Bab 13 Dia Tidak Pulang, Benci Dia
by Lolita Lady
10:38,Sep 22,2021
Annie Sheng tidak punya pilihan selain meletakkan piring makannya di tempat, lalu menoleh dan menyentuh kepala anak itu sambil bertanya.
"Apa kamu ingin Bibi tinggal untuk menemanimu?"
Anak itu segera mengangguk.
"Baiklah Bibi akan tinggal."
Anak itu terkejut untuk sesaat, seolah-olah tidak menduga Bibi ini akan setuju dengan mudah.
"Tapi, kita tidak bisa duduk di lantai lagi, karena lantainya dingin, bagaimana kalau sakit nanti? Jadi kita duduk di sofa aja ya?"
Anak itu pun mengangguk dengan patuh.
Annie Sheng tersenyum puas, kemudian membungkuk dan mengendong anak itu ke sofa untuk duduk.
Dia menutup mata terhadap kekacauan di tempat ini, dan memberi tahu bocah kecil itu beberapa lelucon secara berturut-turut, yang membuat wajah bocah kecil iti tertawa terbahak-bahak berkali-kali.
Tapi bocah kecil itu tetap tidak mengatakan sepatah kata pun.
Setelah suasana hati bocah kecil itu sudah semakin membaik, barulah Annie Sheng mencoba untuk bertanya.
"Bisa memberi tahu Bibi? Mengapa kamu begitu kesal? Apa karena tidak ada yang bermain denganmu?"
Berbicara tentang ini, sepertinya topik pembicaraan Annie tepat mengenai titik kemarahan anak itu, jadi bocah kecil itu membuka giginya dan mulai mencakar, Annie Sheng akhirnya tahu maksud bocah itu yang menginginkan sebuah kertas dan pena. Ketika Annie menoleh, dia melihat setumpuk kertas dan pulpen di meja samping tempat tidur, seolah sudah disiapkan sejak lama, dan terdapat banyak hal yang tertulis di atasnya.
Dia mengambil barang-barang tersebut dan menyerahkannya pada bocah kecil itu.
Bocah kecil itu mencoret-coret beberapa kata di kertas, "Ayah jahat, katanya mau bermain, tapi tidak ada."
Annie Sheng terkejut bahwa anak sekecil ini bisa menulis begitu banyak kata. Setelah beberapa saat, dia sadar kembali dan berpikir bahwa seharusnya orang tuanya yang mengajarinya dengan hati-hati, dan anak ini tampaknya benar-benar tidak bisa berbicara.
"Maksudmu, awalnya ayahmu sudah janji untuk mengajakmu bermain ke luar, tapi ujung-ujungnya tidak pergi, jadi kamu marah, kan?"
Bocah kecil itu mengangguk dengan cepat, alisnya yang berkerut dipenuhi kemarahan.
Annie Shen menghela nafas dan menyentuh kepala bocah itu dengan lembut.
"Bisa jadi Ayahmu sangat sibuk bukan? Ayahmu pasti ingin memberimu kehidupan yang lebih baik, jadi dia tidak punya waktu untuk istirahat, dan sampai-sampai tidak punya waktu untuk bermain denganmu."
Namun bocah kecil itu tidak berhasil dibujuk, dia mendengus marah, dan menulis di kertas lagi, "Lama belum melihat ayah, sudah berhari-hari, ayah tidak pulang, benci ayah."
Orang tuanya meninggalkan anaknya sendirian di hotel selama berhari-hari?
Alis Annie Sheng mengerut, sebenarnya seberapa besar pengalaman orang tua anak ini?
“Ketika ayahmu kembali nanti, aku akan membantumu memarahinya.” Annie Sheng memegang tangan kecil bocah kecil itu, “Mana boleh membiarkan seorang anak sendirian di rumah? Terlebih lagi ini di hotel! Bagaimana Kalau terjadi sesuatu."
Bocah kecil itu mengangguk berulang kali.
"Apa kamu selalu sendirian di sini akhir-akhir ini?"
Bocah itu mengangguk lagi.
Setelah melihat ini, Annie Sheng ragu-ragu sejenak, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar? Sambil mencari udara segar."
Bocah itu mengangguk dengan cepat.
Anak-anak memang suka bermain, meskipun suite hotel ini sangat besar, jangankan anak kecil, orang dewasa aja pasti akan bosan kalau tinggal di suite ini sepanjang hari, sehingga Annie Sheng memutuskan untuk membawanya keluar sekarang.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Tanya Annie Sheng sebelum meninggalkan suite, dan mengingat bahwa bocah kecil ini tidak dapat berbicara, mereka berhenti di ruang tamu, "Tunggu, Bibi mau ambil kertas dan pena dulu supaya akan lebih mudah untuk berkomunikasi ketika kita di luar nanti."
Kemudian dia meninggalkan bocah kecil itu di ruang tamu dan kembali ke kamar untuk mengambil barang tersebut.
Ada banyak orang di sekitar pintu yang sudah bubar, saat ini hanya tersisa dua pelayan yang siap siaga dan asistennya Annie Sheng.
"Crack" Sebuah suara terdengar yang membuat seseorang di luar berteriak, "Lampu gantung!"
Tepat ketika Annie Sheng keluar dari kamar tidur dengan pena dan kertas, dia langsung terkejut ketika melihat dasar lampu gantung yang saling bergesekan dan bertabrakan dengan rantai yang membuat seluruh lampu gantung berguncang.
"Ahhh!"
Orang di luar pintu memucat ketakutan, dan menyaksikan lampu gantung tersebut jatuh.
"Apa kamu ingin Bibi tinggal untuk menemanimu?"
Anak itu segera mengangguk.
"Baiklah Bibi akan tinggal."
Anak itu terkejut untuk sesaat, seolah-olah tidak menduga Bibi ini akan setuju dengan mudah.
"Tapi, kita tidak bisa duduk di lantai lagi, karena lantainya dingin, bagaimana kalau sakit nanti? Jadi kita duduk di sofa aja ya?"
Anak itu pun mengangguk dengan patuh.
Annie Sheng tersenyum puas, kemudian membungkuk dan mengendong anak itu ke sofa untuk duduk.
Dia menutup mata terhadap kekacauan di tempat ini, dan memberi tahu bocah kecil itu beberapa lelucon secara berturut-turut, yang membuat wajah bocah kecil iti tertawa terbahak-bahak berkali-kali.
Tapi bocah kecil itu tetap tidak mengatakan sepatah kata pun.
Setelah suasana hati bocah kecil itu sudah semakin membaik, barulah Annie Sheng mencoba untuk bertanya.
"Bisa memberi tahu Bibi? Mengapa kamu begitu kesal? Apa karena tidak ada yang bermain denganmu?"
Berbicara tentang ini, sepertinya topik pembicaraan Annie tepat mengenai titik kemarahan anak itu, jadi bocah kecil itu membuka giginya dan mulai mencakar, Annie Sheng akhirnya tahu maksud bocah itu yang menginginkan sebuah kertas dan pena. Ketika Annie menoleh, dia melihat setumpuk kertas dan pulpen di meja samping tempat tidur, seolah sudah disiapkan sejak lama, dan terdapat banyak hal yang tertulis di atasnya.
Dia mengambil barang-barang tersebut dan menyerahkannya pada bocah kecil itu.
Bocah kecil itu mencoret-coret beberapa kata di kertas, "Ayah jahat, katanya mau bermain, tapi tidak ada."
Annie Sheng terkejut bahwa anak sekecil ini bisa menulis begitu banyak kata. Setelah beberapa saat, dia sadar kembali dan berpikir bahwa seharusnya orang tuanya yang mengajarinya dengan hati-hati, dan anak ini tampaknya benar-benar tidak bisa berbicara.
"Maksudmu, awalnya ayahmu sudah janji untuk mengajakmu bermain ke luar, tapi ujung-ujungnya tidak pergi, jadi kamu marah, kan?"
Bocah kecil itu mengangguk dengan cepat, alisnya yang berkerut dipenuhi kemarahan.
Annie Shen menghela nafas dan menyentuh kepala bocah itu dengan lembut.
"Bisa jadi Ayahmu sangat sibuk bukan? Ayahmu pasti ingin memberimu kehidupan yang lebih baik, jadi dia tidak punya waktu untuk istirahat, dan sampai-sampai tidak punya waktu untuk bermain denganmu."
Namun bocah kecil itu tidak berhasil dibujuk, dia mendengus marah, dan menulis di kertas lagi, "Lama belum melihat ayah, sudah berhari-hari, ayah tidak pulang, benci ayah."
Orang tuanya meninggalkan anaknya sendirian di hotel selama berhari-hari?
Alis Annie Sheng mengerut, sebenarnya seberapa besar pengalaman orang tua anak ini?
“Ketika ayahmu kembali nanti, aku akan membantumu memarahinya.” Annie Sheng memegang tangan kecil bocah kecil itu, “Mana boleh membiarkan seorang anak sendirian di rumah? Terlebih lagi ini di hotel! Bagaimana Kalau terjadi sesuatu."
Bocah kecil itu mengangguk berulang kali.
"Apa kamu selalu sendirian di sini akhir-akhir ini?"
Bocah itu mengangguk lagi.
Setelah melihat ini, Annie Sheng ragu-ragu sejenak, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar? Sambil mencari udara segar."
Bocah itu mengangguk dengan cepat.
Anak-anak memang suka bermain, meskipun suite hotel ini sangat besar, jangankan anak kecil, orang dewasa aja pasti akan bosan kalau tinggal di suite ini sepanjang hari, sehingga Annie Sheng memutuskan untuk membawanya keluar sekarang.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Tanya Annie Sheng sebelum meninggalkan suite, dan mengingat bahwa bocah kecil ini tidak dapat berbicara, mereka berhenti di ruang tamu, "Tunggu, Bibi mau ambil kertas dan pena dulu supaya akan lebih mudah untuk berkomunikasi ketika kita di luar nanti."
Kemudian dia meninggalkan bocah kecil itu di ruang tamu dan kembali ke kamar untuk mengambil barang tersebut.
Ada banyak orang di sekitar pintu yang sudah bubar, saat ini hanya tersisa dua pelayan yang siap siaga dan asistennya Annie Sheng.
"Crack" Sebuah suara terdengar yang membuat seseorang di luar berteriak, "Lampu gantung!"
Tepat ketika Annie Sheng keluar dari kamar tidur dengan pena dan kertas, dia langsung terkejut ketika melihat dasar lampu gantung yang saling bergesekan dan bertabrakan dengan rantai yang membuat seluruh lampu gantung berguncang.
"Ahhh!"
Orang di luar pintu memucat ketakutan, dan menyaksikan lampu gantung tersebut jatuh.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved