Bab 1 Siapa Hyunsu
by Bae Suah
08:01,Oct 30,2023
Kim Hyejin meneteskan keringat cukup banyak setelah pergulatan yang baru saja dia dan suaminya lakukan.
Lee Seungjae tidak langsung pergi mandi seperti yang dia lakukan sebelumnya. Dia memeluknya dari belakang, memeluknya begitu erat, seakan ingin memasukan tubuh Kim Hyejin ke dalam tubuhnya.
Kim Hyejin hampir meleleh oleh pelukan ini. Entah kenapa, dia merasa terkejut, gugup, bersemangat dan hatinya terasa masam.
Setelah tiga tahun pernikahan mereka, ini adalah pertama kalinya pria ini memeluknya seperti ini.
Sikap ini membuat Kim Hyejin merasa sangat dicintai.
Jantungnya berdebar-debar seperti drum yang ditabuh dengan cepat. Dia perlahan berbalik dan memeluk pria itu erat-erat dengan senyuman manis dan indah terkembang di wajahnya. Dia seakan tengah memeluk seluruh dunia dalam dekapannya.
Dia memeluknya untuk waktu yang lama.
Lee Seungjae melepaskan pelukannya, mengenakan pakaiannya dan duduk. Dia mengeluarkan sekotak rokok dari laci, dengan terampil mengeluarkan satu batang dari dalamnya, menyalakannya dan mengisapnya dalam-dalam.
Asap putih mengepuk. Wajahnya yang tampan dikaburkan oleh garis asap yang terkembang, membuat ekspresi di wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Entah apa yang tengah dia pikirkan sampai dia bahkan tidak menyadari kalau tembakau yang terbakar hampir mengenai sela-sela jarinya.
Kim Hyejin terbatuk-batuk ringan, "Bukankah kamu sudah berhenti merokok sejak lama?"
Lee Seungjae mematikan rokoknya, menatap mata Kim Hyejin dalam-dalam. Dia terdiam selama beberapa detik, lalu mengatakan, "Kim Hyejin, ayo kita berpisah."
Perkataannya itu seperti sebuah petir yang menyambar Kim Hyejin secara tiba-tiba!
Kim Hyejin membeku. Binar kebahagiaan yang memenuhi hatinya meredup saat itu juga.
Dia menatap pria itu dengan wajah pucat, lalu bertanya dengan suara yang sedikit bergetar, "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
“Tidak.”
“Lalu kenapa harus berpisah?”
“Minseo kembali. Maafkan aku.”
Minseo adalah mantan pacarnya yang dulu.
Hati Kim Hyejin seperti tersayat-sayat belati tajam. Tiga tahun! Tiga tahun penuh keduanya hidup bersama, tetapi semua itu tidak sebanding dengan kembalinya wanita itu!
Pria itu tidak mencintainya dan ini adalah kesalahan terbesar Kim Hyejin sendiri!
Rasa kehilangan, frustrasi dan kesedihan membanjiri Kim Hyejin. Dia menggigit bibirnya saat tubuhnya menegang.
Dia menggigil saat jari-jarinya meraih pakaiannya, berniat bangun dari tempat tidur.
Lee Seungjae meremas bahunya dan bertanya dengan suara hangat, "Kamu mau pergi kemana?"
Kim Hyejin menjawab setelah berusaha keras menahan air matanya, "Mau buat sarapan."
"Kamu selalu melakukannya. Aku yang akan buat sarapan untuk hari ini. Kamu bisa tidur lagi." Suara Lee Seungjae rendah dan lembut.
Kim Hyejin mengiakan pelan dan kembali berbaring. Tangannya terulur, menarik selimut untuk menutupi matanya yang basah.
Ketika Lee Seungjae pergi, dia turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Dia tidak bisa menahan diri lagi, menangis tersedu-sedu.
Air matanya seperti manik-manik pada tali yang putus, saling berjatuhan dan tidak dapat dihentikan.
Dia tidak pernah tahu bahwa mencintai seseorang dapat membuat hatinya sakit seperti ini. Rasanya pria itu seperti segumpal daging yang dicabut dari hatinya.
Rasanya sangat menyakitkan, sampai dia tidak bisa berdiri dan hanya bisa bersandar di dinding, menangis sampai tubuhnya gemetar.
Entah sudah berlalu berapa lama, Lee Seungjae memanggilnya untuk sarapan.
Kim Hyejin mengiakan pelan, membasuh wajahnya dengan air berulang kali.
Namun, sekeras apapun dia membasuh wajahnya, matanya tetap saja merah, seperti ada darah yang tercetak di sana dan tidak mau hilang.
Di lantai bawah, Lee Seungjae tengah berdiri menunggunya di ruang makan.
Dia mengenakan setelan jas kelas atas yang disesuaikan dengan baik. Celana panjang hitam menyempurnakan kakinya yang jenjang. Temperamennya bersinar walau dia hanya berdiri di sana.
Kim Hyejin diam-diam berjalan ke meja makan dan duduk.
Lee Seungjae membungkuk sedikit dan menatap matanya yang memerah dengan tatapan yang sangat lembut, "Kamu menangis?"
Kim Hyejin mendongakkan wajahnya, memaksakan diri untuk tersenyum, "Saat aku cuci muka, ada sabun yang masuk ke mata. Nanti juga akan sembuh.”
"Lain kali hati-hati. Ayo makan." Lee Seungjae duduk di sampingnya, mengambil sendok dan memberikannya kepada Kim Hyejin.
Kim Hyejin mengulurkan tangan untuk mengambilnya dan menunduk. Dia melihat jari-jarinya yang tampan bertumpu pada sendok.
Sarapan yang mewah itu mengeluarkan aroma yang menggoda, tetapi tak satu pun dari mereka yang menggerakkan sendoknya untuk makan.
Mereka tidak pernah menikmati makan dengan situasi menyedihkan seperti ini.
Setengah jam kemudian, makanan yang ditata di atas meja masih utuh.
Kim Hyejin meletakkan sendoknya, berdiri sambil memegang sudut meja dan berkata dengan lembut, "Aku akan berkemas."
Tangan Lee Seungjae yang memegang sendok sedikit mengencang, "Tidak perlu terburu-buru."
Kim Hyejin tertawa getir. Semuanya seperti ini, kalau dia tidak berinisiatif untuk pergi, apa dia harus menunggu sampai diusir?
Dia berbalik dan naik ke atas, memasukkan barang-barangnya ke dalam koper satu per satu. Setelah barang miliknya sudah masuk ke dalam koper, dia menarik ritsleting nya dan membawanya ke bawah.
Lee Seungjae menyapanya dan meraih koper itu, "Berikan padaku."
"Tidak perlu." Kim Hyejin menarik kopernya, menegakkan punggungnya dan berjalan keluar.
Dia berjalan melewati halaman, melihat bunga-bunga dan pepohonan yang sudah tidak asing lagi. Hatinya diliputi kesedihan.
Sudah tiga tahun berlalu dan apa yang disebut cinta selama ini ternyata hanya berlaku untuk Kim Hyejin saja.
Dia sangat mencintai pria itu, mencintainya dengan tulus. Lalu apa gunanya semua itu?
Lepaskan saja semuanya.
Mereka berdua berjalan sampai di gerbang depan, bahkan mobil sudah menunggu di depan.
Lee Seungjae menyerahkan sebuah cek, lalu mengatakan, "Terima kasih karena sudah menemaniku selama tiga tahun ini."
Kim Hyejin memaksakan dirinya untuk berdiri tegap, tidak yakin apakah akan menerimanya atau tidak.
Lee Seungjae memasukkan cek itu ke dalam kopernya, "Ambillah. Kamu akan membutuhkan uang untuk banyak hal setelah ini.”
"Hmm."
Kim Hyejin menjawab dengan datar. Dia mendongakkan kepalanya, menatap bibir indah Lee Seungjae lekat-lekat, menatap hidungnya yang mancung, serta alisnya yang tegas.
