Bab 12 You, okey?

by Liora 08:23,Aug 02,2021
Aelyn mengangkat kepalanya, mata hitamnya bertemu dengan irisan coklat milik Ethan, pria itu mengulurkan tangannya, tapi Aelyn tidak menanggapinya, dia sedang sibuk menahan rasa sakit dari kakinya, setiap bertemu dengannya pasti ada sesuatu hal terjadi entah itu dirinya atau situasi menyebalkan.

Ethan menghela nafas, tanpa berpikir panjang untuk langsung menggendong gadis itu, membuat Aelyn berteguh dan menatap ke arahnya dengan tatapan terkejutnya, dia berpegangan erat pada bahu Ethan.

“Apa sulitnya untuk menerima uluran tangan dariku?” tanya Ethan, walau menyampaikan seperti seakan dia marah tapi sebenarnya itulah nada bicara.

“Turunkan aku!” protes Aelyn, dia sedikit menggerakan tubuhnya, kenapa dirinya baru merespon sekarang saat Ethan membawanya keluar dari gedung itu, keluar dari sana.

“Diam! Kau bisa jatuh lagi dan bukan hanya kaki yang terkilir tapi tanganmu juga!” ucap Ethan, dia mengeratkan genggamannya pada tubuh Aelyn, gaun yang gadis itu gunakan cukup licin dan membuatnya sulit mempertahankan dirinya.

Aelyn berhenti menggerakkan tubuhnya, dia sedikit memajukan wajahnya hingga tenggelam dalam dada bidang Ethan, dia tidak ingin melihat paparazzi saat mereka meninggalkan gedung ini.

Tapi ternyata Ethan tidak melewati jalan red carpet untuk menuju area parkirannya, dia memilih jalan lain, dia juga tidak bisa dengan mudahnya muncul di media massa dan keesokan harinya menjadi topik pembicaraannya.

Dia melirik ke arah Aelyn, bingung kenapa gadis itu tiba-tiba terdiam dan bahkan bersembunyi di tubuhnya, tapi Ethan tidak bisa berbohong jika Aelyn memang cantik dengan pakaian seperti ini, tapi dia tidak suka dengan tubuhnya yang terekspos walau itu hanya bagian bahu.

Aelyn tersadar saat Ethan mendudukan dirinya di dalam mobil, dia menatap bingung pada pria yang sedang memasangkan sabuk pengaman untuknya, jarak yang begitu dekat sampai aroma mint begitu memenuhi penciuman Aelyn dan belum lagi jika wajahnya bergerak sedikit saja, bibirnya akan bertemu dengan pipinya.

“Ki—kita akan kemana?” tanya Aelyn, dia tidak bisa dengan mudahnya pulang dari sana, bagaimana dengan Revan? Kenapa bisa Aelyn melupakan pria itu.

“Kakimu terluka, aku akan membawamu pulang.” ucap Ethan, dia membuka jas dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

“Tidak! Aku tidak bisa kembali, Revan. Pria itu pasti mencariku,” ucap Aelyn, dia membuka kembali sabuk pengamannya dan berusaha membuka pintu mobil.

“Aelyn!”

Gadis itu menoleh saat Ethan menarik tangannya, membuatnya kembali menatapnya dan membuat Aelyn tersihir dengan tatapan dingin itu. “Tapi—hmph!”

Ethan menarik lekukan tubuh gadis itu, menyatukan bibir mereka dalam dinginnya malam dan sepinya suasana, Ethan lagi-lagi menjadi pecandu alkohol, dimana dia tidak bisa menerima penolakkan dan tidak tahan dengan bibir mungil itu.
Aelyn bergerak dengan melepaskan cekalan tangan Ethan, mendorong tubuh itu untuk menjauh darinya dan melepaskan tautan bibir itu, Aelyn tidak suka jika dengan cara seperti ini bisa membuatnya diam.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Ethan, kenapa jadi dirinya yang marah pada wanita itu, apa karena Aelyn selalu tidak suka dengan tindakannya dan caranya.

“Aelyn!”

“Aelyn, kamu dimana?”

Aelyn mencari sumber suara, Revan sedang mencari dirinya dengan panik, Aelyn harus melakukan apa jika Revan melihatnya keluar dari mobil pria itu, Aelyn tidak ingin Revan mengajukan ribuan pertanyaan untuk kejadian ini.

“Aku harus kembali,”

Ethan terdiam begitu saja, membiarkan Aelyn meninggalkannya dengan perasaan tidak menyenangkan di dalam dirinya, entah kenapa hal itu membuatnya kesal.

“Van!” Panggil Aelyn, dengan sudah payah dia berjalan mendekati pria itu yang sedang menggenggam ponselnya.

“Aelyn kamu—apa yang terjadi?” Revan berlari mendekati Aelyn, dia terkejut melihat Aelyn yang bahkan harus berjalan sambil menyentuh dinding.

“Bisakah kita kembali? Aku akan menceritakan apa yang terjadi?” ucap Aelyn, dia tidak tahu rasa sakit di kakinya akan begitu parah, membuat dirinya sedikit tidak mampu berdiri.

Revan mengangguk mengerti, dia merangkul Aelyn dengan hati-hati sampai masuk kedalam mobilnya, dia kembali memberikan jasnya agar tubuh Aelyn tidak terlalu sering terkena angin malam, dengan penuh kelembutan membuka heels yang Aelyn kenakan, terlihat sebuah luka lebam yang mulai membiru.

“Kita harus ke rumah sakit Aelyn,”

“Aku tidak mau!”

“Jika kau tidak mau, maka kau harus siap kehilangan kakimu!” ucap Revan, karena dirinya tidak bisa sembarangan untuk menyembuhkan kaki Aelyn, apalagi dia begitu minim dengan dunia medis.

“Ba—baiklah” ucap Aelyn.


********


Dirumah sakit, setelah sekian lama Aelyn kembali menginjakkan kakinya di sana, hal yang selalu membuatnya merasa bersalah dan benci pada dirinya sendiri, dia benci saat mengingat bagaimana bodohnya Aelyn yang tidak bisa berada disamping Ibu-nya, sampai akhirnya semua kehancuran itu menjadikan rasa takut dalam segala hal yang akan Aelyn hadapi.

Tubuhnya bergetar dengan rasa panas dingin yang menghasilkan keringat di tangannya, Aelyn tidak suka dengan tatapan orang disana, tapi sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja saat para dokter dan suster memeriksa kondisinya.

“Tidak begitu serius, tapi aku harap kau menjaganya dengan baik, jangan sampai dia memaksakan diri untuk berdiri, aku akan sudah memasangkan alat untuk kakinya,” ucap sang dokter pada Revan yang begitu setia menunggu Aelyn, padahal waktu sudah begitu larut dan seharusnya dia bisa beristirahat.

“Pasien bisa langsung pulangkan dokter?” tanya Revan, dia belum mengerti apa yang terjadi pada Aelyn, karena selama perjalanan gadis itu hanya diam.

“Ya, dia bisa langsung pulang.”

“Terimakasih, dokter.”

Revan mendekati Aelyn setelah para suster dan dokter meninggalkan ruangan itu, pria itu terlalu baik sampai memesan kamar VVIP padahal di ruang UGD sudah cukup untuk memeriksa.

“Sebenarnya apa yang terjadi Aelyn? Kamu mengatakan ingin ke toilet tapi kenapa kamu berada di tempat parkiran?” tanya Revan yang langsung menanyakan beberapa pertanyaan.

Aelyn menghela nafas, seharusnya dirinya yang bertanya dulu kenapa pria itu lagi-lagi melakukan sesuatu tanpa bertanya, ruangan VIP ini, Aelyn tidak suka sesuatu hal yang berlebihan.

“Aku hanya berniat untuk mengambil ponselku di mobilmu, tapi karena ada pria menyebalkan, aku—,” Aelyn terdiam, dia hampir mengungkap hal yang sebenarnya terjadi.

“Pria menyebalkan?” Revan menatap Aelyn dengan bingung.

“Dia menabrakku dan itulah yang terjadi.” lanjut Aelyn, dia membuat sebuah kebohongan, tidak mungkin dia mengatakan jika tadi niatnya untuk mencari udara segar tapi berakhir bertemu dengan pria bernama Ethan itu dan berciuman di mobil?

Aelyn akan mengutuk pria itu jika dia berani lagi mencium dirinya, dan bodohnya Aelyn selalu terdiam di hadapannya, aura dominant dari Ethan dan segala hal yang begitu aneh jika bersamanya.

“Van, aku lelah. Aku ingin segera pulang,” Aelyn tidak ingin masalah sederhana ini menjadi begitu panjang, malam ini cukup menguras seluruh ketakutannya dan Aelyn kembali gagal untuk terbiasa.

“Baiklah,” Revan mengambil kursi roda yang sudah dia ambil sebelumnya, dia cukup gugup saat akan menggendong tubuh Aelyn dan mendudukkannya di kursi roda itu.

Tak butuh lama untuk keduanya keluar dari rumah sakit itu, kini Revan sedang fokus untuk mengemudi menuju rumah Aelyn, walau sudah sering mengantar pulang Aelyn tapi Revan tidak melangkahkan kakinya ke dalam apartemen Aelyn.

“Aelyn,” panggil Revan, dia mengusir kesunyian yang sedari tadi menjadi teman mereka, sebenarnya ada hal yang ingin disampaikan.

Aelyn hanya menatap ke arah Revan dan menunggu apa yang akan pria itu sampaikan.

“Aku tidak yakin jika aku bisa membiarkanmu tinggal sendiri dengan kondisi seperti itu, biarkan aku merawatmu sampai alat itu lepas.” ucap Revan, dia tidak akan melakukan hal yang jahat dan hatinya murni ingin menjaganya.

“Aku bukan anak kecil Van dan kamu sudah banyak membantuku, jangan terlalu khawatir.” ucap Aelyn, dia hanya tidak ingin merepotkan orang lain, Revan sudah banyak membantu selama Aelyn bekerja di Crop Vic Stevano.

Revan menghela nafas resah, dia tidak bisa mengelak keputusan Aelyn, apalagi membuat hatinya tidak nyaman.

“Baik, tapi ingat jangan memaksakan diri!”

“Hm—aku tahu Van, masih ada satu hari libur. Aku akan beristirahat dengan baik.”

“Aku akan mengantarmu sampai kamarmu,”

Aelyn hanya bisa mengangguk, dia tidak bisa merasakan kakinya saat karena obat penghilang rasa nyeri, dia hanya pasrah saat Revan mulai mendorongnya masuk ke dalam lift.

Lift terbuka sampai di lantai kamar Aelyn, pria itu kembali mendorong kursi roda dan berhenti di depan kamar Aelyn yang tidak jauh dari lift, Revan juga membukakan pintu untuk Aelyn.

“Terimakasih untuk semuanya, aku mengacaukan acaramu.” ucap Aelyn sebelum masuk kedalam.

Revan tersenyum, dia menunduk untuk mengacak surai gadis itu, “Hubungi aku jika kamu kesulitan, jaga dirimu baik-baik.”
Aelyn mengangguk paham, dia melambaikan tangan saat Revan mulai melangkah pergi.

“Hubungi aku saat kamu sampai rumah.” ucap Aelyn.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

93