Bab 10 Pertemuan sindy dengan dekan sunaryo

by Karyaku019 22:30,Sep 21,2023
Saat rangkaian acara demi acara silih berganti mengisi Entrepreneurship Day di dalam gedung pertemuan, seorang perempuan cantik terlihat memarkirkan mobil MPV berwarna hitam miliknya di lahan parkir yang berdekatan dengan gedung yang menjadi lokasi dilangsungkannya acara tersebut.

Setelah mobil terparkir sempurna, ia pun langsung mengirimkan pesan kepada seseorang, memberitahukan bahwa dirinya telah sampai.

Tak lama kemudian, seorang pria mendekati mobil yang dikendarai perempuan tersebut dan mengetuk kacanya. Sang perempuan tersenyum melihat kedatangan sang pria dan langsung membuka pintu mobil.

“Semua makanannya sudah datang kan, Mas?” tanya sang perempuan sambil memeluk tubuh pria yang ternyata adalah suaminya.

“Sudah kok. Semuanya aman. Tadi aku cek di meja buffet sudah disiapkan semuanya,” ujar sang pria sambil memeriksa jam tangannya.

“Setengah jam lagi baru waktu makan siang.” Perempuan tersebut adalah sindy, yang baru saja dijemput oleh suaminya daniel.

Sebagai penanggung jawab bagian konsumsi, sindy memang telah mengirim makanan yang diperlukan untuk acara tersebut secara bertahap sejak pagi. Mulai dari snack untuk para pembicara, hingga makanan besar untuk santapan makan siang. Karena itu, sindy hanya perlu datang di siang hari, untuk memastikan bahwa sesi makan siang bisa berjalan dengan lancar. Dan yang tidak kalah penting, ia akan dengan senang hati menjawab apabila ada pengunjung yang merasa bahwa makanan yang disajikan memang enak, dan ingin memesannya untuk acara lain.

Perempuan tersebut bahkan tidak lupa membawa berlembar-lembar flyer yang akan ia letakkan di dekat meja prasmanan.

“Ehh… Pak daniel. Lagi sama siapa nih? Gandengannya kenceng bener,” tiba-tiba terdengar suara dari seorang pria yang nampaknya baru saja keluar dari gedung pertemuan. Pria tersebut pun langsung menghampiri mereka berdua.

"Ini pak istri saya sindy" jawab daniel.

“Halo, sindy. Saya Sunaryo. Saya biasanya dipanggil Pak Yo kalau di kampus…” ujar pria tua itu sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman, yang langsung disambut oleh sang perempuan cantik berusia 27 tahun tersebut. Dengan begitu, Pak Yo pun bisa merasakan betapa halusnya kulit dari sindy yang memang selalu dirawat dengan baik.

“Hahaha, mungkin bisa dibilang begitu, meski saya tidak pernah menganggap dosen-dosen saya itu bawahan, kami teman kerja saja. Hahaha, ” ujar Pak Yo sambil terkekeh riang, “Baru kali ini saya bertemu dengan istri Pak daniel. Ternyata cantik sekali ya, pantas jarang dibawa ke kampus, mungkin takut direbut orang ya? Hahahaha.”

“Pak Yo ini bisa saja,” ujar daniel menjawab pertanyaan yang sebenarnya sedikit kurang ajar itu. Ini dekan kok pertanyaannya seperti tidak teredukasi dengan baik.

“Lalu ada urusan apa Dik sindy hari ini ke kampus?” Entah dapat ide dari mana, Pak Yo tiba-tiba memanggil sindy dengan sebutan dik secara berani, bukan dengan nama suaminya seperti bu daniel misalnya, layaknya kebanyakan orang.

“Kebetulan saya diminta mengurus konsumsi untuk acara Entrepreneurship Day hari ini, Pak,” jawab sindy sambil tersenyum manis, berusaha tampil sebaik mungkin di hadapan atasan sang suami.

“Karena itu saya datang untuk memastikan sesi makan siang nanti berjalan lancar.”

“Oh, jadi begitu. Wah, harus dicoba kalau begitu masakannya, pasti semanis wajah yang buat.”

“Ah, Pak Yo ini bisa saja,” ujar sindy sambil tersipu malu.

“Oke kalau begitu Pak. Kami mau masuk dulu ya, sindy harus memeriksa persiapan untuk acara makan siang nanti,” ujar daniel, sambil langsung berjalan melewati sang atasan.

“Oh iya, silakan,” ujar Pak Yo mempersilakan pasangan suami istri tersebut untuk berjalan menuju pintu gerbang gedung pertemuan.

Tanpa disadari oleh pasangan suami istri tersebut, mata Pak Yo seperti tidak berkedip memandangi tubuh sindy yang begitu seksi dari belakang. Pandangannya bahkan terus tertuju pada bokong sindy yang begitu molek, dan terus bergoyang ke kiri dan kanan seiring langkahnya menuju gedung pertemuan.

Hari ini, sindy memang mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah muda yang cukup ketat membungkus tubuhnya, lengkap dengan jilbab berwarna senada. Namun di bagian bawah ia hanya mengenakan celana jeans ketat, yang membuat Pak Yo bisa melihat bentuk paha dan betisnya yang indah.

Pria tua yang merupakan atasan daniel tersebut baru memalingkan pandangannya saat perempuan cantik itu sudah hilang dari pandangannya.

“Luar biasa sekali istrimu itu, daniel. Pasti nikmat sekali rasanya kalau aku bisa menggagahi tubuhnya di atas ranjang, heheh…” gumam pria tersebut sambil menjilat bibirnya.

Sekitar pukul dua siang, sesi makan siang di acara Entrepreneurship Day telah selesai. Acara pun dilanjutkan dengan sesi-sesi panel dan presentasi berikutnya. Terlihat perempuan cantik bernama fani telah kembali di posisinya semula untuk memimpin jalannya acara. Tidak terlihat sedikit pun bekas kalau ia baru saja menangis sebelumnya.

Sindy kemudian membuka layar handphone miliknya untuk menghubungi sang suami. Setelah mendengar dua kali nada dering, sambungan telepon tersebut pun terhubung. “See you, sayang.” Alangkah senangnya sindy mempunyai suami yang tidak terlalu mengharuskan mereka berdua untuk selalu berangkat bersama, pulang bersama, atau makan di waktu yang bersamaan. Ini sesuai dengan karakter sang perempuan yang sebenarnya cenderung mandiri, dan tidak ingin bergantung kepada orang lain, termasuk suaminya sendiri. Itulah mengapa sejak kuliah pun sindy sudah mahir mengendarai mobil, agar bisa pergi ke mana-mana tanpa perlu diantar.


Setelah menutup telepon, sindy langsung beranjak menuju mobilnya yang masih terparkir di tempatnya semula. Dalam hati, ia merasa bahagia karena saat acara makan siang tadi, banyak yang bertanya-tanya kepada dirinya tentang masakan yang ia buat. Hal ini jelas merupakan awal yang baik bagi bisnis kuliner yang baru ia rintis.

Selain makanannya, beberapa orang juga tampak jatuh cinta pada kue-kue yang dibuat oleh febi sahabatnya, sang pemilik toko kue febi Cakes. Laras pun berniat untuk menghubungkan orang-orang tadi dengan febi, agar bisa memesan langsung bila mereka membutuhkan kue untuk hidangan acara.

Perempuan berparas ayu tersebut langsung menyalakan mesin dan AC mobil agar tidak merasa kepanasan. Audio mobil pun ia sambungkan dengan bluetooth handphone, agar bisa memutar playlist favoritnya yang didominasi tembang populer di tahun 2000-an.

Tak lama kemudian, ia langsung menjalankan mobil agar bisa segera sampai di rumah. Sejak awal melajukan kendaraan, sindy sudah merasa ada yang berbeda dengan mobilnya, meski ia tidak tahu apa penyebabnya. Untuk hal-hal teknis mobil, sang suami lah yang biasanya lebih memperhatikan.

Sebelum menikah, ia pun selalu menyerahkan urusan mobil kepada ayahnya. Perempuan tersebut hanya tahu beres, bahwa mobil sudah bisa dikendarai dengan baik.

Karena itu, meski sudah bisa menyetir mobil sejak lama, ia tidak terbiasa memeriksa kondisi mobil sebelum dan setelah berkendara. Begitu keluar gerbang kampus, Laras makin merasakan perbedaan kondisi mobilnya, seperti ada yang salah. Gerakan mobil terasa tidak beraturan, terutama ketika perempuan tersebut menekan pedal gas terlalu dalam. Bila dilanjutkan, ia merasa hal tersebut akan berbahaya bagi dirinya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70