Bab 2 Arya merasa minder
by Karyaku019
23:38,Sep 15,2023
Saat mobil BMW yang dikendarai bayu memasuki gerbang utama Universitas indonesia, tepat di belakangnya ada sebuah mobil mungil berwarna merah yang masuk kategori low cost green car (LCGC) yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia mungkin jadi mobil murah ramah lingkungan.
Meski disebut seperti itu, tetapi mayoritas pemilik mobil tersebut sejujurnya hanya peduli pada unsur murahnya dibanding ramah lingkungan.
Di dalam mobil bermerek Toyota tersebut ada seorang perempuan cantik berusia 28 tahun yang sedang asyik menatap layar smartphone.
Ponsel itu sendiri sedang menampilkan fitur kamera depan, bukan untuk mengambil potret selfie, tapi hanya mau memastikan kerapian penampilan saja, terutama kerudung yang ia kenakan.
Di samping sang wanita berhijab ada seorang pria yang sedikit lebih tua darinya sedang fokus mengendalikan kemudi mobil. Ia melirik ke arah mobil BMW di depannya yang kemudian berbelok masuk ke area Gedung 2.
“Mobil BMW di depan itu punya mahasiswa kamu?” Tanya sang pria saat mobil yang berada tepat di depannya berbelok ke arah Gedung 2.
Itu adalah pertanyaan yang wajar, karena sang perempuan memang bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, yang terletak di Gedung 2. Apabila tidak ada agenda untuk mampir ke gedung lain mereka pun seharusnya berbelok ke lahan parkir di gedung tersebut.
Sang perempuan yang duduk di kursi penumpang mengalihkan sejenak perhatiannya dari layar smartphone ke mobil BMW yang disebutkan oleh pria di sampingnya.
“Sepertinya itu mobil bayu, mahasiswa jurusan manajemen.” jawabnya.
“Manajemen kan Fakultas Ekonomi Bisnis, seharusnya di Gedung 3 dong?”
“Paling-paling dia nganterin pacarnya dulu, si fani, mahasiswiku yang jadi kembang paling populer di kampus ini. Yah kira-kira sama kayak kamu yang lagi nganter aku ini, Mas,” jawab sang perempuan sambil mengelus pipi pria di sebelahnya dengan mesra.
Terlihat ada cincin kawin berwarna perak yang tampak sederhana melingkar di jari manis perempuan tersebut. menandakan kalau mereka berdua sudah menikah.
“Masih muda bawaannya udah keren. Kapan ya kita bisa punya mobil sebagus itu? Masa kalah jauh mobil dosen dibanding mahasiswanya,” gumam sang pria.
“Mulai deh, banding-bandingin diri sendiri sama orang lain. Gak baik seperti itu, Mas. Lebih baik fokus sama kebahagiaan kita sendiri saja, kebahagiaan dan kemewahan itu tidak segaris. Toh mobil kita juga sudah cukup bagus,” ujar perempuan cantik tersebut.
“Lagipula kampus ini kan memang terkenal mahal, jadi yang kuliah kebanyakan memang anak orang kaya. Makanya Mas doakan saja aku cepat jadi dosen senior, biar gajiku juga bisa cepat naik terus aku dapat sertifikasi dosen juga dari Dikti, hee.”
“Aminn …” ujar sang pria mendoakan.
Perempuan yang terdengar sangat bijak tersebut bernama ayu lestari, seorang dosen mata kuliah Hubungan Masyarakat di jurusan Komunikasi Universitas indonesi, yang terkenal di kota tersebut sebagai Universitas Ungu.
ayu merupakan anak tunggal dari keluarga yang tidak bisa dibilang berada. Ia berhasil menjadi dosen di salah satu kampus prestisius di kota tersebut berkat kecerdasannya yang memang di atas rata-rata, dan latar belakang pendidikannya sebagai lulusan Universitas Negeri terbaik di tanah air.
Di sebelahnya ada Arya wijaya suami yang baru dinikahinya sebulan lalu. Karena itu, mereka masih tampak begitu mesra layaknya pengantin baru yang lain, meski dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan.
arya sebelumnya bekerja sebagai petugas maintenance listrik di sebuah gedung perkantoran. Namun karena minimnya tenant di gedung tersebut, membuat tempatnya bekerja harus merumahkan beberapa karyawan, dan arya termasuk salah satu yang dipecat sekitar setahun yang lalu.
Saat itu, ia benar-benar kalut karena baru saja melamar sang kekasih dan ingin segera melanjutkan ke jenjang pernikahan. Untungnya, ayu merupakan sosok tunangan yang pengertian.
Ia dengan setia mendengarkan keluh kesah sang pasangan tentang kantornya yang seperti tidak punya rasa terima kasih karena hanya memberikan pesangon dua kali gaji. Perempuan tersebut pun meyakinkan arya untuk tidak emosi, dan mulai fokus mencari sumber penghasilan baru.
“Tidak usah memikirkan tentang biaya pernikahan Mas, kita cuma ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA) pun aku rela, asal bisa sama kamu,” ujar ayu saat itu.
Kata-kata itu berhasil membangkitkan semangat arya, yang akhirnya banting setir sebagai pengemudi transportasi online. ayu bahkan sampai mengambil pinjaman di koperasi kampus sebagai DP untuk membeli mobil baru, karena platform transportasi online memang tidak membolehkan mitra mereka untuk menggunakan mobil yang sudah berusia lebih dari lima tahun.
Untuk cicilan tiap bulan, mereka berdua sepakat untuk mengambilnya dari penghasilan arya setiap hari. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, gaji ayu di kampus merupakan sumber utamanya. Semua itu mereka lakukan bahkan sebelum keduanya resmi menikah.
Perjuangan mereka mencapai titik puncak saat arya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sebulan yang lalu. Seperti komitmen mereka sebelumnya, tidak ada pesta besar untuk merayakan hari penting tersebut. Uang tabungan yang seharusnya untuk biaya pesta mereka alihkan untuk mulai mencicil sebuah rumah kecil yang lokasinya tidak jauh dari tempat ayu bekerja.
Setiap pagi, arya biasanya akan mengantar sang istri berangkat ke kampus, dan menjemputnya lagi di sore hari apabila dia tidak berencana untuk lanjut mencari penumpang.
“Jadi kamu mau ketemu ira dan daniel di mana?” Tanya arya.
“Kata ira sih disuruh ngumpul di Gedung 1 saja, tempatnya dia.”
“Oke deh,” jawab arya sambil mengarahkan mobilnya ke gedung tempat Fakultas Ilmu Komputer berada.
“Nanti sore bisa jemput, Mas?” Tanya ayu sambil bersiap untuk turun.
“Lihat nanti ya, aku kabarin lewat WhatsApp aku bisa jemput atau tidak. Takutnya pas ada penumpang atau posisiku terlalu jauh dari sini.”jawab Arya yang memang sebagai pengemudi taxi online jadwalnya tidak tentu.
“Oke deh,” ujar ayu sambil mengecup bibir suaminya dengan lembut.
Tangannya yang halus pun menempel erat di pipi arya, yang kemudian membalas ciuman tersebut dengan penuh cinta. Saat terlepas, senyuman tulus penuh rasa sayang terlukis di wajah sang wanita jelita. Dengan manja ayu berucap lirih, “bye suamiku tercinta.”
“Bye istriku tersayang.” Namanya juga pengantin baru. Sedang panas-panasnya.
Setelah berpisah dengan suaminya, ayu langsung berjalan menuju kantin yang berada di lantai dasar Gedung 1. Kantin tersebut sangat mirip dengan kantin yang berada di Gedung 2, karena ya memang semua bangunan di kampus tersebut dibangun dengan struktur yang serupa supaya seragam dan setema. Hanya jenis-jenis penjual makanannya saja yang berbeda dari tiap kantin.
Di depan tukang siomay, terlihat seorang perempuan berjilbab yang mengenakan kacamata sedang mengobrol dengan pria yang seumuran dengan dia. Keduanya tampak jauh lebih dewasa dari pengunjung lain di kantin tersebut yang didominasi oleh para mahasiswa. ayu pun langsung menghampiri mereka.
Meski disebut seperti itu, tetapi mayoritas pemilik mobil tersebut sejujurnya hanya peduli pada unsur murahnya dibanding ramah lingkungan.
Di dalam mobil bermerek Toyota tersebut ada seorang perempuan cantik berusia 28 tahun yang sedang asyik menatap layar smartphone.
Ponsel itu sendiri sedang menampilkan fitur kamera depan, bukan untuk mengambil potret selfie, tapi hanya mau memastikan kerapian penampilan saja, terutama kerudung yang ia kenakan.
Di samping sang wanita berhijab ada seorang pria yang sedikit lebih tua darinya sedang fokus mengendalikan kemudi mobil. Ia melirik ke arah mobil BMW di depannya yang kemudian berbelok masuk ke area Gedung 2.
“Mobil BMW di depan itu punya mahasiswa kamu?” Tanya sang pria saat mobil yang berada tepat di depannya berbelok ke arah Gedung 2.
Itu adalah pertanyaan yang wajar, karena sang perempuan memang bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, yang terletak di Gedung 2. Apabila tidak ada agenda untuk mampir ke gedung lain mereka pun seharusnya berbelok ke lahan parkir di gedung tersebut.
Sang perempuan yang duduk di kursi penumpang mengalihkan sejenak perhatiannya dari layar smartphone ke mobil BMW yang disebutkan oleh pria di sampingnya.
“Sepertinya itu mobil bayu, mahasiswa jurusan manajemen.” jawabnya.
“Manajemen kan Fakultas Ekonomi Bisnis, seharusnya di Gedung 3 dong?”
“Paling-paling dia nganterin pacarnya dulu, si fani, mahasiswiku yang jadi kembang paling populer di kampus ini. Yah kira-kira sama kayak kamu yang lagi nganter aku ini, Mas,” jawab sang perempuan sambil mengelus pipi pria di sebelahnya dengan mesra.
Terlihat ada cincin kawin berwarna perak yang tampak sederhana melingkar di jari manis perempuan tersebut. menandakan kalau mereka berdua sudah menikah.
“Masih muda bawaannya udah keren. Kapan ya kita bisa punya mobil sebagus itu? Masa kalah jauh mobil dosen dibanding mahasiswanya,” gumam sang pria.
“Mulai deh, banding-bandingin diri sendiri sama orang lain. Gak baik seperti itu, Mas. Lebih baik fokus sama kebahagiaan kita sendiri saja, kebahagiaan dan kemewahan itu tidak segaris. Toh mobil kita juga sudah cukup bagus,” ujar perempuan cantik tersebut.
“Lagipula kampus ini kan memang terkenal mahal, jadi yang kuliah kebanyakan memang anak orang kaya. Makanya Mas doakan saja aku cepat jadi dosen senior, biar gajiku juga bisa cepat naik terus aku dapat sertifikasi dosen juga dari Dikti, hee.”
“Aminn …” ujar sang pria mendoakan.
Perempuan yang terdengar sangat bijak tersebut bernama ayu lestari, seorang dosen mata kuliah Hubungan Masyarakat di jurusan Komunikasi Universitas indonesi, yang terkenal di kota tersebut sebagai Universitas Ungu.
ayu merupakan anak tunggal dari keluarga yang tidak bisa dibilang berada. Ia berhasil menjadi dosen di salah satu kampus prestisius di kota tersebut berkat kecerdasannya yang memang di atas rata-rata, dan latar belakang pendidikannya sebagai lulusan Universitas Negeri terbaik di tanah air.
Di sebelahnya ada Arya wijaya suami yang baru dinikahinya sebulan lalu. Karena itu, mereka masih tampak begitu mesra layaknya pengantin baru yang lain, meski dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan.
arya sebelumnya bekerja sebagai petugas maintenance listrik di sebuah gedung perkantoran. Namun karena minimnya tenant di gedung tersebut, membuat tempatnya bekerja harus merumahkan beberapa karyawan, dan arya termasuk salah satu yang dipecat sekitar setahun yang lalu.
Saat itu, ia benar-benar kalut karena baru saja melamar sang kekasih dan ingin segera melanjutkan ke jenjang pernikahan. Untungnya, ayu merupakan sosok tunangan yang pengertian.
Ia dengan setia mendengarkan keluh kesah sang pasangan tentang kantornya yang seperti tidak punya rasa terima kasih karena hanya memberikan pesangon dua kali gaji. Perempuan tersebut pun meyakinkan arya untuk tidak emosi, dan mulai fokus mencari sumber penghasilan baru.
“Tidak usah memikirkan tentang biaya pernikahan Mas, kita cuma ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA) pun aku rela, asal bisa sama kamu,” ujar ayu saat itu.
Kata-kata itu berhasil membangkitkan semangat arya, yang akhirnya banting setir sebagai pengemudi transportasi online. ayu bahkan sampai mengambil pinjaman di koperasi kampus sebagai DP untuk membeli mobil baru, karena platform transportasi online memang tidak membolehkan mitra mereka untuk menggunakan mobil yang sudah berusia lebih dari lima tahun.
Untuk cicilan tiap bulan, mereka berdua sepakat untuk mengambilnya dari penghasilan arya setiap hari. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, gaji ayu di kampus merupakan sumber utamanya. Semua itu mereka lakukan bahkan sebelum keduanya resmi menikah.
Perjuangan mereka mencapai titik puncak saat arya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sebulan yang lalu. Seperti komitmen mereka sebelumnya, tidak ada pesta besar untuk merayakan hari penting tersebut. Uang tabungan yang seharusnya untuk biaya pesta mereka alihkan untuk mulai mencicil sebuah rumah kecil yang lokasinya tidak jauh dari tempat ayu bekerja.
Setiap pagi, arya biasanya akan mengantar sang istri berangkat ke kampus, dan menjemputnya lagi di sore hari apabila dia tidak berencana untuk lanjut mencari penumpang.
“Jadi kamu mau ketemu ira dan daniel di mana?” Tanya arya.
“Kata ira sih disuruh ngumpul di Gedung 1 saja, tempatnya dia.”
“Oke deh,” jawab arya sambil mengarahkan mobilnya ke gedung tempat Fakultas Ilmu Komputer berada.
“Nanti sore bisa jemput, Mas?” Tanya ayu sambil bersiap untuk turun.
“Lihat nanti ya, aku kabarin lewat WhatsApp aku bisa jemput atau tidak. Takutnya pas ada penumpang atau posisiku terlalu jauh dari sini.”jawab Arya yang memang sebagai pengemudi taxi online jadwalnya tidak tentu.
“Oke deh,” ujar ayu sambil mengecup bibir suaminya dengan lembut.
Tangannya yang halus pun menempel erat di pipi arya, yang kemudian membalas ciuman tersebut dengan penuh cinta. Saat terlepas, senyuman tulus penuh rasa sayang terlukis di wajah sang wanita jelita. Dengan manja ayu berucap lirih, “bye suamiku tercinta.”
“Bye istriku tersayang.” Namanya juga pengantin baru. Sedang panas-panasnya.
Setelah berpisah dengan suaminya, ayu langsung berjalan menuju kantin yang berada di lantai dasar Gedung 1. Kantin tersebut sangat mirip dengan kantin yang berada di Gedung 2, karena ya memang semua bangunan di kampus tersebut dibangun dengan struktur yang serupa supaya seragam dan setema. Hanya jenis-jenis penjual makanannya saja yang berbeda dari tiap kantin.
Di depan tukang siomay, terlihat seorang perempuan berjilbab yang mengenakan kacamata sedang mengobrol dengan pria yang seumuran dengan dia. Keduanya tampak jauh lebih dewasa dari pengunjung lain di kantin tersebut yang didominasi oleh para mahasiswa. ayu pun langsung menghampiri mereka.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved