datang, mengantar makan siang untukku. Gila, lauk pauknya banyak banget. Maklum orang tajir yang memesan, sehingga makanan untukku disamakan dengan selera dia.
Tapi kusantap juga makanan itu, meski tak sanggup menghabiskannya.
Setelah makan siang, aku menghubungi Danke lewat hapeku. Lalu :
“Hallo Dank ... lagi di mana ?”
“Di rumah. Baru aja pulang. Tadi malam gue harus meladeni klien semalam suntuk. Bangun kesiangan. Makanya baru pulang ke rumah setelah siang. “
“Loe dibooking semalam suntuk ?” tanyaku.
‘Iya, “ sahut Danke.
“Gue dibooking lebih lama lagi Dank. “
“Berapa malam ?”
“Tiga bulan alias sembilanpuluh hari. “
“Wow ... ! Berarti loe beruntung Sef. Mungkin Bu Sharon tertarik sama tampangmu yang memang paling tampan di antara semua anak buah Mamih. “
“Ah, semuanya ini berkat loe juga Dank. Kalau gak ada loe, gue takkan kenal sama Mamih. Takkan kenal juga sama wanita tajir itu. Makanya gue nelepon juga, sekalian mau ngucapin terima kasih sama loe Dank. “
“Sama - sama. Yang penting loe harus enjoy dengan apa pun yang harus loe lakukan. “
“Tentu aja enjoy. Masa disuruh ngewe gak enjoy ?! Hahahahaaa ... ! “
“Iya. Sedangkan yang kita ewe itu bukan pelacur. Semuanya perempuan bersih dari kuman penyakit kotor. Karena mereka itu istri - istri pengusaha atau pejabat. Makanya kita juga harus bersih dari segala penyakit kotor, termasuk HIV. Itulah sebabnya tiap bulan kita harus dikontrol darah. “
“Oh iya ... kita harus kontrol darah tiap bulan ya ?”
“Iya. Itu wajib. Paling telat dua bulan sekali harus dikontrol. “
“Sip deh. “
Tadinya aku mau mendatangi rumah Danke, sekadar untuk laporan. Tapi niat itu kubatalkan. Kurasa dengan berbicara lewat hape juga sudah cukup.
Jadi setelah selesai menghubungi Danke lewat hape, aku siap - siap untuk membeli pakaian dan sepatu baru. Sesuai dengan anjuran Tante Sharon.
Tanpa kesulitan aku naik taksi menuju sebuah mall. Pulangnya pun pakai taksi lagi. Uang yang kubelanjakan hanya 3 juta. Sisanya kusimpan saja di dalam tas kecilku.
Aku memang sudah dilatih hemat oleh kebiasaan hidup prihatin. Sehingga aku tetap selalu hati - hati dalam menggunakan uang.
Malamnya aku tidur di kamar paling depan. Karena kamar itu kelihatannya paling lengkap.
Di kamar utama ini ada televisi layar lebar segala. Sehingga menjelang tidur aku bisa menyalakan televisi. Tapi akhirnya televisi yang nonton aku tidur. Karena aku sudah ngantuk sekali.
Esok paginya aku bangun sepagi mungkin. Karena teringat bahwa pagi ini akan datang seorang “tamu istimewa”, teman Tante Sharon yang aku belum tahu seperti apa bentuknya itu.
Jam 9 lebih sebuah taksi berhenti di depan rumah. Aku memperhatikan dari ruang tamu, apakah taksi itu ditumpangi oleh teman Tante Sharon ?
Lalu tampak seorang perempuan berperawakan tinggi gede turun dari taksi itu. Memang benar, perempuan yang mengenakan gaun orange polos mengkilap itu melangkah masuk ke dalam pekarangan depan rumah megah ini.
Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

318