chapter 7 Bercerai

by Cipto 13:47,Nov 07,2023
Setelah tahu bahwa Natasha Yun adalah Si Mantou yang dicari-carinya itu. Dia bertekad untuk memberikan seluruh dunia dan segala isinya padanya.

Sebuah kendaraan berhenti di hadapan mereka. Reinhard Su menenteng berbagai macam bawaan. Bawaan Prajurit Po juga tidak kalah banyak. Saat itu, mereka hendak pergi menuju ke rumah Keluarga Yun.

Keluarga Yun tinggal di sebuah vila kecil di pinggiran kota. Area itu tidak terlalu mahal.

Arsenio Yun menjabat sebagai Wakil Manajer di Grup Cloud. Gajinya tidak seberapa, tetapi hidupnya cukup nyaman. Sebagai bagian dari anggota Keluarga Yun, sudah sewajarnya dia memiliki sebuah rumah sendiri.

Begitu tiba di depan pintu, Reinhard merogoh kantong celananya. Dia berkata, "Ke mana kuncinya?"

"Yang Mulia, aku akan mencarinya di mobil."

Prajurit Po meletakkan barang-barang bawaannya dan bergegas menuju ke mobil.

Tidak lama kemudian, Prajurit Po kembali dengan kunci, akan tetapi Reinhard sudah berada di dalam rumah itu.

"Bagaimana cara Yang Mulia masuk ke dalam?"

Reinhard berkata dengan santai, "Aku baru ingat ada nomor sandi. Sudah tiga tahun berlalu, tetapi mereka belum mengganti sandinya."

"..." Prajurit Po kehilangan kata-kata.

"Angkat semua barang itu ke dalam. Hati-hati jangan sampai lantainya kotor." Reinhard berkata dari alam rumah.

Rumah itu masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah.

Dulu, Reinhard pernah beberapa kali datang ke kediaman Keluarga Yun. Dia masih ingat.

Prajurit Po mengangkat bawaan mereka itu dan masuk ke dalam. Saat melihat Reinhard, matanya membelalak lebar.

Saat itu, Reinhard sudah mulai menyibukkan dirinya di dalam dapur sambil mengenakan apron. Dia terlihat seperti seorang ayah rumah tangga.

"Yang Mulia, Anda adalah Ketua Istana Raja Naga. Tidak sampai satu tahun, Anda berhasil membuatnya menjadi organisasi terhebat di seluruh negri. Bahkan di seluruh dunia sekalipun, tidak banyak organisasi lain yang bisa bersaing dengan kita."

"Anda menguasai setidaknya setengah dari seluruh kekayaan negri ini. Semua penguasa dan orang-orang kaya harus tunduk hormat pada kami."

"Anda adalah Panglima Naga yang telah menerjang berbagai tantangan, memusnahkan jutaan musuh. Sekalipun Anda telah mengundurkan diri, tetapi Anda adalah satu-satunya dewa perang berpangkat bintang sembilan."

"Hentikan." Reinhard menyela kata-kata Prajurit Po. "Berhentilah menjilat!"

"Aku bukan sedang menjilat. Aku hanya bicara apa adanya." Prajurit Po mengerucutkan bibirnya, "Seorang dewa perang, bisa-bisanya mengenakan apron."

Hal inilah yang membuat Prajurit Po tidak bisa menerimanya. Perbedaannya terlalu kontras.

"Memangnya aku tidak boleh memasak makan malam untuk istriku yang tercinta?" Reinhard mendelik ke arah Prajurit PO. "Cepat bersihkan ikan ini, lalu iris tipis-tipis. Ikan ini baru akan terasa enak dan lembut."

Banyak sekali yang dilakukan Reinhard di dalam dapur, tetapi dia sangat menikmatinya.

Prajurit Po juga dia jadikan sebagai tenaga kerja cuma-cuma.

Dia seperti seorang ibu rumah tangga yang tak henti-hentinya mengomel. Seluruh kata-katanya bahkan jauh lebih banyak daripada apa yang telah dia katakan sepanjang satu tahun terakhir.

Setelah bekerja keras selama tiga jam penuh, akhirnya meja makan dipenuhi dengan berbagai hidangan. Warna dan bentuknya sangat beragam. Aromanya membuat air ludah menetes keluar.

Reinhard menatap hidangan di atas meja itu, menganggukkan kepalanya dan berkata, "Sudah cukup. Tinggal dilengkapi dengan dua botol anggur. Sempurna!"

"Yang Mulia. Aku sudah menyiapkannya."

Prajurit Po mengeluarkan dua botol keramik anggur kuno. Ini adalah anggur kuno. Sangat berharga.

"Terakhir kali kita mengadakan eksplorasi kuburan kuno, kita menemukan 10 botol. Sekarang hanya tersisa 2 botol ini."

"Bagus." Reinhard mengambil botol anggur itu lalu berkata kepada Prajurit Po, "Sekarang cepatlah menyingkir."

"Hah?!"

"Hah, hah apa? Bagaimana aku akan menjelaskan pada istriku dan keluarganya jika mereka melihatmu di sini? Dan juga mulai sekarang, jangan sampai mobil itu muncul sembarangan."

Prajurit Po memandangi hidangan menggiurkan di atas meja. Dia tidak tahan lagi dan berkata, "Yang Mulia, aku sudah membantumu sepanjang hari, apakah aku boleh mencicipinya sedikit saja."

"Cicip kepalamu!" Reinhard langsung menendang Prajurit Po keluar dari ruangan itu.

Tetapi dia juga melemparkan beberapa kotak makan pada Prajurit Po. Di dalamnya terisi penuh dengan masakan lezat buatannya.

Tadinya wajah Prajurit Po terlihat tidak puas, tetapi begitu dia melihat kotak makan itu, senyuman merekah di wajahnya.

"Yang Mulia tidak lupa padaku."

Prajurit Po pergi dengan riang.

Kira-kira sepuluh menit berlalu. Sebuah mobil putih berhenti di pinggir vila. Ada tiga orang yang turun dari mobil.

Arsenio, Feronika, Natasha. Alfonso Yun sedang berada di sekolah.

Sambil turun dari mobil, Feronika marah-marah, "Aku kesal sekali. Pecundang itu memberikan benda yang begitu berharga pada orang lain."

Arsenio menjawab, "Bukankah setidak-tidaknya reputasi keluarga kita terselamatkan?"

"Untuk apa punya reputasi. Benda itu nilainya 50 juta." Feronika merasa sakit hati.

Dia melihat ke arah Natasha dan berkata, "Tidak bisa begitu. Kamu harus bercerai darinya. Keluarga kita tidak bisa menghadapi orang lain selama tiga tahu gara-gara dia."

Natasha sama sekali tidak bicara. Hatinya sangat kacau.

Sudah tiga tahun berlalu. Pria yang pernah seperti menyakitinya itu akhirnya kembali.

Bukan hanya itu. Dia mengatakan hal yang tidak dapat dia mengerti. Dia berkata diaingin memberinya seluruh dunia?

Ketiganya beranjak memasuki rumah.

Begitu sampai di dalam, Feronika mencium aroma masakan yang begitu enak. Dia berkata, "Mengapa ada aroma masakan yang begitu nikmat di dalam rumah?"

"Aku juga dapat merasakannya." Arsenio menyalakan lampu di dalam rumah.

Meja makan yang dipenuhi hidangan lezat tampak di hadapan mereka.

"Hm?"

Ketiganya merasa keheranan.

"Apa kamu menyuruh orang untuk memasak?" Feronika mengira Arsenio menyewa jasa memasak di rumah.

"Da...dari mana uangnya?" Arsenio berkata dengan canggung.

Feronika menatap ke arah Natasha. Dia juga menggeleng-geleng.

Saat itu juga, Reinhard berjalan keluar dari dapur sambil mengangkat mangkuk besar berisi kuah bebek dengan acar lobak.

"Natasha, kalian sudah pulang." Reinhard melihat Natasha sambil tersenyum berseri-seri.

"Reinhard." Natasha tidak menyangka.

Seketika itu juga Feronika menjerit marah, "Mengapa kamu bisa muncul di dalam rumahku!"

"Aku pernah memeberinya nomor sandi kita." Natasha menjelaskan.

"Kami tidak menerima kedatanganmu. Cepatlah pergi!" Feronika mengusirnya.

Natasha menghentikan Feronika, "Ibu, jangan seperti ini."

"Memangnya aku seperti apa? Bagaimana kamu melalui tiga tahun ini. Ada berapa banyak orang dengan lidah beracun yang mengataimu di belakang?"

Natasha menunduk, matanya basah dan merah.

Memang benar, selama tiga tahun terakhir dia melewati masa-masa yang sulit. Sangat sulit. Dia bertemu dengan banyak sekali orang-orang yang memutar bola matanya. Sedangkan dia bahkan tidak punya tempat untuk mengadu."

"Sudahlah. Biar bagaimanapun kita masih sekeluarga. Mari kita makan dulu." Aresenio Yun berusaha menenangkan.

"Tidak bisa. Jangan harap kami akan memaafkanmu hanya karena kamu memasak satu hidangan untuk kami. Mustahil!" Feronika berkata dengan tegas.

Tidak lama, dia menambahkan, "Kecuali, kamu ambil kembali mangkuk jelek itu!"

Feronika terus mendambakan cawan kecil itu.

Arsenio berkata, "Benda itu sudah diberikan. Mana mungkin diambil kembali."

"Nenek tua itu sama sekali tidak menghargainya. Dia nyaris membuangnya."

"Bukankah awalnya kamu juga meremehkan benda itu?"

"Kamu berada di pihak siapa?"

"Cukup. Saat ini dia masih suamiku." Natasha angkat bicara.

Selama perdebatan mereka berlangsung, Reinhard sama sekali tidak bicara. Karena dia memang benar-benar memiliki hutang yang sangat besar pada Natasha.

Natasha melihat ke arah Reinhard dan berkata, "Masih ada satu bulan hingga perjanjian pernikahan kita berakhir. Selama satu bulan ini, kamu boleh tinggal di rumah ini."

Feronika tidak lagi bicara. Mereka semua duduk untuk makan dalam keheningan.

Apa yang terjadi jauh berbeda dari apa yang dibayangkan Reinhard. Tetapi keadaan ini tidak mempengaruhi dirinya. Dia akan membuat segalanya menjadi lebih baik.

Setelah selesai makan, Feronika memasuki kamar Natasha. Dia berkata sambil berkasak-kusuk, "Natasha, besok pergilah bersamaku ke Restoran Mugaritz."

Natasha bertanya-tanya, "Untuk apa?"

"Jangan banyak tanya, ikuti saja aku."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200