Memikirkan kembali saat keduanya berada di tempat tidur, ketika Lee Seungjae menutup mata Kim Hyejin dengan matanya, rasanya ada langit berbintang yang membentang. Hati Kim Hyejin terasa sakit saat memikirkan ini. Dia terlalu sakit untuk bisa berbicara.
Pasti ada saat dalam hidupnya kalau dia akan melupakan Lee Seungjae.
Tiga tahun? Sepuluh tahun?
Atau mungkin seumur hidup.
Sepertinya sangat mudah untuk jatuh cinta pada seseorang, tetapi sangat sulit untuk melupakannya.
Lee Seungjae menatapnya sejenak, lalu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya. Wajahnya tenang, tetapi bagian bawah matanya sedikit gemetar, "Setelah ini tidak akan mudah bagimu untuk menjalani semuanya sendirian. Kalau ada sesuatu, hubungi aku."
Air mata Kim Hyejin kembali muncul, tetapi dia menahannya, lalu mengatakan, “Ya.”
"Dua tahun pertama, kesehatanku tidak baik dan aku memiliki temperamen yang buruk. Kamu banyak menderita karenaku saat itu.”
"Tidak apa-apa."
"Jaga dirimu baik-baik."
"Kamu juga." Kim Hyejin perlahan mengangkat tangannya dan memeluknya, memeluknya seolah-olah dia akan meninggalkan hidupnya untuk menjumpai kematian.
Tiba-tiba, Kim Hyejin melepaskan pelukan itu.
Dia mendorong tubuh Lee Seungjae, menyeka wajahnya dengan cepat, menarik kopernya dan berbalik pergi.
Setelah beberapa langkah, tiba-tiba dia mendengar Lee Seungjae bertanya, "Siapa Hyunsu?"
Jantungnya berdebar. Langkah kaki Kim Hyejin perlahan berhenti.
Masa lalu yang berdebu runtuh dalam sekejap.
Dia terlalu sedih untuk berbicara.
Setelah itu, terdengar Lee Seungjae menambahkan, "Dia pasti sangat penting bagimu, ‘kan? Maaf karena terlalu memonopolimu selama tiga tahun. Aku harap kamu bahagia."
Lee Seungjae tidak langsung pergi mandi seperti yang dia lakukan sebelumnya. Dia memeluknya dari belakang, memeluknya begitu erat, seakan ingin memasukan tubuh Kim Hyejin ke dalam tubuhnya.
Kim Hyejin hampir meleleh oleh pelukan ini. Entah kenapa, dia merasa terkejut, gugup, bersemangat dan hatinya terasa masam.
Setelah tiga tahun pernikahan mereka, ini adalah pertama kalinya pria ini memeluknya seperti ini.
Sikap ini membuat Kim Hyejin merasa sangat dicintai.
Jantungnya berdebar-debar seperti drum yang ditabuh dengan cepat. Dia perlahan berbalik dan memeluk pria itu erat-erat dengan senyuman manis dan indah terkembang di wajahnya. Dia seakan tengah memeluk seluruh dunia dalam dekapannya.
Dia memeluknya untuk waktu yang lama.
Lee Seungjae melepaskan pelukannya, mengenakan pakaiannya dan duduk. Dia mengeluarkan sekotak rokok dari laci, dengan terampil mengeluarkan satu batang dari dalamnya, menyalakannya dan mengisapnya dalam-dalam.
Asap putih mengepuk. Wajahnya yang tampan dikaburkan oleh garis asap yang terkembang, membuat ekspresi di wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Entah apa yang tengah dia pikirkan sampai dia bahkan tidak menyadari kalau tembakau yang terbakar hampir mengenai sela-sela jarinya.
Kim Hyejin terbatuk-batuk ringan, "Bukankah kamu sudah berhenti merokok sejak lama?"
Lee Seungjae mematikan rokoknya, menatap mata Kim Hyejin dalam-dalam. Dia terdiam selama beberapa detik, lalu mengatakan, "Kim Hyejin, ayo kita berpisah."
Perkataannya itu seperti sebuah petir yang menyambar Kim Hyejin secara tiba-tiba!
Kim Hyejin membeku. Binar kebahagiaan yang memenuhi hatinya meredup saat itu juga.
Dia menatap pria itu dengan wajah pucat, lalu bertanya dengan suara yang sedikit bergetar, "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
“Tidak.”
“Lalu kenapa harus berpisah?”
“Minseo kembali. Maafkan aku.”
Minseo adalah mantan pacarnya yang dulu.
Hati Kim Hyejin seperti tersayat-sayat belati tajam. Tiga tahun! Tiga tahun penuh keduanya hidup bersama, tetapi semua itu tidak sebanding dengan kembalinya wanita itu!
Pria itu tidak mencintainya dan ini adalah kesalahan terbesar Kim Hyejin sendiri!
Rasa kehilangan, frustrasi dan kesedihan membanjiri Kim Hyejin. Dia menggigit bibirnya saat tubuhnya menegang.
Dia menggigil saat jari-jarinya meraih pakaiannya, berniat bangun dari tempat tidur.
Lee Seungjae meremas bahunya dan bertanya dengan suara hangat, "Kamu mau pergi kemana?"
Kim Hyejin menjawab setelah berusaha keras menahan air matanya, "Mau buat sarapan."
"Kamu selalu melakukannya. Aku yang akan buat sarapan untuk hari ini. Kamu bisa tidur lagi." Suara Lee Seungjae rendah dan lembut.
Kim Hyejin mengiakan pelan dan kembali berbaring. Tangannya terulur, menarik selimut untuk menutupi matanya yang basah.
Ketika Lee Seungjae pergi, dia turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Dia tidak bisa menahan diri lagi, menangis tersedu-sedu.
Air matanya seperti manik-manik pada tali yang putus, saling berjatuhan dan tidak dapat dihentikan.
Dia tidak pernah tahu bahwa mencintai seseorang dapat membuat hatinya sakit seperti ini. Rasanya pria itu seperti segumpal daging yang dicabut dari hatinya.
Rasanya sangat menyakitkan, sampai dia tidak bisa berdiri dan hanya bisa bersandar di dinding, menangis sampai tubuhnya gemetar.
Entah sudah berlalu berapa lama, Lee Seungjae memanggilnya untuk sarapan.
Kim Hyejin mengiakan pelan, membasuh wajahnya dengan air berulang kali.
Namun, sekeras apapun dia membasuh wajahnya, matanya tetap saja merah, seperti ada darah yang tercetak di sana dan tidak mau hilang.
Di lantai bawah, Lee Seungjae tengah berdiri menunggunya di ruang makan.
Dia mengenakan setelan jas kelas atas yang disesuaikan dengan baik. Celana panjang hitam menyempurnakan kakinya yang jenjang. Temperamennya bersinar walau dia hanya berdiri di sana.
Kim Hyejin diam-diam berjalan ke meja makan dan duduk.
Lee Seungjae membungkuk sedikit dan menatap matanya yang memerah dengan tatapan yang sangat lembut, "Kamu menangis?"
Kim Hyejin mendongakkan wajahnya, memaksakan diri untuk tersenyum, "Saat aku cuci muka, ada sabun yang masuk ke mata. Nanti juga akan sembuh.”
"Lain kali hati-hati. Ayo makan." Lee Seungjae duduk di sampingnya, mengambil sendok dan memberikannya kepada Kim Hyejin.
Kim Hyejin mengulurkan tangan untuk mengambilnya dan menunduk. Dia melihat jari-jarinya yang tampan bertumpu pada sendok.
Sarapan yang mewah itu mengeluarkan aroma yang menggoda, tetapi tak satu pun dari mereka yang menggerakkan sendoknya untuk makan.
Mereka tidak pernah menikmati makan dengan situasi menyedihkan seperti ini.
Setengah jam kemudian, makanan yang ditata di atas meja masih utuh.
Kim Hyejin meletakkan sendoknya, berdiri sambil memegang sudut meja dan berkata dengan lembut, "Aku akan berkemas."
Tangan Lee Seungjae yang memegang sendok sedikit mengencang, "Tidak perlu terburu-buru."
Kim Hyejin tertawa getir. Semuanya seperti ini, kalau dia tidak berinisiatif untuk pergi, apa dia harus menunggu sampai diusir?
Dia berbalik dan naik ke atas, memasukkan barang-barangnya ke dalam koper satu per satu. Setelah barang miliknya sudah masuk ke dalam koper, dia menarik ritsleting nya dan membawanya ke bawah.
Lee Seungjae menyapanya dan meraih koper itu, "Berikan padaku."
"Tidak perlu." Kim Hyejin menarik kopernya, menegakkan punggungnya dan berjalan keluar.
Dia berjalan melewati halaman, melihat bunga-bunga dan pepohonan yang sudah tidak asing lagi. Hatinya diliputi kesedihan.
Sudah tiga tahun berlalu dan apa yang disebut cinta selama ini ternyata hanya berlaku untuk Kim Hyejin saja.
Dia sangat mencintai pria itu, mencintainya dengan tulus. Lalu apa gunanya semua itu?
Lepaskan saja semuanya.
Mereka berdua berjalan sampai di gerbang depan, bahkan mobil sudah menunggu di depan.
Lee Seungjae menyerahkan sebuah cek, lalu mengatakan, "Terima kasih karena sudah menemaniku selama tiga tahun ini."
Kim Hyejin memaksakan dirinya untuk berdiri tegap, tidak yakin apakah akan menerimanya atau tidak.
Lee Seungjae memasukkan cek itu ke dalam kopernya, "Ambillah. Kamu akan membutuhkan uang untuk banyak hal setelah ini.”
"Hmm."
Kim Hyejin menjawab dengan datar. Dia mendongakkan kepalanya, menatap bibir indah Lee Seungjae lekat-lekat, menatap hidungnya yang mancung, serta alisnya yang tegas.
Memikirkan kembali saat keduanya berada di tempat tidur, ketika Lee Seungjae menutup mata Kim Hyejin dengan matanya, rasanya ada langit berbintang yang membentang. Hati Kim Hyejin terasa sakit saat memikirkan ini. Dia terlalu sakit untuk bisa berbicara.
Pasti ada saat dalam hidupnya kalau dia akan melupakan Lee Seungjae.
Tiga tahun? Sepuluh tahun?
Atau mungkin seumur hidup.
Sepertinya sangat mudah untuk jatuh cinta pada seseorang, tetapi sangat sulit untuk melupakannya.
Lee Seungjae menatapnya sejenak, lalu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya. Wajahnya tenang, tetapi bagian bawah matanya sedikit gemetar, "Setelah ini tidak akan mudah bagimu untuk menjalani semuanya sendirian. Kalau ada sesuatu, hubungi aku."
Air mata Kim Hyejin kembali muncul, tetapi dia menahannya, lalu mengatakan, “Ya.”
"Dua tahun pertama, kesehatanku tidak baik dan aku memiliki temperamen yang buruk. Kamu banyak menderita karenaku saat itu.”
"Tidak apa-apa."
"Jaga dirimu baik-baik."
"Kamu juga." Kim Hyejin perlahan mengangkat tangannya dan memeluknya, memeluknya seolah-olah dia akan meninggalkan hidupnya untuk menjumpai kematian.
Tiba-tiba, Kim Hyejin melepaskan pelukan itu.
Dia mendorong tubuh Lee Seungjae, menyeka wajahnya dengan cepat, menarik kopernya dan berbalik pergi.
Setelah beberapa langkah, tiba-tiba dia mendengar Lee Seungjae bertanya, "Siapa Hyunsu?"
Jantungnya berdebar. Langkah kaki Kim Hyejin perlahan berhenti.
Masa lalu yang berdebu runtuh dalam sekejap.
Dia terlalu sedih untuk berbicara.
Setelah itu, terdengar Lee Seungjae menambahkan, "Dia pasti sangat penting bagimu, ‘kan? Maaf karena terlalu memonopolimu selama tiga tahun. Aku harap kamu bahagia."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved