Bab 9 Dimana Pengawal Yang Bernama Tommy

by Lizbeth Lee 14:16,Oct 20,2023
Belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan, beberapa penduduk lokal datang untuk menyajikan makanan yang lebih banyak lagi. Seorang lainnya memberikan bahasa isyarat kepada Matteo untuk segera memakan-makannya yang baru saja disajikan. Matteo hanya mengangguk singkat.

Suara ponsel pun juga berbunyi lantang, dan ini bukanlah ponsel yang biasa digunakannya, ini adalah ponsel sekali pakai.
“Halo” sahut Matteo. Melihat ponsel sekali pakai yang diangkat oleh Matteo, jantung Paul berdetak kencang bukan main, apakah ada masalah dengan Tommy?

“Tuan, Tuan, Nyonya Besar sangat marah, Tuan! Saya kemarin mendapatkan telepon dari salah satu ajudannya yang bernama Nabil, Tuan. Nyonya Besar sebentar lagi akan mendarat di Barcelona, maafkan saya baru sempat memberi kabar, Tuan. Saya, baru sempat untuk mencari lokasi yang aman untuk bisa menghubungi Anda, Tuan dan Stanly salah satu teman saya memberitahu jika malam itu Raj, Nabil dan salah satu anak buah lainnya dibantai dengan sadis oleh Nyonya Besar. Mereka semua mati dengan tidak wajar, Tuan.” Suara Tommy terdengar begitu panik, suara nafasnya begitu menderu serta menahan tangis yang tak sanggup untuk dikeluarkannya.

“Easy, Tommy. Kamu pergilah, sembunyilah dulu,” sahut Matteo dengan tenang.

“Tuan, apakah Anda lupa jika aku pergi maka kedua orang tuaku akan mati, Tuan? Aku memberi tahu ini juga tidak tau bagaimana nasibku kedepannya. Jika, aku tidak menghubungi Anda selama tiga hari ke depan, maka aku pasti sudah mati, Tuan,” lirih Tommy.

Matteo kembali memutar otaknya dan menatap Paul. “Kita harus selalu berpindah-pindah tempat Paul.” Dijawab dengan anggukan tegas oleh Paul.

Sedangkan di benua Eropa langkah kaki nan jenjang melangkah begitu anggun. Nyonya Besar yang baru saja mendarat dengan peswat Jet pribadinya sedang menapaki jalan menuju ke Bar miliknya. Ia menyapu pandangannya hampir di setiap seluk beluk ruangan serta memperhatikan lokasi-lokasi cctv yang sudah tertembak. Ia bahkan tersenyum jahat melihat aura ketakutan dari hampir seluruh anak buahnya.

Yah, aura yang paling dinikmatinya “Yoshiro, apakah kau bisa memeriksa dan mengendus keberadaan Casandra untukku dalam kurun waktu satu kali dua puluh empat jam? Aku ... sangat tidak suka menunggu terlalu lama.”

“Baik Nyonya,” sahut Yoshiro langsung begitu saja berbalik dan pergi meninggalkan rombongan Nyonya Besar untuk melaksanakan perintahnya. Kembali Nyonya besar melihat ke kiri dan ke kanan juga memperhatikan satu demi satu anak buah dan pegawai bar yang ada di hadapannya itu. Ia seolah sedang mencari seseorang dan orang pertama yang di carinya adalah “Bawa Pengawal yang bernama Tommy di hadapanku sekarang!”

Matteo yang sedikit banyaknya tau dan memahami bagaimana karekter seorang psikopat, lantas memberikan banyak sekali arahan dan saran kepada Tommy. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya dan dikatakannya. Matteo memberikan deskripsi sifat dasar seorang psikopat dan Tommy mendengar semua ucapan Matteo dengan seksama. Semua yang diucapkan oleh Matteo di hadapan Claudia dan Paul membuat keduanya begitu tercengang.

“Ingat Tommy, bersikaplah untuk tenang. Walau pun jantung mu mau meledak, di saat kau merasa gugup, jangan pernah berbicara dengan terbata-bata, jangan menunjukkan ketakutanmu, seorang psiko biasanya akan memberikanmu sebuah ujian. Jika, dia memerintahkanmu menghabisi orang lain saat itu juga jangan pernah ragu, habisi di hadapannya atau dia yang akan menghabisimu dan kedua orang tua mu. Ingatlah, taruhannya jika kau merasa ragu dan takut, aku tidak tinggal diam begitu saja, Tommy. Aku, sudah tau orang tuamu di mana. Selama kedua orang tuamu belum berada di tangan anak buahku dan ku nyatakan aman, kamu harus melakukan apa pun yang dikatakan oleh Nyonya mu itu.”

“Dan satu lagi, jika kedua orang tuamu sudah aman, pergilah sejauh mungkin, jangan gunakan segala kendaraan yang legal, mereka akan mudah menemukanmu. Carilah cara dengan menumpang dari satu kendaraan ke kendaraan yang lain, dan bila perlu gunakan identitas orang lain. Jika kau masih hidup, aku akan memberikan titik kumpul, agar kau bertemu dan hidup tenang dengan kedua orang tuamu, apakah kau paham?!” tegas Matteo.

“Tuan, aku tidak tau harus berterima kasih seperti apa kepada Anda ... semoga Tuhan masih memberikan umur yang panjang untukku, agar aku dapat bertemu dengan kedua orang tuaku dan membalas kebaikan Anda kepadaku, Tuan.” Suara Tommy terdengar terbata seperti orang yang menahan tangis.

Setelah Ia menghubungi Matteo, Ia lantas membuka ponsel androidnya, dan kembali melihat letak GPS yang terpasang di sepatu Casandra.

“Maafkan aku Casandra, mungkin dengan cara ini, aku akan bertahan hidup, dan anggap saja ini sebagai bentuk pembalasan dendamku atas meninggalnya adikku karena mu!” ucap Tommy sambil menarik nafasnya dengan berat beberapa kali. Hingga, akhirnya metode tersebut berhasil membuatnya benar-benar yakin tenang, barulah ia kembali ke dalam Bar pusat prostitusi terbesar di Barcelona.

Ketika melangkah lewat pintu belakang, suasana terasa sangat
sepi, tidak seperti biasanya. “Kemana semua orang?” gumamnya, sambil terus melangkah bagian Bar tender, dan terdengar suara mengerikan dari Sang Nyonya Besar serta langkah kaki mengintimidasi beberapa orang di sana. Tommy lalu menenangkan hatinya yang berdebar dan mengingat kembali ucapannya Matteo, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tommy lantas melangkah keluar sesudah Nyonya Besar mengungkapkan niat hatinya yang sedang mencari dirinya.

“Bawa pengawal yang bernama Tommy di hadapanku sekarang! Apakah kalian mendengar itu?! Sungguh aneh di saat dia tau aku akan datang justru dia menghilang dari tempat ini. Hem … apa dia juga kabur?” lirik Nyonya Besar ke sana dan kemari.

“Saya di sini Nyonya, saya tidak kabur dan tidak mungkin kabur Nyonya, saya sedang mengaktifkan GPS pada sepatu Casandra, makanya saya baru saja datang,” terang Tommy yang berjalan dengan gagah berani.

Walau pun kenyataannya ia sedang menahan ketakutan yang luar biasa, ketakutan yang membuatnya ingin kencing di celana sekarang juga. Namun, Tommy mengingat jika itu terjadi maka bisa dipastikan, DOR! Kepalanya pecah saat itu juga.

Nyonya Besar mengernyitkan alisnya, Ia sedikit heran ada satu orang tambahan yang berani menghadap dan berbicara lantang di hadapannya. Lalu Nyonya Besar kembali berjalan mendekat dan mengintimidasi Tommy. Namun, Tommy tidak terlihat terpengaruh sama sekali, semua yang melihat Tommy cukup heran dengan perubahan sikap Tommy. Ia tidak merasa gentar sedikit pun, walau Nyonya Besar sudah menatapnya dengan raut wajah curiga.

“Ingat jangan pernah menjawab atau memberikan informasi terlalu cepat sebelum waktunya, kamu akan tau timing yang tepat untuk menjawab nanti. Selama dia mengintimidasi, kamu harus tetap tenang dan harus tetap bersikap dingin tanpa ekspresi.” Wejangan dari Matteo embali terngiang di pikirannya, itulah yang membuat Tommy tetap tenang di hadapan Nyonya Besar.

Dalam hati Tommy berpikir, bahwa dia hanya akan dicobai seperti ini saja. Namun, ternyata wanita di hadapannya ini benar-benar wanita yang gila. Wanita yang sangat tidak waras, ia mengambil koper andalannya yang berisikan Desert Eagle miliknya, lalu Ia kembali mengeluarkan pistol tersebut dan menaruh tepat di kepala Tommy. “Benarkah Kau tidak mengkhianatiku?”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

128