Bab 7 Part 7
by Neng Gemoy
19:43,Dec 05,2023
Tante Sharon tersenyum manis. Lalu berkata, “Udah ngaceng lagi Sef. “
Aku cuma mengangguk sambil duduk bersandar, dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan. Tante Sharon pun mengangkang sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Membuatku teringat Lilis. Karena aku pernah menyetubuhi saudara sepupuku itu sampai 6 kali dalam sehari. Dan kini, mungkin Tante Sharon belum puas. Sehingga ia mulai menurunkan bokong indahnya, sementara kontolku jadi melesak masuk ke dalam liang memeknya.
Lalu sekujur kontolku sudah “diselimuti” oleh dinding liang memek Tante Sharon. Dan ia memegang sepasang bahuku sambil berkata, “Aku merasa cocok sekali denganmu. Sehingga aku ingin hamil olehmu. Tapi aku tau, untuk menghamiliku takkan semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin butuh perjuangan selama dua atau tiga bulan. Bahkan mungkin bisa setahun baru bisa hamil. Karena itu aku ingin membookingmu selama tiga bulan, supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Kamu setuju kan kalau aku akan memilikimu selama tiga bulan ?”
“Aku sih mau - mau aja. Tapi mungkin Tante harus minta izin pada Mamih dulu. “
“Yayayaaa ... sebentar Mamih kutelepon. Tolong ambilkan hapeku di belakang kepalamu itu Sef. “
Aku menoleh ke belakang. Memang ada handphone di meja marmer yang jadi pembatas bathtube lebar ini. Lalu kuambil handphone itu dan kuberikan kepada Tante Sharon.
Lalu Tante Sharon benar - benar menelepon Mamih :
“Hallo Mamih ... aku mau to the point aja ya. Apakah Mamih mengijinkan kalau Yosef kukontrak selama tiga bulan ? .... iya Mamih ... iyaaa ... tinggal hitung aja tiga bulan itu sembilanpuluh hari .... iyaaa ... buat Mamih besok juga ditransfer ... iyaaa ... mau ngomong langsung sama Yosef ?... iya, ini dia sedang bersamaku. “
Tante Sharon menyerahkan hapenya sambil berkata, “Mamih mau bicara langsung denganmu. “
Lalu aku yang berbicara dengan Mamih lewat hape :
“Iya Mam ... “ sambutku dengan perasaan rikuh. Karena kontolku masih berada di dalam jepitan liang memek Tante Sharon.
“Yosef ... ikuti aja apa pun yang diinginkan oleh Bu Sharon itu ya. “
“Siap Mam. “
“Kamu beruntung lho. Kalau mau dibooking selama tiga bulan, berarti Bu Sharon merasa nyaman bersamamu. “
“Iya Mam. “
“Pesanku cuma satu, jaga sikapmu agar tetap sopan padanya. Jangan lancang dan kurang ajar. Karena beliau itu pelangganku yang paling tajir dan murah hati. “
“Siap Mam. “
Setelah pengarahan dari Mamih selesai, kuletakkan kembali handphone itu di bibir bathtube yang terbuat dari marmar ini.
“Sudah diijinkan oleh Mamih kan ?” cetus Tante Sharon sambil mencubit pipiku. Lagi - lagi dengan senyum manis di bibirnya.
“Iya Tante. “
“Berarti selama tiga bulan kamu akan menjadi milikku Sef. “
“Jangankan tiga bulan. Mau dijadikan milik Tante seumur hidup juga aku mau. “
“Kenapa begitu ? Memangnya apa yang kamu suka pada diriku ?”
“Aku suka sama senyum Tante. Manis sekali. Dan ... “
“Dan apa ?”
“Memeknya enak sekali ... hehehee ... “
“Kontolmu juga enak sekali Yosef ... “ ucap Tante Sharon sambil mulai mengangkat bokongnya yang sedang menduduki selangkanganku. Sttttttt .... terasa liang memeknya membesot kontolku. Lalu ia menurunkan lagi bokongnya. Leppp ... !
Maka mulailah Tante Sharon mengayun bokongnya, naik turun dan naik turun terus.
Sementara aku memegang dan meremas sepasang toketnya dengan lembut, seperti yang pernah diajarkan oleh Mamih.
Namun hanya belasan menit kami bersetubuh dalam posisi seperti ini. Pada suatu saat Mamih mengajakku keluar dari rendaman air sabun yang hangat itu. Aku setuju saja.
Lalu ia melangkah ke arah sebuah meja marmer yang tidak jauh dari bathtub. Di pinggiran meja marmer itu ia duduk, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai.
Aku pun langsung mengerti. Bahwa aku harus mengentotnya sambil berdiri. Maka kupegang kontolku dan kuletakkan moncongnya ke mulut memek Tante Sharon yang tampak ternganga, karena ia jadi duduk mengangkang, dengan kedua telapak kaki menginjak pinggiran meja marmer.
Blessss .... kontolku membenam lagi ke dalam liang memek Tante Sharon. Amblas sampai menyundul dasarnya. Sambil berdiri aku pun mulai mengentotnya.
Spontan aku teringat pada petunjuk dari Mamih. Bahwa dalam posisi seperti ini aku harus menggesek - gesekkan ujung jariku ke kelentit pasangan birahiku.
Itulah yang kulakukan kini. Bahwa ketika aku mengentot liang memek Tante Sharon, aku langsung menemukan kelentitnya. Dan kelentit itu kugesek - gesek dengan jempol tanganku. Hal itu membuat Tante Sharon mulai merintih dan merengek - rengek histeris, “Yoseeeef .... ooooooh .... ini enak sekali Seeeef .... gesek terus itilku Sef ... gesek teruuuusssss .... “
Persetubuhan di dalam kamar mandi ini adalah ronde kedua bagiku. Dan biasanya ronde kedua selalu lebih lama daripada ronde pertama.
Kali ini, ketika aku mengentot sambil berdiri ini, aku hanya ingin agar Tante Sharon cepat orgasme. Karena rasanya aku masih jauh dari ngecrot.
Maka aku pun berusaha agar aksiku menimbulkan kenikmatan bagi Tante Sharon. Ketika aku semakin gencar mengentot liang memeknya, jempol tangan kananku menggesek - gesek kelentitnya, tangan kiriku pun beraksi untuk memainkan pentil toket kanan Tante Sharon.
Upayaku berhasil. Belasan menit kemudian Tante Sharon mulai klepek - klepek, kejang dan memekik lirih, “ Aaaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaaahhhhh ... “
Kubiarkan Tante Sharon menikmati puncak orgasmenya ... lalu terkulai lemas dan berkata lirih, “Kamu memang cowok yang sangat memuaskan Sef ... “
Lalu aku mengikuti langkah Tante Sharon menuju shower. Untuk mebersihkan tubuh kami di bawah pancaran air hangat shower. Mengeringkan tubuh dengan handuk. Kemudian kembali ke kamar tidur dalam keadaan sama - sama telanjang.
“Kamu bisa sabar untuk menahan jangan ejakulasi dulu ? Kayaknya lebih baik kita cari makanan dulu untuk makan malam, “ kata Tante Sharon sambil membuka lemari pakaiannya.
“Aku ikut kemauan Tante aja, “ sahutku sambil mengenakan kembali celana jeansku. Karena Tante Sharon pun sudah mengenakan gaun beludru hitam. Tanpa mengenakan beha mau pun celana dalam.
Tak lama kemudian kami keluar dari villa. Tante Sharon mengetuk jendela depan kanan mobilnya. Pintu depan kanan itu spontan dibuka. Pak sopir pun turun dari limousine itu.
“Ke restoran langgananku itu Pak, “ kata Tante Sharon.
“Siap Bu Boss, “ sahut sopir tua yang kutaksir usianya sudah lebih dari 60 tahun itu. Lalu ia bergegas membukakan pintu belakang sebelah kiri, untuk Tante Sharon. Sementara aku bisa membukanya sendiri pintu belakang sebelah kanan, lalu masuk ke dalam mobil super mewah itu.
Tak lama kemudian limousine itu pun bergerak meninggalkan villa.
Tante Sharon menarik tangan kiriku dan dimasukkan ke balik gaun beludru hitam itu. Tepat ke permukaan memeknya.
“Sengaja aku gak pake celana dalam. Biar kamu tetap bisa menyentuhnya, “ ucapnya.
Meski pun lampu di dalam dinyalakan, kami memang bisa melakukan apa pun. Karena tirai yang menutupi sekeliling bagian belakang limousine ini.
Tangan kananku menggantikan tangan kiri, untuk meraba - raba memek Tante Sharon. “Kalau dengan tangan kiri, kurang peka Tante. Kalau pake tangan kanan, terasa lebih enak menyentuh memek Tante yang sangat sangat enak sekali ini ... “ kataku sambil mencari - cari kelentit Tante Sharon.
“Lakukanlah apa yang kamu suka, “ ucap Tante Sharon pada saat jari tanganku sudah menemukan kelentitnya. Lalu mutar - mutar ujung jariku di permukaan kelentit yang sebesar kacang kedelai itu.
Tante Sharon duduk menyandar dengan kedua kaki direnggangkan. Sementara aku masih belum puas dengan cuma memutar - mutar ujung jariku di kelentit wanita setengah baya itu. Maka tanpa basa basi aku pun duduk di atas karpet, sambil melanjutkan dengan menyerudukkan mulutku ke memek Tante Sharon.
Tante Sharon malah semakin merenggangkan kedua kakinya, sambil mengusap - usap rambutku dengan lembut.
Lalu dengan lahap kujilati memeknya. Pada saat itulah terdengar suara Tante Sharon perlahan di dekat telingaku, “Jangan lebih dari sejam ya. Nanti keburu sampai di restoran langgananku. “
Meski lidahku sedang terbenam di kemaluan Tante Sharon, aku berusaha mengangguk. Lalu bibir dan lidahku memusatkan kegiatan di kelentit Tante Sharon. Sementara telunjuk dan jari tengah kubenamkan ke dalam liang memek Tante Sharon.
Sebenarnya aksi ini merupakan kegilaan pertamaku. Tapi aku jadi asyik sendiri mengentotkan telunjuk dan jari tengahku, sambil menyedot dan menjilati kelentit wanita yang senantiasa harum di setiap lekuk erotisnya.
Sementara nafas Tante Sharon mulai tak beraturan. Kedua kakinya pun terpentang lebar, membentuk garis lurus saking ngangkangnya. Membuatku semakin leluasa menjelajahi kewanitaannya.
Memang cukup lama aku melakukan kegilaan yang indah ini. Sampai akhirnya Tante Sharon tergelepar dan kejang, sambil menjambak rambutku. “Cukup Sayaaaang .... “ rintihnya.
Aku pun menghentikan aksiku.mengambil kertas tissue dari kotaknya, untuk menyeka mulutku yang berlepotan liur dan lendir kewanitaan Tante Sharon. Kemudian duduk kembali di samping kanan wanita itu.
Tante Sharon bahkan merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, sambil tersenyum manis. Sambil meremas - remas kedua tanganku. Tanpa kata - kata, namun seperti mengirimkan getaran dari batinnya, bahwa ia sangat senang dengan segala yang telah kulakukan barusan.
Limousine itu meluncur terus di tengah kegelapan malam.
Ternyata restoran itu cukup jauh letaknya. Sehingga membutuhkan waktu lebih dari sejam untuk mencapainya.
Setibanya di restoran itu, Tante Sharon mengajakku duduk di lantai dua. Sopir tua itu pun ikut masuk ke dalam restoran, tapi ia tidak berani mengikuti kami ke lantai dua.
Suasana di lantai dua memang hening. Karena hanya ada aku dan Tante Sharon di sini.
Di lantai dua itulah Tante Sharon mulai membuka latar belakang kehidupannya. Bahwa dia sudah 12 tahun menikah dengan seorang pengusaha sukses. Tapi lelaki itu tak pernah sukses menghamilinya.
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata suami Tante Sharon itu yang bermasalah. Sementara Tante Sharon sendiri normal - normal saja.
Setelah bertahun - tahun mereka berumah tangga, akhirnya lelaki itu menyerah pada keadaan dirinya yang bermasalah. Ia mengijinkan Tante Sharon mencari lelaki yang mampu membuahi telurnya. Dengan kata lain, lelaki itu mengijinkan istrinya dihamili oleh lelaki lain. Tapi lelaki yang bisa menghamilinya itu harus sehat dan bisa menutupi rahasia.
Di akhir penuturannya, Tante Sharon berkata, “Jadi, semua yang kita lakukan ini, atas ijin dari suamiku yang sekarang sedang berada di luar negeri. “
Aku berusaha menanggapinya, “Mudah - mudahan aku bisa menghamili Tante. “
“Secara teori, usiaku belum tua - tua benar. Baru tigapuluhdelapan tahun, “ kata Tante Sharon, “Jadi seharusnya aku masih bisa hamil, asalkan spermamu normal. Dan ingat, ini rahasia kita berdua saja ya. “
“Siap Tante, “ sahutku, “Sampai kapan pun aku akan merahasiakannya. “
Tak lama kemudian, dua orang pelayan mengantar dan menghidangkan makanan di meja kami berdua. Kami pun mulai makan.
Bersambung
Aku cuma mengangguk sambil duduk bersandar, dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan. Tante Sharon pun mengangkang sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Membuatku teringat Lilis. Karena aku pernah menyetubuhi saudara sepupuku itu sampai 6 kali dalam sehari. Dan kini, mungkin Tante Sharon belum puas. Sehingga ia mulai menurunkan bokong indahnya, sementara kontolku jadi melesak masuk ke dalam liang memeknya.
Lalu sekujur kontolku sudah “diselimuti” oleh dinding liang memek Tante Sharon. Dan ia memegang sepasang bahuku sambil berkata, “Aku merasa cocok sekali denganmu. Sehingga aku ingin hamil olehmu. Tapi aku tau, untuk menghamiliku takkan semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin butuh perjuangan selama dua atau tiga bulan. Bahkan mungkin bisa setahun baru bisa hamil. Karena itu aku ingin membookingmu selama tiga bulan, supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Kamu setuju kan kalau aku akan memilikimu selama tiga bulan ?”
“Aku sih mau - mau aja. Tapi mungkin Tante harus minta izin pada Mamih dulu. “
“Yayayaaa ... sebentar Mamih kutelepon. Tolong ambilkan hapeku di belakang kepalamu itu Sef. “
Aku menoleh ke belakang. Memang ada handphone di meja marmer yang jadi pembatas bathtube lebar ini. Lalu kuambil handphone itu dan kuberikan kepada Tante Sharon.
Lalu Tante Sharon benar - benar menelepon Mamih :
“Hallo Mamih ... aku mau to the point aja ya. Apakah Mamih mengijinkan kalau Yosef kukontrak selama tiga bulan ? .... iya Mamih ... iyaaa ... tinggal hitung aja tiga bulan itu sembilanpuluh hari .... iyaaa ... buat Mamih besok juga ditransfer ... iyaaa ... mau ngomong langsung sama Yosef ?... iya, ini dia sedang bersamaku. “
Tante Sharon menyerahkan hapenya sambil berkata, “Mamih mau bicara langsung denganmu. “
Lalu aku yang berbicara dengan Mamih lewat hape :
“Iya Mam ... “ sambutku dengan perasaan rikuh. Karena kontolku masih berada di dalam jepitan liang memek Tante Sharon.
“Yosef ... ikuti aja apa pun yang diinginkan oleh Bu Sharon itu ya. “
“Siap Mam. “
“Kamu beruntung lho. Kalau mau dibooking selama tiga bulan, berarti Bu Sharon merasa nyaman bersamamu. “
“Iya Mam. “
“Pesanku cuma satu, jaga sikapmu agar tetap sopan padanya. Jangan lancang dan kurang ajar. Karena beliau itu pelangganku yang paling tajir dan murah hati. “
“Siap Mam. “
Setelah pengarahan dari Mamih selesai, kuletakkan kembali handphone itu di bibir bathtube yang terbuat dari marmar ini.
“Sudah diijinkan oleh Mamih kan ?” cetus Tante Sharon sambil mencubit pipiku. Lagi - lagi dengan senyum manis di bibirnya.
“Iya Tante. “
“Berarti selama tiga bulan kamu akan menjadi milikku Sef. “
“Jangankan tiga bulan. Mau dijadikan milik Tante seumur hidup juga aku mau. “
“Kenapa begitu ? Memangnya apa yang kamu suka pada diriku ?”
“Aku suka sama senyum Tante. Manis sekali. Dan ... “
“Dan apa ?”
“Memeknya enak sekali ... hehehee ... “
“Kontolmu juga enak sekali Yosef ... “ ucap Tante Sharon sambil mulai mengangkat bokongnya yang sedang menduduki selangkanganku. Sttttttt .... terasa liang memeknya membesot kontolku. Lalu ia menurunkan lagi bokongnya. Leppp ... !
Maka mulailah Tante Sharon mengayun bokongnya, naik turun dan naik turun terus.
Sementara aku memegang dan meremas sepasang toketnya dengan lembut, seperti yang pernah diajarkan oleh Mamih.
Namun hanya belasan menit kami bersetubuh dalam posisi seperti ini. Pada suatu saat Mamih mengajakku keluar dari rendaman air sabun yang hangat itu. Aku setuju saja.
Lalu ia melangkah ke arah sebuah meja marmer yang tidak jauh dari bathtub. Di pinggiran meja marmer itu ia duduk, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai.
Aku pun langsung mengerti. Bahwa aku harus mengentotnya sambil berdiri. Maka kupegang kontolku dan kuletakkan moncongnya ke mulut memek Tante Sharon yang tampak ternganga, karena ia jadi duduk mengangkang, dengan kedua telapak kaki menginjak pinggiran meja marmer.
Blessss .... kontolku membenam lagi ke dalam liang memek Tante Sharon. Amblas sampai menyundul dasarnya. Sambil berdiri aku pun mulai mengentotnya.
Spontan aku teringat pada petunjuk dari Mamih. Bahwa dalam posisi seperti ini aku harus menggesek - gesekkan ujung jariku ke kelentit pasangan birahiku.
Itulah yang kulakukan kini. Bahwa ketika aku mengentot liang memek Tante Sharon, aku langsung menemukan kelentitnya. Dan kelentit itu kugesek - gesek dengan jempol tanganku. Hal itu membuat Tante Sharon mulai merintih dan merengek - rengek histeris, “Yoseeeef .... ooooooh .... ini enak sekali Seeeef .... gesek terus itilku Sef ... gesek teruuuusssss .... “
Persetubuhan di dalam kamar mandi ini adalah ronde kedua bagiku. Dan biasanya ronde kedua selalu lebih lama daripada ronde pertama.
Kali ini, ketika aku mengentot sambil berdiri ini, aku hanya ingin agar Tante Sharon cepat orgasme. Karena rasanya aku masih jauh dari ngecrot.
Maka aku pun berusaha agar aksiku menimbulkan kenikmatan bagi Tante Sharon. Ketika aku semakin gencar mengentot liang memeknya, jempol tangan kananku menggesek - gesek kelentitnya, tangan kiriku pun beraksi untuk memainkan pentil toket kanan Tante Sharon.
Upayaku berhasil. Belasan menit kemudian Tante Sharon mulai klepek - klepek, kejang dan memekik lirih, “ Aaaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaaahhhhh ... “
Kubiarkan Tante Sharon menikmati puncak orgasmenya ... lalu terkulai lemas dan berkata lirih, “Kamu memang cowok yang sangat memuaskan Sef ... “
Lalu aku mengikuti langkah Tante Sharon menuju shower. Untuk mebersihkan tubuh kami di bawah pancaran air hangat shower. Mengeringkan tubuh dengan handuk. Kemudian kembali ke kamar tidur dalam keadaan sama - sama telanjang.
“Kamu bisa sabar untuk menahan jangan ejakulasi dulu ? Kayaknya lebih baik kita cari makanan dulu untuk makan malam, “ kata Tante Sharon sambil membuka lemari pakaiannya.
“Aku ikut kemauan Tante aja, “ sahutku sambil mengenakan kembali celana jeansku. Karena Tante Sharon pun sudah mengenakan gaun beludru hitam. Tanpa mengenakan beha mau pun celana dalam.
Tak lama kemudian kami keluar dari villa. Tante Sharon mengetuk jendela depan kanan mobilnya. Pintu depan kanan itu spontan dibuka. Pak sopir pun turun dari limousine itu.
“Ke restoran langgananku itu Pak, “ kata Tante Sharon.
“Siap Bu Boss, “ sahut sopir tua yang kutaksir usianya sudah lebih dari 60 tahun itu. Lalu ia bergegas membukakan pintu belakang sebelah kiri, untuk Tante Sharon. Sementara aku bisa membukanya sendiri pintu belakang sebelah kanan, lalu masuk ke dalam mobil super mewah itu.
Tak lama kemudian limousine itu pun bergerak meninggalkan villa.
Tante Sharon menarik tangan kiriku dan dimasukkan ke balik gaun beludru hitam itu. Tepat ke permukaan memeknya.
“Sengaja aku gak pake celana dalam. Biar kamu tetap bisa menyentuhnya, “ ucapnya.
Meski pun lampu di dalam dinyalakan, kami memang bisa melakukan apa pun. Karena tirai yang menutupi sekeliling bagian belakang limousine ini.
Tangan kananku menggantikan tangan kiri, untuk meraba - raba memek Tante Sharon. “Kalau dengan tangan kiri, kurang peka Tante. Kalau pake tangan kanan, terasa lebih enak menyentuh memek Tante yang sangat sangat enak sekali ini ... “ kataku sambil mencari - cari kelentit Tante Sharon.
“Lakukanlah apa yang kamu suka, “ ucap Tante Sharon pada saat jari tanganku sudah menemukan kelentitnya. Lalu mutar - mutar ujung jariku di permukaan kelentit yang sebesar kacang kedelai itu.
Tante Sharon duduk menyandar dengan kedua kaki direnggangkan. Sementara aku masih belum puas dengan cuma memutar - mutar ujung jariku di kelentit wanita setengah baya itu. Maka tanpa basa basi aku pun duduk di atas karpet, sambil melanjutkan dengan menyerudukkan mulutku ke memek Tante Sharon.
Tante Sharon malah semakin merenggangkan kedua kakinya, sambil mengusap - usap rambutku dengan lembut.
Lalu dengan lahap kujilati memeknya. Pada saat itulah terdengar suara Tante Sharon perlahan di dekat telingaku, “Jangan lebih dari sejam ya. Nanti keburu sampai di restoran langgananku. “
Meski lidahku sedang terbenam di kemaluan Tante Sharon, aku berusaha mengangguk. Lalu bibir dan lidahku memusatkan kegiatan di kelentit Tante Sharon. Sementara telunjuk dan jari tengah kubenamkan ke dalam liang memek Tante Sharon.
Sebenarnya aksi ini merupakan kegilaan pertamaku. Tapi aku jadi asyik sendiri mengentotkan telunjuk dan jari tengahku, sambil menyedot dan menjilati kelentit wanita yang senantiasa harum di setiap lekuk erotisnya.
Sementara nafas Tante Sharon mulai tak beraturan. Kedua kakinya pun terpentang lebar, membentuk garis lurus saking ngangkangnya. Membuatku semakin leluasa menjelajahi kewanitaannya.
Memang cukup lama aku melakukan kegilaan yang indah ini. Sampai akhirnya Tante Sharon tergelepar dan kejang, sambil menjambak rambutku. “Cukup Sayaaaang .... “ rintihnya.
Aku pun menghentikan aksiku.mengambil kertas tissue dari kotaknya, untuk menyeka mulutku yang berlepotan liur dan lendir kewanitaan Tante Sharon. Kemudian duduk kembali di samping kanan wanita itu.
Tante Sharon bahkan merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, sambil tersenyum manis. Sambil meremas - remas kedua tanganku. Tanpa kata - kata, namun seperti mengirimkan getaran dari batinnya, bahwa ia sangat senang dengan segala yang telah kulakukan barusan.
Limousine itu meluncur terus di tengah kegelapan malam.
Ternyata restoran itu cukup jauh letaknya. Sehingga membutuhkan waktu lebih dari sejam untuk mencapainya.
Setibanya di restoran itu, Tante Sharon mengajakku duduk di lantai dua. Sopir tua itu pun ikut masuk ke dalam restoran, tapi ia tidak berani mengikuti kami ke lantai dua.
Suasana di lantai dua memang hening. Karena hanya ada aku dan Tante Sharon di sini.
Di lantai dua itulah Tante Sharon mulai membuka latar belakang kehidupannya. Bahwa dia sudah 12 tahun menikah dengan seorang pengusaha sukses. Tapi lelaki itu tak pernah sukses menghamilinya.
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata suami Tante Sharon itu yang bermasalah. Sementara Tante Sharon sendiri normal - normal saja.
Setelah bertahun - tahun mereka berumah tangga, akhirnya lelaki itu menyerah pada keadaan dirinya yang bermasalah. Ia mengijinkan Tante Sharon mencari lelaki yang mampu membuahi telurnya. Dengan kata lain, lelaki itu mengijinkan istrinya dihamili oleh lelaki lain. Tapi lelaki yang bisa menghamilinya itu harus sehat dan bisa menutupi rahasia.
Di akhir penuturannya, Tante Sharon berkata, “Jadi, semua yang kita lakukan ini, atas ijin dari suamiku yang sekarang sedang berada di luar negeri. “
Aku berusaha menanggapinya, “Mudah - mudahan aku bisa menghamili Tante. “
“Secara teori, usiaku belum tua - tua benar. Baru tigapuluhdelapan tahun, “ kata Tante Sharon, “Jadi seharusnya aku masih bisa hamil, asalkan spermamu normal. Dan ingat, ini rahasia kita berdua saja ya. “
“Siap Tante, “ sahutku, “Sampai kapan pun aku akan merahasiakannya. “
Tak lama kemudian, dua orang pelayan mengantar dan menghidangkan makanan di meja kami berdua. Kami pun mulai makan.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved