Bab 5 Part 5

by Neng Gemoy 19:42,Dec 05,2023
Aku cuma tersenyum canggung, sambil mengamati manisnya wajah Tante Sharon.
Tiba - tiba Tante Sharon menarik kedua tanganku. Lalu memagut bibirku. Menciumku sambil menjulurkan lidahnya. Aku pun menyedot - nyedot lidah Tante Sharon, seperti yang sering kulakukan dengan Lilis dahulu. Cuma bedanya, mulut Tante Sharon ini tercium harum yang menyenangkan. Sehingga aku sangat bersemangat untuk menyedot - nyedot lidahnya. Terkadang Tante Sharon menyedot - nyedot bibir bawahku, yang kubalas dengan lumatan yang serupa.
Celana jeans dan celana dalamku sudah tertanggalkan, sehingga kontolku terasa sudah bertempelan dengan memek Tante Sharon.
Lampu pun dimatikan. Namun aku sadar bahwa Tante Sharon sedang memegang kontolku, sambil mencolek - colekkan ke celah memeknya yang hangat dan agak basah.
Bahkan pada suatu saat Tante Sharon berbisik di tengah kegelapan malam, “Doronglah sampai masuk ... “
Aku mengikuti perintah Tante Sharon. Mendorong kontolku yang sudah bertempelan dengan bagian basahnya memek Tante Sharon.
Sedikit demi sedikit kontolku membenam ke dalam liang memek Tante Sharon. Disambut dengan ciuman lengketnya lagi. Lalu menjulurkan lidahnya kembali, untuk kusedot - sedot, sambil mulai mengayun kontolku yang makin lama makin jauh membenam ke dalam liang memek wanita itu. Sampai akhirnya mentok di dasar liang memek Tante Sharon.
Lalu terdengarr suara Tante Sharon di dalam kegelapan, “Ooooh ... inilah yang kucari - cari selama ini Sef ... liang memekku termasuk panjang, dalam sekali, tidak dangkal seperti liang memek wanita lain pada umumnya. Tapi kontolmu berhasil menyentuhnya. Bahkan terasa sampai didorong begini .... tapi cabut dulu kontolmu ... nanti kita lanjutkan di villa. Biar lebih leluasa menikmatinya. “
Sebenarnya aku agak kecewa, karena sedang enak - enaknya menikmati kontolku yang sudah berada di dalam memek wanita itu. Tapi aku harus menurut pada apa pun yang dikehendakinya. Maka kucabut kontolku dari liang memek Tante Sharon. Lalu kukenakan lagi celana dalam dan celana jeansku dalam kedelapan.
Aku tidak tahu apakah Tante Sharon sudah mengenakan kembali celana dalamnya atau belum. Yang jelas ia melingkarkan lengan kanannya di pinggangku sambil berkata, “Nanti di villa, kamu bebas melakukan apa aja pada diriku Sef. Pokoknya selama di villa, kamu jangan canggung lagi ya. “
“Iya Tante, “ sahutku.
“Anggaplah aku ini kekasihmu, meski pun usiaku jauh lebih tua darimu. “
“Siap Tante. “
“Ohya ... sejak direkrut oleh Mamih, kamu sama sekali belum berkencan dengan pelanggan Mamih ?”
“Belum Tante. Ini untuk yang pertama kalinya. “
“Tapi kelihatannya kamu sudah berpengalaman. Sama siapa aja kamu punya pengalaman ?”
“Hanya satu orang Tante. Dengan saudara sepupuku yang usianya sepuluh tahun lebih tua dariku. “
“Pernah main sama lonte gak ?”
“Amit - amit. Belum pernah Tante. Satu - satunya wanita yang pernah kugauli hanya saudara sepupuku itu. Dan setelah dia menikah lagi, aku tak pernah menggaulinya lagi. Aku hanya sering main dengannya pada waktu dia masih janda. “
“Baguslah, “ sahut Tante Sharon, “Berarti darahmu masih bersih. “
Limousine yang sedang kami tumpangi meluncur terus. Namun tak lama kemudian terasa mobil ini membelok ke kiri, lalu berhenti.
“Udah sampai di villaku, “ ucap Tante Sharon sambil menepuk lututku.
Lalu pintu belakang kiri dibuka oleh pak sopir, Tante Sharon pun keluar dari mobilnya. Aku turun sendiri, tak perlu dibukakan dulu pintunya oleh pak sopir. Sambil menjinjing tas kecil pinjaman dari Danke, aku mengikuti langkah Tante Sharon. Masuk ke sebuah villa megah.
Setelah aku masuk, Tante Sharon pun menutup dan menguncikan pintu depan villa. Lalu memegang pergelangan tanganku dan menuntunku memasuki sebuah kamar yang serba mewah isinya.
Namun aku bersikap biasa - biasa saja. Tidak menengok ke sana - sini saking kagumnya melihat segala benda yang serba mewah di dalam kamar itu. Takut dibilang kampungan.
Di dalam kamar yang serba mewah ini Tante Sharon melepaskan mantel jubahnya. Lalu menggantungkan mantel panjangnya itu di kapstok.
Dalam keadaan masih ditutupi gaun panjang yang ada belahan di kanan kirinya, sehingga sepasang pahanya terpamerkan ketika ia duduk di atas sofa putih dan mengajakku duduk di sampingnya.
“Kamu pernah jilatin memek ?” tanya Tante Sharon.
“Sering Tante, “ sahutku jujur.
“Dengan saudara sepupumu itu ?”
“Iya Tante. “
“Kenapa tadi di dalam mobil ketika kupamerkan memekku gak langsung dijilatin ?”
“Gak berani Tante. Karena belum ada instruksi dari Tante. “
“Iya, aku mengerti. Tapi mulai saat ini kamu bebas melakukan apa pun padaku. Yang penting jangan menyakiti aja. “
“Iya Tante. “
Tante Sharon mengecup pipiku. Lalu menyingkapkan gaun hitam yang ada belahan di kanan kirinya, sehingga tampak jelas memeknya lagi. Berarti setelah dilepaskan di dalam mobil tadi, celana dalamnya tidak dipakai lagi.
Aku pun langsung berdiri, lalu bersila di antara kedua kaki Tante Sharon yang direnggangkan. Namun aku tidak langsung menerjang memeknya. Kupegang betis kanannya. Lalu kuciumi betis itu sampai ke lipatan lututnya.
“Kulit Tante putih dan mulus begini, “ ucapku sambil beralih memegang betis kirinya. Lalu menciumi betis indah itu dengan nafsu yang mulai membara lagi.
Tak cuma betis. Selanjutnya aku pun mulai menciumi paha Tante Sharon yang licin dan hangat. Bahkan sesekali aku pun mengulurkan lidah untuk menjilatinya.
Entah apa yang dipakai oleh Tante Sharon itu. Yang jelas, baik betis mau pun pahanya harum semua. Sehingga aku ingin tahu apakah memeknya juga harum ?
Dengan sepenuh gairah kuciumi memek Tante Sharon. Memang harum juga. Lalu kungangakan bibir luar memeknya (yang katanya disebut labia mayora), sehingga bagian dalamnya terbuka dan tampak berwarna pink.
Ketika ujung lidahku mulai menyapu - nyapu bagian yang berwarna pink itu pun, tersiar juga harum parfum ke penciumanku. Entah parfum apa yang dipakai oleh Tante Sharon ini. Sudah pasti parfum mahal yang harganya selangit. Tapi keharuman memek Tante Sharon ini membuatku semakin bergairah untuk menjilatinya.
Aku pun mengamati kelentitnya yang nyempil dari selubungnya. Meski sekolahku hanya tamat SMP, tapi aku sudah sering membaca buku - buku pemberian Lilis. Buku - buku tentang pengetahuan sex. Buku - buku itu selalu kubaca dengan serius. Bahkan isinya sudah hafal di luar kepala.
Salah satu petunjuk dari buku itu adalah mengenai kelentit. Bahwa kelentit itu bagian yang paling peka di kemaluan wanita. Karena itu, untuk merangsangnya harus sering disentuh. Terutama pada waktu jilmek begini.
Itulah yang kulakukan selanjutnya. Menjilati kelentit Tante Sharon dengan gencarnya. Sementara jari tengahku mulai kuselinapkan ke dalam celah memeknya yang sudah mulai licin dan hangat. Lalu kugerak - gerakkan seperti gerakan kontol mengentot memek.
Tante Sharon mulai menggeliat - geliat sambil mengusap - usap rambutku. Desahan dan rintihannya pun mulai terdengar.
Tapi pada suatu saat Tante Sharon mendorong kepalaku agar menjauh dari memeknya. “Lanjutin di sana aja Sef, “ ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat tidur mewah bertilamkan kain seprai mengkilap berwarna merah hati itu.
Aku mengangguk. Lalu bangkit berdiri dan mengikuti langkah Tante Sharon.
“Kamu juga harus telanjang Sef, “ ucap Tante Sharon sambil menanggalkan gaunnya di dekat tempat tidurnya.
Lalu ia melepaskan behanya sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuh putih mulusnya. Aku pun sudah melepaskan segala yang melekat di tubuhku, lalu merayap ke arah Tante Sharon yang sudah celentang telanjang di atas bed mewahnya.
“Langsung masukin aja Sef. Udah basah nih, “ ucap Tante Sharon sambil mengusap - usap memeknya, dengan kedua mengangkang.
Aku mengangguk sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng ini. Dan meletakkan moncongnya di mulut memek Tante Sharon yang sudah menganga menggiurkan.
Lalu kudorong kontol ngacengku sekuatnya. Blesssssss .... langsung terbenam seluruhnya, bahkan mentok di dasar liang memek Tante Sharon.
Pada saat itulah Tante Sharon menarik kedua lenganku, sehingga aku terhempas ke atas badan Tante Sharon. Sebelum aku mengayun kontolku, Tante Sharon melingkarkan kedua kakinya di pinggangku, sambil memagut bibirku ke dalam lumatannya.
Kontolku pun mulai maju mundur secara berirama. Dan setiap kali kudorong, moncong kontolku selalu saja mentok di dasar liang memek Tante Sharon. Mungkin hal inilah yang dicarinya selama ini. Mudah - mudahan saja begitu, agar dia menjadi langgananku kelak.
Tante Sharon pun mulai berdesah - desah, “Hhhh .... hhhhhhhhaahhhh .... hhhhhhhhhh .... hhhaaaaaahhhh .... hhhhhhaaaaaaaaahhhhh .... Yoseeeef ... hhhhhhhaaaaaahhhhh ... ini luar biasa enaknya Seeeef .... belum pernah aku disetubuhi yang seenak ini ... karena kontolmu terus - terusan menyundul mulut rahimku ... hhhhhhhh .... Yoseeeeefff .... hhhhaaaaaaahhhhh ... “
“Memek Tante juga luar biasa enaknya ... uuuughhhh ... seperti liang memek yang masih gadis ... “ sahutku terengah.
“Aku memang belum pernah melahirkan Sef ... mudah - mudahan aja kamu bisa menghamiliku yaaa ... “
“Iya Tante ... “ sahutku nyeplos begitu saja. Padahal bingung juga kalau Tante Sharon hamil olehku. Karena aku dan Tante Sharon laksana bumi dengan langit keadaannya.
Tapi aku tak mau memikirkan itu. Aku ingin menikmati lezatnya gesekan kontolku dengan liang memek Tante Sharon yang licin tapi gurih ini.
Aku pun mulai memperhatikan wajah Tante Sharon. Tadinya kusangka Tante Sharon itu jelek. Tapi ternyata manis, terutama kalau sedang tersenyum. Dan yang paling menonjol adalah kulitnya itu, sangat putih dan mulus.
Lalu aku pun mulai mempraktekkan teori yang pernah kubaca dari buku dan nasihat dari Mamih. Bahwa ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot memek Tante Sharon, tanganku mulai beraksi untuk meremas toket yang masih lumayan bagus ini. Sementara mulutku sudah mulai nyungsep di leher wanita itu. Untuk menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.
Tampaknya Tante Sharon sangat menikmati aksiku ini. Ia merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu ketika mulutku sedang “bebas”, ia menciumku dengan lahapnya. Terkadang juga tangannya berada di punggungku. sambil memijat - mijat di sana - sini.
Terkadang mulutku nyasar ke ketiaknya yang ternyata harum juga. Lalu dengan lahap kujilati ketiaknya, terkadang menyedotnya sekuat mungkin. Sehingga Tante Sharon tergetar - getar seperti terkena arus listrik.
Matanya pun kadang terpejam, kadang melotot, sambil berdesah dan merintih.
Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

318