Bab 10 Pecahnya Emosi Bunga
by Lizbeth Lee
15:21,Sep 22,2023
“Loe kemana aja selama ini baru keliatan? Jualan tahu yah? Keliling kompleks gitu?!” suara Bunga terdengar begitu melengking, memekakkan telinga dan begitu menyebalkan.
“Hahahaha!” serentak tawa mengejek dari para pasukannya Bunga terdengar seperti paduan suara. Arumi tidak menanggapinya sama sekali. Tau jika Bunga memang suka cari gara-gara, sedangkan Bunga terlihat begitu kesal melihat kedatangan Arumi pagi ini, apalagi terlihat Devara sangat perhatian karena mengantar Arumi hingga masuk kedalam kelas.
Ejekan Bunga disambut gelak tawa Nona dan ke tiga teman lainnya. Mereka berlima benar-benar like mean girls. “Eh ini anak bakul tahu uda tuli dan bisu dong...” kembali Bunga berteriak seolah mencari perhatian. Terlihat juga beberapa Mahasiswa melihat Arumi yang tengah dibully sambil tersenyum dan menunggu reaksi Arumi.
Beberapa ada yang sudah mengeluarkan ponselnya hendak merekam kejadian tersebut, siapa tau ada adegan apa gitu? Yang bisa menjadi viral, hitung-hitung numpang tenar dari pertikaian para gadis cantik ini untuk mendapatkan beberapa followers baru. Aneh memang, sungguh empati itu sudah mulai memudar.
“Loe ada masalah apa sih sama gw Nga? Perasaaan gw nggak pernah tuh ngusik hidup Loe sedikitpun.” Akhirnya keluar juga jawaban dari bibir ranum Arumi, Ia tidak menampilkan ekspresi apapun. Hanya terlihat datar dan tenang.
“Eh Anak bakul tahu! Loe itu cuman anak bakul tahu! Loe nggak berhak untuk banyak bacot di kampus ternama ini! Loe tau nggak Loe itu nggak pantas kuliah disini. Ini kampus negeri yang cocoknya untuk anak-anak pejabat dan anak –anak orang kaya! Loe emang nggak pernah ngusik gw! Tapi asal Loe tau yah, lihat penampakan Loe itu sudah sangat mengusik gw.” Bunga kembali berteriak dengan berapi-api sambil terus menerus menghina Arumi.
Arumi tetap menanggapinya dengan santai, Ia tidak merasa malu sedikitpun dengan olok-olokkan Bunga, Ia malah merasa bangga dengan pekerjaan kedua orang tuanya. Bahkan untuk masuk kuliah di Universitas Negeri ternama nomor 1 di Indonesia ini, Arumi tidak melalui jalur mandiri, Ia mengikuti test SNMPTN. Bagi Arumi kedua orang tuanya sudah cukup membayar mahal uang sekolah jaman Arumi SMA dulu.
Apalagi sekarang Jefry juga masuk ke sekolah SMA yang sama dengan sekolahnya dulu, mahal, sangat mahal biaya disana. Kembali lagi pada pertikaian yang dibuat oleh Bunga. “Nga, kalau Loe nggak suka sama gw, berarti masalahnya ada di diri Loe sendiri. Satu hal lagi, gw juga bangga banget jadi anaknya bakul tahu. Gw sangat bangga dengan perjuangan orang tua gw Nga. Sudah dipastikan perjuangan bokap nyokap gw tentu saja uang halal dan bukan hasil korupsi.” ceplos Arumi.
Beberapa suara berseru sambil bertepuk tangan menanggapi jawaban Arumi yang terdengar begitu tenang, tegas dan lugas. Bahkan wajah Arumi masih sempat-sempatnya tersenyum ramah kepada Bunga. Cuman ada satu hal yang tidak diketahui oleh Arumi, jika Ayah Bunga baru saja di panggil KPK karena dicurigai menggelapkan dana pemerintah. Yah! Ayah Bunga adalah seorang pejabat pemerintahan di Jakarta.
Perkataan Arumi barusan membuat sumbu kemarahan Bunga seketika meledak, “Maksud Loe apa?! Maksud Loe bokap gw korupsi gitu, buat nyekolahin gw?! Sialan Loe yah!” teriak Bunga berapi-api
“Hajar aja Nga! Biar tau diri dia! Biar tau kalau kastanya dia tuh rendah banget. Nggak cocok dia ngomong seperti itu!” Nona memanas manasi Bunga yang sudah memasang ancang-ancang bersiap menerjang Arumi.
Maka melompatlah Bunga hendak menerjang Arumi, tapi seketika Devara datang menarik tas ransel Bunga dan menghempaskan Bunga untuk menjauh dari Arumi. “Aduh!” pekik Bunga yang tersungkur di bawah kaki meja kantin.
Kejadian ini begitu seru, dan semakin banyak Mahasiswa lain yang ikut merekam. Devara lalu mendekati Arumi dan terlihat begitu khawatir. “Loe nggak apa-apa Rum? Dia sempat nyakitin Loe nggak?” tanya Devara sambil memeriksa keadaan Arumi.
“Nggak Dev, yah ampun. Loe kok muncul tiba-tiba kayak gitu.” Arumi begitu terkejut, tanpa dipikirkan naluri Arumi yang memang selama ini selalu berhati bersih justru berlari menghampiri Bunga yang terjatuh. Anehnya semua sahabat Bunga dari tadi tidak ada yang kepikiran sama sekali menolong Bunga di saat-saat seperti ini.
“Nga. Loe nggak apa-apa? Mana yang luka? Maafin Devara yah..” ucap Arumi dengan penuh penyesalan. Mata Bunga berkaca-kaca melihat Arumi, entah apa yang dirasakannya saat itu. Tapi Bunga masih marah dan justru mendorong Arumi.
“Jauh-jauh Loe dari gw! Najis! Gw benci sama Loe! Nggak level Loe sentuh gw! Tangan gw najis kena tangan kasar pekerja tahu kayak Loe!” teriak Bunga dengan berkaca-kaca. Bunga sempat menatap tajam kepada Devara yang sudah hendak membalas perkataan Bunga namun segera dicegah oleh Arumi.
Bunga lantas berlari meninggalkan kantin diikuti oleh teman-temannya dari belakang. “Loe bakal lebih menderita dari ini lagi, dan Loe Devara siap-siap Loe berhadapan dengan keluarga Bunga, Loe tau kan? Dia anaknya siapa?” ancam Nona begitu sombong.
“Gw tunggu tantangan kalian!” desis Devara membalas ancaman Nona juga dengan tatapan tajam. Hingga Nona akhirnya pergi melengos dan menyusul Bunga beserta teman-temannya, mereka pergi di iringi dengan huraan dari para Mahasiswa yang ada dikantin tersebut.
Di sudut kantin seorang pemuda seketika bergumam “Edan! Gw bisa-bisa suka beneran sama nih cewek, dia berani dan elegan banget pas ngelawan Bunga kayak tadi.” Yah... itu adalah Demas yang sejak tadi menyaksikan teror yang diberikan oleh Bunga kepada Arumi.
Walau teman-temannya sudah menyuruh Demas untuk menolong Arumi, tapi Demas justru diam dan penasaran dengan sikap Arumi. Lantas setelah melihat sikap Arumi, yang terjadi justru Demas menjadi terpesona dengan sikap dan pengendalian emosi yang dimiliki oleh Arumi.
Ia lantas berjalan seolah pura-pura tidak tau apa yang baru saja terjadi. “Rum! Hei!” sapanya seolah Demas baru saja datang ke kantin.
“Hei Dem!” jawab Arumi penuh semangat.
“Sori yah gw agak terlambat, Eh ahei Dev,” sapa Demas sekedar basa basi. Devara tidak begitu menanggapi Demas dan hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.
“Gimana tadi kuliahnya Rum?” Demas lalu menarik kursi dan duduk tepat berhadapan dengan Arumi.
“Baik kok, lancar semua Dem,” jawab Arumi sambil merapikan rambut halusnya, dikaitkan rambutnya itu dibelakang telinganya. Duh! Itu semakin menambah kecantikan Arumi, apalagi senyuman malu-malu Arumi membuat Demas merasa ada getaran aneh di dalam hatinya.
“Ehmmm kita masih akan makan siang berdua kan?” sengaja Demas bertanya seperti itu, sekalian ingin mengusir Devara secara halus. Sejak awal memang rencananya hanya makan berdua saja kan? Dan Demas bahkan berencana untuk mengajak Arumi untuk mampir ke Apartemennya siang itu. Tapi melihat adanya Devara, rasanya rencana Demas bisa gagal di tengah jalan.
“Harusnya sih berdua kalau... ah! Sudahlah. Karena uda ada Devara, kita makan bertiga aja yah? Kan kalau lebih rame lebih seru Dem,” jawab Arumi sambil nyengir memperlihatkan gigi putihnya.
Benar sudah dugaan Demas, rencananya akhirnya kacau juga kalau sudah ada Devara. Selain tampan Devara juga anak dari orang yang cukup kaya, papanya, Om Soni juga sering masuk di televisi, juga mamanya Devara adalah seorang pengacara yang cukup terkenal. Itu membuat Demas kurang suka dengan Devara, baginya Devara adalah saingan terberatnya. Sama-sama kaya dan sama-sama tampan ditambah lagi Devara juga berprestasi jauh diatas Arumi.
“Tapi kalau gw pengennya cuman makan berdua sama Loe doang, gimana dong Rum?” sindir Demas sambil melirik Devara.
“Hahahaha!” serentak tawa mengejek dari para pasukannya Bunga terdengar seperti paduan suara. Arumi tidak menanggapinya sama sekali. Tau jika Bunga memang suka cari gara-gara, sedangkan Bunga terlihat begitu kesal melihat kedatangan Arumi pagi ini, apalagi terlihat Devara sangat perhatian karena mengantar Arumi hingga masuk kedalam kelas.
Ejekan Bunga disambut gelak tawa Nona dan ke tiga teman lainnya. Mereka berlima benar-benar like mean girls. “Eh ini anak bakul tahu uda tuli dan bisu dong...” kembali Bunga berteriak seolah mencari perhatian. Terlihat juga beberapa Mahasiswa melihat Arumi yang tengah dibully sambil tersenyum dan menunggu reaksi Arumi.
Beberapa ada yang sudah mengeluarkan ponselnya hendak merekam kejadian tersebut, siapa tau ada adegan apa gitu? Yang bisa menjadi viral, hitung-hitung numpang tenar dari pertikaian para gadis cantik ini untuk mendapatkan beberapa followers baru. Aneh memang, sungguh empati itu sudah mulai memudar.
“Loe ada masalah apa sih sama gw Nga? Perasaaan gw nggak pernah tuh ngusik hidup Loe sedikitpun.” Akhirnya keluar juga jawaban dari bibir ranum Arumi, Ia tidak menampilkan ekspresi apapun. Hanya terlihat datar dan tenang.
“Eh Anak bakul tahu! Loe itu cuman anak bakul tahu! Loe nggak berhak untuk banyak bacot di kampus ternama ini! Loe tau nggak Loe itu nggak pantas kuliah disini. Ini kampus negeri yang cocoknya untuk anak-anak pejabat dan anak –anak orang kaya! Loe emang nggak pernah ngusik gw! Tapi asal Loe tau yah, lihat penampakan Loe itu sudah sangat mengusik gw.” Bunga kembali berteriak dengan berapi-api sambil terus menerus menghina Arumi.
Arumi tetap menanggapinya dengan santai, Ia tidak merasa malu sedikitpun dengan olok-olokkan Bunga, Ia malah merasa bangga dengan pekerjaan kedua orang tuanya. Bahkan untuk masuk kuliah di Universitas Negeri ternama nomor 1 di Indonesia ini, Arumi tidak melalui jalur mandiri, Ia mengikuti test SNMPTN. Bagi Arumi kedua orang tuanya sudah cukup membayar mahal uang sekolah jaman Arumi SMA dulu.
Apalagi sekarang Jefry juga masuk ke sekolah SMA yang sama dengan sekolahnya dulu, mahal, sangat mahal biaya disana. Kembali lagi pada pertikaian yang dibuat oleh Bunga. “Nga, kalau Loe nggak suka sama gw, berarti masalahnya ada di diri Loe sendiri. Satu hal lagi, gw juga bangga banget jadi anaknya bakul tahu. Gw sangat bangga dengan perjuangan orang tua gw Nga. Sudah dipastikan perjuangan bokap nyokap gw tentu saja uang halal dan bukan hasil korupsi.” ceplos Arumi.
Beberapa suara berseru sambil bertepuk tangan menanggapi jawaban Arumi yang terdengar begitu tenang, tegas dan lugas. Bahkan wajah Arumi masih sempat-sempatnya tersenyum ramah kepada Bunga. Cuman ada satu hal yang tidak diketahui oleh Arumi, jika Ayah Bunga baru saja di panggil KPK karena dicurigai menggelapkan dana pemerintah. Yah! Ayah Bunga adalah seorang pejabat pemerintahan di Jakarta.
Perkataan Arumi barusan membuat sumbu kemarahan Bunga seketika meledak, “Maksud Loe apa?! Maksud Loe bokap gw korupsi gitu, buat nyekolahin gw?! Sialan Loe yah!” teriak Bunga berapi-api
“Hajar aja Nga! Biar tau diri dia! Biar tau kalau kastanya dia tuh rendah banget. Nggak cocok dia ngomong seperti itu!” Nona memanas manasi Bunga yang sudah memasang ancang-ancang bersiap menerjang Arumi.
Maka melompatlah Bunga hendak menerjang Arumi, tapi seketika Devara datang menarik tas ransel Bunga dan menghempaskan Bunga untuk menjauh dari Arumi. “Aduh!” pekik Bunga yang tersungkur di bawah kaki meja kantin.
Kejadian ini begitu seru, dan semakin banyak Mahasiswa lain yang ikut merekam. Devara lalu mendekati Arumi dan terlihat begitu khawatir. “Loe nggak apa-apa Rum? Dia sempat nyakitin Loe nggak?” tanya Devara sambil memeriksa keadaan Arumi.
“Nggak Dev, yah ampun. Loe kok muncul tiba-tiba kayak gitu.” Arumi begitu terkejut, tanpa dipikirkan naluri Arumi yang memang selama ini selalu berhati bersih justru berlari menghampiri Bunga yang terjatuh. Anehnya semua sahabat Bunga dari tadi tidak ada yang kepikiran sama sekali menolong Bunga di saat-saat seperti ini.
“Nga. Loe nggak apa-apa? Mana yang luka? Maafin Devara yah..” ucap Arumi dengan penuh penyesalan. Mata Bunga berkaca-kaca melihat Arumi, entah apa yang dirasakannya saat itu. Tapi Bunga masih marah dan justru mendorong Arumi.
“Jauh-jauh Loe dari gw! Najis! Gw benci sama Loe! Nggak level Loe sentuh gw! Tangan gw najis kena tangan kasar pekerja tahu kayak Loe!” teriak Bunga dengan berkaca-kaca. Bunga sempat menatap tajam kepada Devara yang sudah hendak membalas perkataan Bunga namun segera dicegah oleh Arumi.
Bunga lantas berlari meninggalkan kantin diikuti oleh teman-temannya dari belakang. “Loe bakal lebih menderita dari ini lagi, dan Loe Devara siap-siap Loe berhadapan dengan keluarga Bunga, Loe tau kan? Dia anaknya siapa?” ancam Nona begitu sombong.
“Gw tunggu tantangan kalian!” desis Devara membalas ancaman Nona juga dengan tatapan tajam. Hingga Nona akhirnya pergi melengos dan menyusul Bunga beserta teman-temannya, mereka pergi di iringi dengan huraan dari para Mahasiswa yang ada dikantin tersebut.
Di sudut kantin seorang pemuda seketika bergumam “Edan! Gw bisa-bisa suka beneran sama nih cewek, dia berani dan elegan banget pas ngelawan Bunga kayak tadi.” Yah... itu adalah Demas yang sejak tadi menyaksikan teror yang diberikan oleh Bunga kepada Arumi.
Walau teman-temannya sudah menyuruh Demas untuk menolong Arumi, tapi Demas justru diam dan penasaran dengan sikap Arumi. Lantas setelah melihat sikap Arumi, yang terjadi justru Demas menjadi terpesona dengan sikap dan pengendalian emosi yang dimiliki oleh Arumi.
Ia lantas berjalan seolah pura-pura tidak tau apa yang baru saja terjadi. “Rum! Hei!” sapanya seolah Demas baru saja datang ke kantin.
“Hei Dem!” jawab Arumi penuh semangat.
“Sori yah gw agak terlambat, Eh ahei Dev,” sapa Demas sekedar basa basi. Devara tidak begitu menanggapi Demas dan hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.
“Gimana tadi kuliahnya Rum?” Demas lalu menarik kursi dan duduk tepat berhadapan dengan Arumi.
“Baik kok, lancar semua Dem,” jawab Arumi sambil merapikan rambut halusnya, dikaitkan rambutnya itu dibelakang telinganya. Duh! Itu semakin menambah kecantikan Arumi, apalagi senyuman malu-malu Arumi membuat Demas merasa ada getaran aneh di dalam hatinya.
“Ehmmm kita masih akan makan siang berdua kan?” sengaja Demas bertanya seperti itu, sekalian ingin mengusir Devara secara halus. Sejak awal memang rencananya hanya makan berdua saja kan? Dan Demas bahkan berencana untuk mengajak Arumi untuk mampir ke Apartemennya siang itu. Tapi melihat adanya Devara, rasanya rencana Demas bisa gagal di tengah jalan.
“Harusnya sih berdua kalau... ah! Sudahlah. Karena uda ada Devara, kita makan bertiga aja yah? Kan kalau lebih rame lebih seru Dem,” jawab Arumi sambil nyengir memperlihatkan gigi putihnya.
Benar sudah dugaan Demas, rencananya akhirnya kacau juga kalau sudah ada Devara. Selain tampan Devara juga anak dari orang yang cukup kaya, papanya, Om Soni juga sering masuk di televisi, juga mamanya Devara adalah seorang pengacara yang cukup terkenal. Itu membuat Demas kurang suka dengan Devara, baginya Devara adalah saingan terberatnya. Sama-sama kaya dan sama-sama tampan ditambah lagi Devara juga berprestasi jauh diatas Arumi.
“Tapi kalau gw pengennya cuman makan berdua sama Loe doang, gimana dong Rum?” sindir Demas sambil melirik Devara.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved