Bab 16 Your Dance?

by Liora 08:26,Aug 02,2021
“Kau bisa mengajak Tuan Stevano atau sahabatmu Revan.”

ucapan itu benar-benar mengganggu dalam pikiran Aelyn, dia berdiri hampir di tengah-tengah para pasangan ingin berdansa, tatapan tertuju pada kedua pria, secara bergantian entah itu menatap Ethan atau Revan.

Dan satu tepukan bahu menghentakan Aelyn dari kebingungan, dia menoleh dan melihat seorang pria tampan dengan senyuman manisnya, Aelyn tersihir dengan ketampanan yang bisa begitu manis tapi juga sederhana, seperti melihat pangeran yang akan menjemput dirinya.

“Apakah kamu tidak memiliki pasangan?” tanyanya, suara itu lembut bagaikan angin yang menerpa wajah Aelyn, mengirimkan angin sejuk di malam hari.

“Aku—,”

“Maaf, tapi aku malam ini teman dansanya.” Ethan menyela dan menarik tangan Aelyn, gadis itu menoleh, tubuh Ethan menjulang tinggi di hadapannya dan merasakan bagaimana Ethan menyeret jauh tubuhnya dari pria itu.

Kini keduanya berdiri ditengah lantai dansa, musik mulai mengambil alih pesta itu.

Tanpa satu kalimat-pun keluar Ethan menarik pinggang gadis itu dan meletakkan kedua tangan Aelyn di bahunya, persiapan untuk memulai dansa dengan diiringi melodi musik romantis.

“Tunggu! Aku tidak bisa berdansa, kau salah paham Ethan,” Ucap Aelyn, saat tubuh refleks bergerak pria itu malah semakin menarik tubuhnya dan menepis jarak sesempit mungkin.

“Aku tahu semua, Aelyn.” Ethan tidak menunjukan ekspresi apapun, matanya terfokus pada pria yang tadi mengajak Aelyn berbicara, mengamatinya sangat detail dan mencoba mengingat wajahnya dalam memori otaknya.

“Apa yang kau tahu?” Aelyn terpaksa mengikuti gerakan Ethan secara perlahan, dia sangat gugup saat Ethan begitu pandai dalam berdansa.

“Permainan botol, kau kalah bukan? Apa yang mereka minta darimu?” Tanya Ethan, kini dia kembali menatap Aelyn, dia sangat kaku dan bahkan berulang kali menginjak sepatu Ethan, apalagi saat Ethan mencoba membalik tubuhnya, Aelyn hampir jauh jika tidak Ethan tahan.

“Bukan hal yang penting,” ucap Aelyn, dia sangat kualan dengan gaun dan juga gerakkan dansa ini yang terus membuatnya tidak mengerti, kadang harus berputar atau bersandar di dada bidangnya.

“Kau yakin? Mereka tidak memberikan tantangan, seperti One Stand Night, Kissing with boy, Or Dance with me?”

Pria itu memang selalu percaya diri, seakan kalimat yang dikeluarkan tidak ada beban apapun, seharusnya dia malu berkata seperti itu, apalagi Aelyn yakin jika para karyawan di sampingnya mendengarkan percakapan dirinya dan Ethan.

“Sudah lupakan!” Aelyn ingin meninggalkan lantai dansa itu, melepaskan dari dari genggaman Ethan yang sepenuhnya terus menghantui dirinya, dia tidak suka dan tidak ingin terjadi salah paham.

“Ethan!” Aelyn teriak saat Ethan menarik dan membuat tubuh Aelyn setengah berada diatas tubuhnya, membuat sekitarnya menoleh. “Turunkan aku!”

Ethan tersenyum saat mendapatkan sebuah pukulan di dadanya, kali ini dia mencoba membuat Aelyn lebih terkejut, dia mengubah posisi dimana tangan bertautan dengan Aelyn, dan membuat Ethan bisa memeluk tubuh Aelyn dari belakang.

“Katakan apa tantangan yang mereka berikan,” Ethan berbisik tepat ditelinga Aelyn, menghirup aroma Aelyn yang begitu memabukan untuknya.

Aelyn memilih diam, dia bergerak tidak nyaman, apalagi ketika Ethan berbisik dengan lembut dan terpaan nafas panas begitu terasa untuk Aelyn, dengan posisi yang begitu intern dimana Ethan begitu menutupi tubuhnya dengan pelukan erat.

“Kamu tidak ingin mengatakannya?”

Ethan kembali menghantarkan jutaan gemetar saat suara itu membisik dan mengelikan untuk dirasakan, rasanya Aelyn begitu lemas hanya karena hal kecil itu, tanpa sadar tatapan Aelyn tertuju pada Revan.

Sebenarnya Aelyn ingin egois, jika tidak memikirkan Revan yang sudah dijodohkan dan persahabatan mereka, sungguh Aelyn ingin menarik rapi itu kesini dan tidak malah hanya sekali berciuman dengannya.

‘Maafkan aku Van, aku tidak ingin kehilangan dirimu.’ ucap Aelyn dalam benak hatinya.

“Ciuman aku sekarang Ethan,” Aelyn mengatakan itu sambil melepaskan tautan tangannya, membelai tubuh untuk bisa berada kembali dengan Ethan, mencakup wajah Ethan dan Aelyn memilih untuk mencium pria itu duluan.

Ethan tidak terkejut, hal yang biasa terjadi karena sudah beberapa kali Ethan merasakan manisnya bibir itu dan kini Aelyn mulai nakal untuk menciumnya lebih dahulu, tidak ingin menyiakan kesempatan, pria itu merapatkan tubuhnya dengan Aelyn, tangannya menahan lekukan tubuh Aelyn dan kepalanya.

Ciuman itu berubah menjadi lebih lama saat semua orang sudah mulai meninggalkan lantai dansa karena musik sudah akan berakhir, mereka menatap tidak percaya pada pasangan yang berada di tengah sedang melakukan hal tak terduga.

Tatapan tidak suka mulai bermunculan dari para wanita yang begitu mendambakan sosok Ethan untuk menjadi penghuni hati mereka, pria yang menjadi incaran kini sedang berciuman dengan gadis yang wajahnya sulit untuk dikenali.

‘Siapa gadis beruntung itu?’ sebuah pertanyaan yang akan terlintas dalam setiap pasang mata yang menatap mereka.
Aelyn membuka matanya lebar saat tahu jika musik sudah berakhir bersama dengan dansa itu, dia mencoba mendorong dada Ethan dan melepaskan tautan bibir mereka yang seperti tertempel oleh sebuah lem.

“Ethan!”

Ethan membuka matanya, ciuman itu membuatnya lupa tempat, dia melihat seluruh karyawan yang menatap, dengan insting yang kuat Aethan menarik wajah Aelyn untuk bersembunyi di dalam kedepannya, mereka tidak boleh mengetahui siapa gadis yang diajak berciuman, Ethan tidak ingin Aelyn menjadi pusat bully setelah pesta berakhir.

Tanpa mengatakan apapun, Ethan membawa Aelyn menjauh dari kerumunan dengan menutup dengan jas miliknya, dia membawa Aelyn sambil ke sebuah lorong yang sepi, menyadarkan tubuh Aelyn pada dinding lorong itu.

Keduanya terdiam, ada segelintir perasaan aneh yang menyapa hati Aelyn dan Ethan, kesunyian menjadi penambah saat suara nafas yang terdengar memburu.

Ethan menarik dagu gadis dihadapannya sampai Aelyn menatapnya, kenapa mata Aelyn begitu berkaca-kaca.

“Kenapa?” pertanyaan itu mengudara dengan kesunyian yang semakin merenggut suara pesta, Ethan ingin sekali mengusap air mata itu agar tidak sampai membasahi pipinya apalagi mengurangi kecantikan Aelyn.

“Lupakan, aku ingin pulang Ethan.” Aelyn hanya bingung, kenapa dia jadi sentimental terhadap hal yang berkaitan dengan rasa aneh, dia tahu perasaan rumit apa yang sedang mengundang badai di hatinya.

Ethan mengangguk paham, dia melepaskan jas miliknya dan memakaikan pada Aelyn, menuntun gadis itu untuk mengikuti langkahnya, memilih jalan yang cepat menuju mobilnya.

Diam-diam Ethan memperhatikan Aelyn yang kini disampingnya dengan menghadap ke arah jendela mobil, dari pantulan kaca Ethan bisa melihat ada penyesalan di matanya dan hal lainnya yang membuat Ethan merasa bersalah.

Selalu saja dia melewati sebuah batasan yang tertulis dalam sebuah perjanjian, padahal biasanya dia tidak pernah lepas kendali.

‘Mungkinkan aku menginginkan Aelyn? tapi aku tidak boleh melakukan hal itu!’

Ethan menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah pertanyaan itu terpikirkan, bukan saatnya ada di dalam zona itu dan bukan juga hak untuknya, Aelyn dan dirinya adalah hal yang tidak bisa ditulis untuk bersama, ada begitu banyak alasan menjadi dasar untuk Ethan menjauhkan keinginan itu.
Pada akhirnya, hal yang menyakitkan akan menjadi sebuah kepahitan fakta dan kepercayaan akan berubah menjadi kehancuran, batasan tetaplah tembok yang tidak akan bisa hancur, jarak dan batasan.

Seharusnya itu terpikirkan sejak awal.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

93