Bab 7 Lingerie merah sindy

by Karyaku019 23:48,Sep 15,2023
“Semuanya sedang mengajar di kelas, Pak. Kalau Pak Dekan saya pagi ini belum ketemu, beliau belum masuk ke ruangan ini sejak tadi,” jawab ira.

Saat posisi Pak heri sudah tepat berada di depan mejanya, ira pun memutuskan untuk bangkit dari kursinya, khawatir dianggap tidak sopan kalau ia tetap duduk di sana.

“Oh begitu, kamu sendiri tidak mengajar hari ini?”tanya pak dekan Heri.

“Saya baru ada kelas nanti siang, Pak heri.”jawab Ira dengan menampilkan senyum meski perasaannya sedikit tertekan.

“Oh begitu, lalu sekarang sedang…?”ucapan pak heri lansung dipotong oleh Ira karena malas bebasi basi dengan dekan yang terkenal mesum tersebut.

“Pagi ini saya ada tugas mahasiswa yang harus diperiksa. Lalu tadi juga baru saja rapat dengan Bu dan Pak daniel mengenai acara Entrepreneurship Day minggu depan,” jelas ira dan Dalam hati ia merasa kesal ditanya hal-hal tidak penting seperti itu, membuang-buang waktu saja.

“Begitu. Nah… kebetulan banget kamu menyebut acara Entrepreneurship Day. Bagaimana persiapannya? Semuanya lancar kan?”tanya pak Heri.

“Lancar, Pak. Semuanya aman, tinggal pelaksanaan pada hari H saja nanti.”jawab Ira.

“Untuk mahasiswa yang saya minta untuk bantu kamu di Seksi Publikasi, dia juga aman?”

“Aman bagaimana maksudnya, Pak?”

“Ya, apakah pekerjaannya baik? Apakah dia juga senang dengan pekerjaan tersebut?”

Ingin rasanya ira menceritakan yang sebenarnya kepada sang Rektor, bahwa pekerjaan mahasiswa itu benar-benar berantakan dan tidak sesuai harapan. Namun ia tahu apabila ia melakukan itu, maka dia harus membuang waktu lebih banyak lagi bersama rektor yang terkenal mesum tersebut.

Salah satu cerita yang pernah didengar ira adalah Pak heri pernah memperkosa seorang mahasiswi cantik di dalam ruang kerjanya di Rektorat. Setelah itu, sang mahasiswi sampai trauma dan harus meninggalkan perkuliahan.

Beberapa orang sempat mengatakan kepada ira bahwa satu-satunya alasan mengapa Pak heri masih menempati posisinya sampai saat ini adalah karena kedekatannya dengan Pak surya, ketua yayasan pemilik Universitas ini.

“Hmm, pekerjaan mahasiswa tersebut oke kok, Pak. Tidak ada masalah. Dia selalu bisa membuat konten sesuai dengan brief, dan pro aktif dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan,” kata ira sambil sedikit meneguk ludah.

Pak heri tampak tidak mengetahui bahwa itu adalah kebohongan yang dibuat oleh sang dosen cantik dan justru tersenyum mendengarnya.

“Bagus kalau begitu. Silakan dilanjutkan saja ya. Saya titip dia ke Bu ira. Soalnya mohon maaf, dia kan anak dari Pak herman - sudah tahu kan ya siapa beliau? Pak herman Santoso adalah salah satu d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) besar kampus ini, jadi alangkah baik kalau anaknya juga merasa nyaman di kampus ini sebagai mahasiswa,” ujar pak heri.

"Kasih saja tugas-tugas tapi jangan terlalu berat, yang penting produktif.” tambahnya.

“Baik, Pak. Siap. mahasiswa tersebu akan saya berikan tugas sesuai kapasitasnya,” jawab ira basa-basi.

“Oke, kalau begitu saya balik dulu ke Rektorat,” ujar Pak heriyanto sambil membalikkan badan untuk menuju ke pintu keluar.

ira pun akhirnya bisa bernafas lega dan kembali duduk di kursinya.

“Eh, ada satu lagi yang ketinggalan,” ujar Pak heri yang tiba-tiba berhenti di dekat pintu.

“Duh, apa lagi sih bandot tua satu ini?” gumam ira dalam hati dengan kesal.

Namun di dunia nyata tentu dia tidak bisa mengumpat seperti itu di depan sang atasan. Seperti biasa, ia hanya bisa tersenyum dan kembali berdiri dari kursinya.

“Ini berkaitan dengan mahasiswi Sospol sih, tapi mungkin Bu ira kenal. Dua orang mahasiswi yang selalu bersama dengan fani, Ibu tahu siapa nama mereka?”tanya pak Heri.

ira memang biasanya tidak terlalu mengetahui nama-nama mahasiswa di luar kelas yang dia ajar. Namun di kampus ini hampir sebagian besar orang tahu trio populer yang dipimpin oleh seorang fani Maharani.

“Wah, mau apa ya si rektor mesum ini nanya-nanya nama mahasiswi. Jangan-jangan dia mau mencabuli mereka berdua, hii serem banget,” pikir ira dalam hati.

“Bagaimana Bu ira, tahu nggak?”tanya pak Heri lagi yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang dosen cantik tersebut.

Pertanyaannya sekarang apakah ira mau menjawab dengan jujur atau tidak. Apabila ia berbohong, bisa jadi Pak heri akan bertanya kepada orang lain dan mengetahui kebohongannya. Menjawab bahwa ia tidak tahu pun bukan cara yang tepat untuk menyelamatkan kedua mahasiswi tersebut. ira akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan kredibilitasnya sendiri.

“Setahu saya yang biasa bersama dengan fira itu seril Salsabila dan sonia Ramadhani, Pak.” Kalau tidak salah itu nama lengkap mereka, ira tahu dari sahabatnya, Kalau boleh tahu, ada perlu apa ya?” jawab ira.

ira sengaja menambahkan penekanan di pertanyaan terakhir, demi memberikan kode kepada sang rektor bahwa apabila terjadi hal buruk pada kedua mahasiswi tersebut, ia akan langsung mencurigai Pak heri sebagai pelakunya.

“Oh, tidak ada apa-apa. Sepertinya saya pernah bertemu dengan mereka di salah satu mal, penasaran saja,” ujar Pak heri. Jawaban yang benar-benar mengambang menurut ira. Jawaban macam apa itu?

“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu. Sampai jumpa Bu ira.”

Pria tersebut pun menghilang dari pandangan ira, yang masih bertanya-tanya apa maksud pertanyaan Pak heri tadi.

*****

Seorang perempuan dengan bibir yang sensual tampak sedang memasak sesuatu di dalam dapur rumahnya, yang terletak di sebuah cluster di daerah pinggiran kota. Meski terlihat baru dibangun, tetapi rumah tersebut sebenarnya ukurannya cukupan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tipe 45 yang masih memiliki halaman depan dan belakang. Di dalamnya hanya terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang tamu yang menyatu dengan dapur yang ukurannya tidak seberapa.

Siang ini, ia hanya mengenakan daster panjang yang longgar, sehingga tidak membuat gerah saat ia menghabiskan waktu di dapur. Di jari manisnya tampak sebuah cincin nikah bertahtakan berlian yang ia terima dari sang suami sekitar dua tahun lalu. Wanita berparas manis itu meletakkan panci ke atas kompor dan menyesuaikan panasnya dengan memutar knop.

“Hmm, sepertinya tinggal menunggu semuanya matang. Aku mau cek Instagram dulu ah,” gumam perempuan tersebut.

Ia pun menarik kursi di meja makan yang berada di ruangan dapur dekat kompor tempatnya memasak. Sambil melepas lelah, ia membuka aplikasi berbagi foto yang populer di seluruh dunia tersebut.

Hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa tab notifikasi. Ada beberapa komentar yang menanyakan detail resep yang dibagikan di salah satu post, dan perempuan tersebut pun memutuskan untuk langsung membalasnya. Toh tinggal copy paste saja dari catatannya di Google Keep.


Setelah itu, ia pun membuka tab direct message. Isi dari tab ini terlihat sangat jauh berbeda dari tab notifikasi yang didominasi oleh para perempuan yang memang ingin mengetahui cara yang lebih baik untuk memasak menu rumahan, yang merupakan fokus utama konten di akun Instagram perempuan tersebut. DM akun Instagram miliknya malah didominasi oleh para lelaki yang berusaha merayu sang pemilik akun. Bahkan tak jarang ada pria yang tanpa basa-basi langsung mengirimkan foto alat kelaminnya.

Sang suami sebenarnya sudah mengajarkan cara membuat filter untuk memblokir pengguna-pengguna seperti itu. Namun karena tidak terlalu mengerti cara kerja fitur tersebut, dan makin beragamnya tingkah laku pria hidung belang yang membombardir DM Instagram miliknya, perempuan tersebut pun akhirnya menyerah dan mendiamkan saja semua DM yang masuk.

Wanita ayu itu berusaha selektif dalam membuka dan menjawab pertanyaan dari follower-nya, Ia mencoba memilah dan memilih follower yang benar-benar serius bertanya mengenai usaha yang ia geluti dan karya yang dihasilkan.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70