Bab 5 Demas
by Lizbeth Lee
15:11,Sep 22,2023
Bagai tersambar petir mendengar pertanyaan Arumi seketika Devara merasakan jantungnya menciut lemah karena takut akan kenyataan yang ada di hadapannya.
“Loe ngomong apa sih? Loe itu bakal hidup! Loe bakal hidup sampe tua! Gw nanti yang bakal mati duluan baru loe nyusul gw Rum! Jangan asal bicara kayak gitu, paham loe Rum?!” bentak Devara sambil terengah-engah hingga membuat Jefry terkejut dan melompat dari tempat tidurnya.
“Kenapa sih loe takut sekali Dev? Separah itukah penyakit Parkinson ini?” lagi-lagi Arumi bertanya dan lagi-lagi dada Devara serasa di tusuk belati tajam.
“Sudah jangan banyak tanya. Gw yakin loe pasti sembuh. Titik.” Ucap Devara dengan ketus.
“Dev...” panggil Arumi.
“Hem.” Jawab Devara singkat.
“Jangan kasih tau siapapun terutama Demas yah Dev. Gw mohon, gw nggak mau sampe Demas tau punya pacar penyakitan Dev. Gw baru pacaran beberapa jam lalu anjir! Sekarang gw uda di rumah sakit. Please Dev jangan kasih tau Demas yah...” pinta Arumi sambil memohon.
“Gw janji asal loe nggak ngomong sembarangan lagi dan kudu janji sama gw, loe harus pergi kemana-mana sama gw, juga kalo papa gw kasih resep obat dan jadwal apapun loe kudu ngikutin semua saran papa gw dengan teratur.” Tegas Devara.
“Iyah! Gw janji Dev.” Jawab Arumi dengan tegas juga.
Jefry yang melihat kedua kakak-kakak dihadapannya langsung ikut nimbrung dalam pembicaraan keduanya, “Loe uda punya pacar Kak? Anjir! Kak Arumi uda pacaran. Kak Devara kapan?” ledek Jefry sambil terkikik.
“DIAM!” Bentak Arumi dan Devara secara bersamaan hingga membuat Jefry terjingkat.
Devara memutuskan untuk ijin sekolah hari ini karena begitu enggan meninggalkan Arumi sendirian, walaupun Arumi sudah mengusirnya berkali-kali. Namun tetap saja Devara tidak menuruti kemauan sang sahabat. Dengan telaten Devara menyuapi Arumi di pagi hari dan memberikan obat.
Semalam Citra datang membawakan makan malam untuk Arumi dan Devara, walau sudah mendapat jatah dari rumah sakit tapi kebiasaan Devara dan Arumi yang suka makan tengah malam membuat Citra menyiapkan keperluan keduanya. Pada pagi hari Citra sudah mengantri untuk menebus obat dan juga beberapa kantung obat infus.
Saat matahari mulai terang Devara meminta agar Citra pulang dan meyakinkan jika dia sanggup untuk menjaga Arumi. “Te... beneran mending tante pulang aja, buka toko nanti Devara yang jaga Arumi. Sebentar lagi kan papa juga datang untuk jadwal scan Arumi te... Arumi pasti aman di bawah pengawasan Devara dan Papa.” Ucap Devara meyakinkan Citra.
“Terima kasih yah Devara, kalau begitu Tante pulang dulu yah, kalau ada apa-apa kabari Tante yah Nak.” Pamit Citra.
“Iyah Te pasti.” Sahut Devara.
Devara maupun Arumi saling berkelakar siang itu sambil menunggu Soni menjemputnya, “Ayo makan Rum, habis ini minum obat.” Ucap Devara sambil menyuapi Arumi bubur. Sesekali Arumi berlagak seperti anak bayi yang menolak disuap oleh Devara. Kelakuan konyol Arumi tersebut selalu saja sukses membuat Devara nyaman dan betah jika seberada di dekat Arumi.
Tiba-tiba saja suara pintu kamar di ketuk beberapa kali dari luar, “Itu pasti Om Soni Dev, sini gw makan sendiri aja, kalau belum minum obat nanti gw di omeli lagi.” ucap Arumi panik dengan cepat menyuapi mulutnya sendiri dengan tangan kiri hingga pipinya mengembung karena penuh dengan bubur.
“Nggak usah buru-buru, nanti keselek makan pelan-pelan aja. Papa juga pasti nunggu kok.” Kekeh Devara sambil mengelus rambut Arumi dengan lembut.
“Bukain sana, cepetan.” Perintah Arumi karena Devara hanya bergeming ditempat.
“Iyah, iyah...” sahut Devara sambil melangkah menuju ke pintu dan membuka pintu tersebut lebar-lebar.
Betapa terkejutnya Devara melihat siapa yang berdiri dihadapannya, “Siapa Dev? Om Soni kan?” tanya Arumi yang berteriak dari dalam.
Pria di hadapannya lalu memiringkan kepalanya untuk melihat jelas Arumi di dalam, “Rum, loe sakit kok nggak ngabarin gw sih?” protes pria tersebut.
“Hah?! Demas?!” Pekik Arumi yang terkejut melihat Demas kini sudah berdiri di hadapan Devara yang masih mematung menghalangi jalan masuk ke kamar tersebut.
“Iyah ini gw, Loe gak masuk kampus kok nggak ngabarin gw Rum?” tanya Demas langsung menerobos masuk tanpa memperdulikan Devara di hadapannya yang terpaku menghalangi jalannya.
“Oh itu, hehe gw kan gak tau nomor ponsel loe Dem. Lagian loe ngapain kesini?” tanya Arumi salah tingkah.
“Lah gw mau jenguk pacar gw masa nggak boleh? Mana ponsel Loe Rum?” tanya Demas.
“Kayaknya ada dirumah Dem.” Jawab Arumi sesekali melirik Devara yang bersandar ditembok sambil memasukkan kedua tangannya di kantong celana training yang dipakainya.
“Yah uda nih loe ketik nomor loe di hp gw yah, nanti gw miscall,” pinta Demas sambil menyodorkan ponselnya kepada Arumi.
Arumi langsung melongo melihat Demas, dengan cepat ponsel di tangan Demas langsung diambil oleh Devara, tanpa banyak berbicara Devara lalu mengetik nomor ponsel Arumi dan mengembalikannya lagi kepada Demas.
“Mata loe buta yah? Loe nggak liat tangannya dia lagi kayak gimana?” sergah Devara begitu sebal dengan ketidak pekaan Demas.
“Dev!” tegur Arumi sambil melirik Devara dan kembali memasang wajah cantik dihadapan Demas.
“Maafin sahabat gw yah.” Ucap Arumi kepada Demas.
“Gw yang minta maaf yah Rum, nggak nyadar kalo tangan loe lagi pegang mangkuk dan yang satunya di gips. Eh loe mau makan kan? Sini gw suapin.” Ucap Demas lalu segera mengambil mangkuk dari tangan kiri Arumi dan menyuapi Arumi dengan perlahan.
Melihat tingkah Demas, darah Devara begitu mendidih. “Orang nggak peka dan bego kayak gini kok bisa jadi ketua BEM yah di kampus. Heran gw.” Batin Devara.
“I iyah nggak apa-apa Dem, nanti gw makan sendiri aja. Lagian ada Devara kok yang bisa bantu gw.” Ucap Arumi merasa sungkan dan malu dengan pria yang kini menjadi pacarnya itu.
“Udah santai aja, gw kan pacarnya eloe Rum, lagian gw juga uda ada disini kan? Ayo sini makan.” Paksa Demas.
Akhirnya Arumi mau tidak mau menuruti perintah Demas dan menghabiskan bubur di mangkuknya dengan cepat. “Buset nih cewek makannya cepet banget.” Batin Demas sambil meringis melihat Arumi.
“Minum air dulu Rum,” ucap Devara. Dengan cekatan Demas segara mengambilkan Arumi air putih dan memberikannya kepada Arumi.
“Makasi Dem yah,” ucap Arumi.
“Iyah sama-sama,” sahut Demas lalu hendak mengambil ponselnya yang ditaruhnya di nakas samping ranjang yang di tempati oleh Arumi.
“Obatnya Dem,” ucap Devara sengaja mengerjain Demas.
“Oh minum obat yah?” tanya Demas bingung mencari dimana obat Arumi disimpan.
“Iyahlah masa minum racun,” celetuk Devara begitu kesal.
“DEVARA!” pekik Arumi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved