Bab 3 PERTEMUAN

by Dentik 10:44,Aug 05,2023
Detak jantungnya bekerja cepat mendapati dirinya dipandang rendah oleh wanita tak tahu diri itu.

“Surprise!!?” teriak Icha gembira.

“Bagaimana Mbak Dea?! Apa kamu terkejut!” lanjut perempuan itu. Tangan Dea menggengam erat, kepalanya terasa nyut-nyutan.

Dengan dada yang beritme tak teratur, Dea bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan Icha! CEPAT KATAKAN!”

Icha langsung berdiri dan mendekati Dea, bibirnya tersungging ke atas menunjukkan seberapa besar kemenangan yang telah ia cetak.

“Haa...” Ia menghela nafasnya dengan anggun. Kemenangan ini benar-benar Icha nikmati dengan sangat baik. Setelah bersusah payah menggoda Kevin. Ini adalah waktu yang pas untuk merasakan kebahagiaanya. Dia segera mendekatkan wajahnya dan menatap mata intens Dea. Tak ingin kalah, lawannya pun menatap kedua maniknya dengan tajam.

“Kamu sudah tahu hubunganku dengan Mas Kevin kan?” tanya Icha.

“Ya, lalu?” jawab Dea santai.

“Memang apa hubunganku dengan Mas Kevin?” tanya Icha yang ingin mengoreksi jawaban rinci wanita di depannya.

“Wanita kedua, kamu yang memperkenalkan dirimu seperti itu kan?” jawab Dea diakhiri dengan pertanyaan.

Icha kembali duduk di kursinya. “Duduk dulu Dea!” perintah wanita itu.

Dea enggan mematuhi perintah wanita murahan di depannya. Namun, ia terpaksa menuruti kata-kata perempuan itu karena rasa penasaran terhadap rahasia suaminya.

Seorang pelayan mendatangi mereka berdua seraya menyajikan dua minuman di meja. Kedua perempuan itu tetap saling beradu tatapan tajam, sama-sama mempertahankan harga diri mereka.

“Thanks Mbak,” ujar Icha pada pelayan itu.

“Sama-sama.” Pelayan itu langsung mengundurkan diri meninggalkan kedua pelanggannya.

“Tidak usah bertele-tele, cepat katakan semuanya,” tegas Dea yang mulai jengah pada Icha.

Senyum perempuan itu merekah mendapati ketidaksabaran istri kekasihnya.

“Sabar Dea, aku akan mengatakannya sekarang.”

Dea hanya menatap lurus wajah Icha. Ingin sekali ia mengumpat berkali-kali bahkan menghantam kepala perempuan itu dengan kursi, tapi tak mampu ia lakukan.

Setelah menyedot minuman di depannya, Icha mulai membuka pembicaraan.

“Suamimu telah menyembunyikan kekayaan darimu dan dia akan segera MENCERAIKANMU!!” tegas Icha dengan penuh penekanan.

Jantung Dea berhenti berdetak ketika mendengar penuturan pelakor itu.

“Ketika kalian sudah bercerai, maka kamu akan menjadi gembel karena Kevin sudah merampas semua kekayaan atas namamu,” lanjut Icha. Napas Dea berderu dengan cepat.

‘Bagaimana bisa Kevin merampas semua kekayaanku. Aku kan menyimpannya pada Levi,’ batin Dea. Ucapan perempuan itu terasa seperti bualan.

“Levi yang membantu Kevin menguras kekayaanmu. Jadi kamu akan menjadi wanita gembel di jalanan De,” ucap Icha penuh penekanan. Mata Dea melebar! Tak memberikan waktu untuk Dea berpikir, Icha terus-terusan memborbardir dirinya tanpa henti.

“Kamu tidak tau kan jika Mas Kevin memiliki bisnis cafe?” ejek perempuan itu. Dea tak bergeming mendengar penuturan tersebut.

“Ditambah!!? Cafe itu AKU yang pegang! Hahaha...” tawa Icha pecah.

“Yang paling penting! Aku telah menikah dengan suamimu karena bantuan Nina! Hahahaha...!!!”

Mata Dea melotot mendengar perkataan Icha. Ini sangat mengejutkan untuknya, lidahnya terasa kelu.

Ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun setiap Icha mengejeknya.

Hanya wajah tegang dengan berlinang air mata yang mampu ia lakukan.

‘Dia telah menikah dengan Kevin? Dibantu Nina kakak iparku sendiri!’ pikirnya penuh tanda tanya.

‘Bagaimana bisa semua orang mengkhianatiku seperti ini? Bahkan keluarga terdekatku sendiri?’ Dea sangat shock mendengar ucapan Icha.



Pcass!!! Tanpa sadar Dea mengambil es teh di depannya lalu menyiramnya ke Icha.

“AAaaa!” teriak nyaring icha merasakan dinginnya air di wajahnya. Perempuan itu sangat terkejut tiba-tiba mendapat serangan dari istri pertama suaminya.

Brakkk!!! Daun pintu itu terbanting dengan keras.

“Mas Levi!” teriak Dea di rumah kakak lelakinya.

Tak ada sahutan, “Mas Levi! Mbak Nina! Cepat Keluar!” teriaknya tanpa henti memanggil tuan rumah yang tak kelihatan batang hidungnya.

Emosinya tak bisa dikontrol lagi setelah melakukan pertemuan dengan Icha. Ia sempat menyiram perempuan itu habis-habisan karena ucapannya yang sangat menyakitkan. Ditambah banyak fakta tak terduga yang disampaikan istri kedua suaminya itu. Kini dia akan menghajar Levi dan Nina karena telah berani mengkhianatinya.

“Apa-apaan kamu Dea!” sahut Nina istri dari Levi yang berjalan menghampirinya. Wanita itu menatap adik iparnya dengan begitu tajam, bahkan tak ada sedikit senyuman di wajahnya. Kehadiran Dea dengan perilaku tak etis itu jelas membuat pemilik rumah marah.

Dengan nafas yang ngos-ngosan Dea memaksa kakak iparnya memanggil Levi.

“Panggil Mas Levi sekarang!” ucap Dea penuh penekanan.

“Suamiku sedang sibuk!” ketus Nina.

“Panggil sekarang atau aku botakin rambutmu!” ancam Dea dengan tangan yang sudah menjambak rambut Nina.

“Akh!” pekik perempuan itu kesakitan, “Oke aku akan memanggil Mas Levi. Lepaskan tanganmu!”

Mata bengis itu membuat Nina bergidik, ia segera berlari menghampiri suaminya yang berada di ruang kerja. Langkah kakinya tampak tergesa-gesa takut menjadi mangsa adik iparnya yang berada dalam mode on fire.

“Mas! Dea datang,” ucap Nina dengan nafas tersenggal-senggal. Levi mengacuhkan istrinya dan masih berkutat dengan laptopnya.

“Mas!” panggil perempuan itu. Sayangnya tak digubris oleh lelaki yang sibuk dengan pekerjaannya.

Tak butuh waktu lama, tiba-tiba... PLAKKK!!! PLAKKK!!!

Tangan itu melayang di pipi kanan dan kiri Levi dengan beringas hingga menghasilkan suara nyaring yang sangat panas. Tatapan tajam berisi gejolak emosi tak tertahankan di matanya.

Nina yang menyaksikan hanya bisa menutup mulutnya dengan mata melotot tak percaya.

“Fuck! Apa-apaan kamu Dea!” teriak Levi penuh amarah. Tamparan itu menyebabkan pipinya terasa panas dan perih. Tangan kanannya memegang pipi yang memerah.

“Sial*n kau Levi!” Dea ingin menampar kakaknya sekali lagi tapi tertahan oleh tangan kekar lelaki di depannya.

Dengan kuat perempuan itu menyibakkan tangan itu lalu merampas laptop yang bertengger di atas meja.

PRAKKK!!! PRAKKK!!!

“Astaga!” pekik Nina yang kaget melihat barang mahal itu terlempar.

Mesin ketik modern itu terlempar ke dinding hingga menyebabkan keyboard berhamburan dengan layar yang porak poranda.

Ting! Ting! Tinggg! Bunyi besi dari mesin laptop yang terjatuh ke lantai.

“Dea!!!” teriak Levi dengan tangan yang mendorong tubuh adiknya ke belakang. Ada sedikit penyelasan dalam dirinya karena sudah jahat membuat adiknya terdorong hingga tertabrak meja di belakang.

“Apa!? Laki-laki tak tahu diri kau!” sahut Dea yang tak kalah keras. Levi hanya menatap adiknya dengan tajam, dadanya kembang kempis mendapat makian dari adiknya.

“Kakak si*lan!” teriak adik perempuannya. “Bagaimana bisa kamu buat adikmu sebagai bahan taruhan!!!”

Mata Levi melotot, tubuhnya membeku seketika. Ia sangat terkejut mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Dea. Sorotan mata lelaki itu sangat sulit diartikan, tapi Dea paham dengan arti tatapan Levi.

Respon pria didepannya yang terkejut itu membuat Dea semakin yakin jika ucapan Icha memang benar.

‘Ternyata wanita murahan itu tidak berbohong kepadaku,’ batin Dea yang terpaksa mengakui ucapan Icha.

Sedangkan Nina semakin tidak paham dengan arah pembicaraan adik ipar dan suaminya.

“Dan kau Nina! Wanita murahan! Berani-beraninya-”

PLAKKK!!!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

169