Bab 12 Bibi ini Sangat Lemah Lembut
by Lolita Lady
10:38,Sep 22,2021
Annie Sheng bereaksi, dan menghindar dengan cepat sebelum benda itu mengenai wajahnya.
"Craang" Suara kaca pecah tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Annie sudah pernah melihat seseorang dengan temperamen yang sangat pemarah, tapi belum pernah melihat seseorang yang tidak mengatakan apa-apa dan langsung bertindak seperti itu, Annie Sheng mengerutkan kening, awalnya dengan sedikit kemarahan di alisnya, tetapi kemarahannya mereda ketika melihat sosok anak itu yang ada di depannya.
Di tengah selimut dan bantal, anak itu yang mengenakan piyama petak berwarna coklat menatapnya. Fitur wajah yang belum dewasa tampaknya terbentuk dengan hati-hati. Bahkan dapat dibayangkan akan menjadi betapa menariknya wajah anak ituketika sudah dewasa nanti.
Pada saat ini, fitur wajahnya berkerut, dan keluhan terlihat di seluruh wajahnya.
“Ada apa?” Annie Sheng mengambil dua langkah lebih dekat dan berlutut untuk bertanya, “Siapa yang membullymu?”
Anak itu menatapnya, jejak keraguan melintas di matanya, namun detik berikutnya dia mendorong tangan wanita itu, bertindak seolah-olah tidak mau orang asing mendekat.
Setelah melihat ini, Annie Sheng tidak menyentuhnya lagi, dia hanya duduk di lantai, dan saling bertatapan dengan anak itu.
Tidak lama kemudian, suara pelayan hotel terdengar dari luar pintu, "Manajer Sheng, egg custard dan baksonya sudah siap, apa perlu saya bawa ke dalam?"
"Tidak perlu." Annie Sheng segera berkata, "Letakkan saja di luar dulu, dan masukkan ke dalam penghangat makanan."
Aroma makanan melayang masuk dari luar ruangan, yang membuat anak yang masih belum berbicara itu mengintip untuk beberapa saat, dan sepertinya telah menelan air liurnya beberapa kali.
Setelah membuat keributan, seharusnya anak itu sudah lapar.
Annie Sheng menunggu sebentar, lalu berkata setelah memikirkan sesuatu, "Aku sudah lapar, jadi apa boleh makan sesuatu di sini?"
Anak itu hanya mengerutkan kening, wajahnya tampak canggung, kemudian memalingkan wajahnya dan tidak mengatakan apa-apa.
Annie Sheng menganggapnya setuju, jadi dia pergi ke luar dan membawa masuk sepiring egg custard serta sepiring bakso, tidak lupa juga beberapa mangkuk kosong. Kemudian dia menambahkan setengah bakso ke dalam egg custard yang dia hancurkan dengan sendok dan meniup bakso tersebut sambil berkata, "Bakso ini benar-benar harum sekali."
'Gulp' suara air liur terdengar dari belakang.
Sambil memegang mangkuk, Annie Sheng menoleh dengan ekspresi terkejut, dan saling bertatapan dengan mata canggung dan penuh harap dari anak itu. Dia menyeringai di dalam hati dan pura-pura ragu di wajahnya, "Mau coba? Ini sangat enak dan merupakan makanan favoritku."
Anak itu mengangguk ragu-ragu sambil duduk di atas selimut.
"Baiklah." Baru saat itulah Annie Sheng mendekatinya sambil membawa mangkuk, dan sesendok bakso custard pun masuk ke mulut anak itu, "Enak?"
Anak itu mengunyah beberapa kali, lalu mengangguk sambil menatap dengan matanya yang bersinar.
Annie Sheng tidak berhenti, dan menyuap sesendok lagi untuk anak itu.
Anak laki-laki itu diam-diam menatap bibi yang ada di depannya saat makan, bibi ini tampak sangat berbeda dengan bibi di luar sana yang takut sekaligus membencinya, bibi ini benar-benar sangat lemah lembut.
Tidak lama kemudian, semangkuk egg custard dengan bakso sudah habis dimakan.
Annie Sheng mengambil tisu untuk menyeka mulut anak itu sambil berkata, "Lihat? Kalau sudah kenyang pasti punya tenaga untuk lanjut membuat keributan, kan?"
Wajah anak itu menjadi cemberut serta tidak senang, dan memalingkan wajahnya dengan tiba-tiba, seolah-olah tidak suka orang lain menggodanya seperti itu.
Annie Sheng tersenyum, berbalik untuk mengemas piring makan dan bersiap untuk pergi, namun dirinya merasa ditarik begitu bangun. Ketika dia menundukkan kepalanya, ternyata anak itu sedang menarik sudut roknya dengan ekspresi sedih, dan terlihat seperti berpikir tidak ingin dirinya pergi.
Melihat anak itu yang merasa tidak aman, Annie Sheng tiba-tiba teringat akan putrinya sendiri. Dia dulu tidak punya waktu untuk menemani putrinya karena selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga dia tidak bisa menahan perasaan tertekan, dan berkata dengan lembut.
"Aku tidak akan pergi, aku hanya ingin meletakkan piringnya."
Namun anak itu masih menempel di sudut roknya dan menolak untuk melepaskannya.
"Craang" Suara kaca pecah tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Annie sudah pernah melihat seseorang dengan temperamen yang sangat pemarah, tapi belum pernah melihat seseorang yang tidak mengatakan apa-apa dan langsung bertindak seperti itu, Annie Sheng mengerutkan kening, awalnya dengan sedikit kemarahan di alisnya, tetapi kemarahannya mereda ketika melihat sosok anak itu yang ada di depannya.
Di tengah selimut dan bantal, anak itu yang mengenakan piyama petak berwarna coklat menatapnya. Fitur wajah yang belum dewasa tampaknya terbentuk dengan hati-hati. Bahkan dapat dibayangkan akan menjadi betapa menariknya wajah anak ituketika sudah dewasa nanti.
Pada saat ini, fitur wajahnya berkerut, dan keluhan terlihat di seluruh wajahnya.
“Ada apa?” Annie Sheng mengambil dua langkah lebih dekat dan berlutut untuk bertanya, “Siapa yang membullymu?”
Anak itu menatapnya, jejak keraguan melintas di matanya, namun detik berikutnya dia mendorong tangan wanita itu, bertindak seolah-olah tidak mau orang asing mendekat.
Setelah melihat ini, Annie Sheng tidak menyentuhnya lagi, dia hanya duduk di lantai, dan saling bertatapan dengan anak itu.
Tidak lama kemudian, suara pelayan hotel terdengar dari luar pintu, "Manajer Sheng, egg custard dan baksonya sudah siap, apa perlu saya bawa ke dalam?"
"Tidak perlu." Annie Sheng segera berkata, "Letakkan saja di luar dulu, dan masukkan ke dalam penghangat makanan."
Aroma makanan melayang masuk dari luar ruangan, yang membuat anak yang masih belum berbicara itu mengintip untuk beberapa saat, dan sepertinya telah menelan air liurnya beberapa kali.
Setelah membuat keributan, seharusnya anak itu sudah lapar.
Annie Sheng menunggu sebentar, lalu berkata setelah memikirkan sesuatu, "Aku sudah lapar, jadi apa boleh makan sesuatu di sini?"
Anak itu hanya mengerutkan kening, wajahnya tampak canggung, kemudian memalingkan wajahnya dan tidak mengatakan apa-apa.
Annie Sheng menganggapnya setuju, jadi dia pergi ke luar dan membawa masuk sepiring egg custard serta sepiring bakso, tidak lupa juga beberapa mangkuk kosong. Kemudian dia menambahkan setengah bakso ke dalam egg custard yang dia hancurkan dengan sendok dan meniup bakso tersebut sambil berkata, "Bakso ini benar-benar harum sekali."
'Gulp' suara air liur terdengar dari belakang.
Sambil memegang mangkuk, Annie Sheng menoleh dengan ekspresi terkejut, dan saling bertatapan dengan mata canggung dan penuh harap dari anak itu. Dia menyeringai di dalam hati dan pura-pura ragu di wajahnya, "Mau coba? Ini sangat enak dan merupakan makanan favoritku."
Anak itu mengangguk ragu-ragu sambil duduk di atas selimut.
"Baiklah." Baru saat itulah Annie Sheng mendekatinya sambil membawa mangkuk, dan sesendok bakso custard pun masuk ke mulut anak itu, "Enak?"
Anak itu mengunyah beberapa kali, lalu mengangguk sambil menatap dengan matanya yang bersinar.
Annie Sheng tidak berhenti, dan menyuap sesendok lagi untuk anak itu.
Anak laki-laki itu diam-diam menatap bibi yang ada di depannya saat makan, bibi ini tampak sangat berbeda dengan bibi di luar sana yang takut sekaligus membencinya, bibi ini benar-benar sangat lemah lembut.
Tidak lama kemudian, semangkuk egg custard dengan bakso sudah habis dimakan.
Annie Sheng mengambil tisu untuk menyeka mulut anak itu sambil berkata, "Lihat? Kalau sudah kenyang pasti punya tenaga untuk lanjut membuat keributan, kan?"
Wajah anak itu menjadi cemberut serta tidak senang, dan memalingkan wajahnya dengan tiba-tiba, seolah-olah tidak suka orang lain menggodanya seperti itu.
Annie Sheng tersenyum, berbalik untuk mengemas piring makan dan bersiap untuk pergi, namun dirinya merasa ditarik begitu bangun. Ketika dia menundukkan kepalanya, ternyata anak itu sedang menarik sudut roknya dengan ekspresi sedih, dan terlihat seperti berpikir tidak ingin dirinya pergi.
Melihat anak itu yang merasa tidak aman, Annie Sheng tiba-tiba teringat akan putrinya sendiri. Dia dulu tidak punya waktu untuk menemani putrinya karena selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga dia tidak bisa menahan perasaan tertekan, dan berkata dengan lembut.
"Aku tidak akan pergi, aku hanya ingin meletakkan piringnya."
Namun anak itu masih menempel di sudut roknya dan menolak untuk melepaskannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved