Bab 9 Insiden Kiss
by Liora
08:19,Aug 02,2021
“Akhh!”
Aelyn tersentak dengan tubuh yang menabrak dinding begitu keras, ketika wajahnya terangkat untuk melihat situasi apa yang sedang terjadi, tiba-tiba pria yang mendorongnya dan membuat dirinya berada didalam kekukuhannya, itu langsung mencium bibirnya tanpa mengucapkan satu kalimat-pun.
Bola mata Aelyn berbuka lebar, dia bahkan harus melepaskan ciuman pertamanya pada pria yang kurang ajar itu, dia panik dengan keadaan seperti itu, tenaganya begitu lemah jika memaksa mendorong jadi dengan kesal Aelyn menendang titik kelemahan pria dihadapannya.
Ciuman itu terputus, kesempatan itu Aelyn gunakan untuk melarikan diri tapi kecepatan pria itu tidak bisa diremehkan, pria berpakaian serba hitam itu kembali menarik Aelyn dan menghantamkan tubuhnya di dinding, kembali menyatukan benda kenyal itu.
“Akh!” Aelyn berteriak sedikit disela ciuman itu, pria itu menggigit bibir bawahnya dan membuka mulutnya terbuka.
Dari arah kejauhan ada beberapa pria berbadan besar melintas, mereka berhenti tepat saat Aelyn dan pria itu sedang berciuman.
“Tuan, seperti pria itu tidak melintas jalur ini.” ucap salah satu pria yang ikut dalam pengejaran itu.
Pria yang seperti pemimpin itu mengangguk, “Baiklah, kita berpisah, pokoknya kita harus menemukan pria itu, sebelum Tuan marah!”
Semua pria yang berpakaian serba hitam segera mengikuti perintah sang pemimpi, dia tidak mengganggu kedua orang yang bersembunyi di sela antara rumah dalam kegelapan gang itu.
Aelyn menarik nafas memburu, pasokan udara di paru-pura terkuras saat pria itu terus menciumnya, tanpa berpikir panjang Aelyn memberikan tamparan pada pria itu, dia mengambil tasnya yang terjadi di jalan.
“Tunggu! Bisakah kamu menolongku? Aku akan membayar berapapun untukmu!” ucap pria itu, dia menahan luka yang berada di perutnya, walau sudah ditutup tapi jika tidak diobati akan semakin parah.
Tubuhnya juga tidak kuat lagi untuk berdiri, dengan susah payah dia bersandar dinding.
Aelyn menoleh, suaranya pria itu terdengar familiar. Dia menoleh dan dengan ragu mendekati pria itu.
“Tolong, aku terluka” ucapnya lagi, dia terus memegang perut bagian kirinya, dia sudah terlihat sedikit pucat di balik topinya.
“Apa kau seorang mafia?” tanya Aelyn, walau ketus dalam berbicara, sesungguhnya Aelyn tidak tega jika ada seseorang yang terluka, dia juga mengerti kenapa tadi banyak pria yang berlarian, mungkin saja pria itu adalah incaran dari rombolan tadi.
“Seterah kamu mau berpikir aku siapa, sekarang bawa aku ke rumahmu!”
Pikiran Aelyn kacau, entah kenapa dia mau merangkul pria itu dan membantu berjalan menuju apartemennya.
Tangan segera menekan tombol kode pintu apartemennya, dia menyalakan lampu utama dengan susah payahnya, terburu-buru melepaskan heels dan tas miliknya.
Dengan hati-hati Aelyn melepaskan tubuh pria itu dan membaringkan di sofa ruang tamu, tatapan terkejut terlihat jelas saat topi itu terjauh dan memperlihatkan wajah pria itu.
‘Ethan Stevano’
“Apa yang terjadi pada dirimu?” tanya Aelyn, bagaimana atasannya bisa berada di daerah rumahnya dan semua ini?
Ethan tidak merespon apapun, seperti pria itu pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Aelyn terlihat bingung, apa yang dia harus lakukan untuk pria itu, dia terlalu bodoh dalam dunia medis, apalagi jika ini sudah seharusnya ditangani langsung oleh dokter.
“Kau! Bangunlah dan katakan sesuatu!” lanjut Aelyn, dia menepuk pelan pipi pria itu.
Ethan membuka matanya dengan tubuh yang begitu lemas, tatapannya sedikit kabur dan tidak fokus.
“Ambilan kotak P3K yang kau miliki dan siapkan wajah.” ucapnya, suara begitu lemas.
Aelyn segera bergegas, setidaknya pria itu mengerti, dia membawakan apa yang Ethan pinta. “Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Buka pakaianku,”
“Kau gila?”
“Lakukan saja!”
Ini pertama kali Aelyn membuka pakaian pria, bahkan dia harus sedikit membungkuk untuk bisa mencapainya, Aelyn membuka seluruh pakaian atas pria itu. ‘Dia memiliki tubuh yang bagus.’
“Bersihkan luka itu dengan antibiotik milikmu,”
Aelyn mengangguk paham, lukanya cukup dalam dan darah disekitarnya sudah mulai mengering, dengan tangan yang sedikit gemetar Aelyn penuh hati-hati membersihkan luka itu.
“Bukan seharusnya kamu ke rumah sakit? Luka ini bisa membahayakanmu,”
Ethan tidak menanggapi ucapan Aelyn, dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit, jika dia lekas sembuh Ethan pastikan gerombolan yang tadi mengejarnya akan segera menerima imbalannya.
“Apa lagi setelah ini?” tanya Aelyn, dia sudah membersihkan seluruh lukanya dan melihat garis seperti tusukan pisau, hal itu berhasil membuat merinding membayangkan merasakan ditusuk seperti itu.
“Tutup dengan perban.” ucap Ethan, dia merasa keringat dingin memenuhi keningnya.
“Bagaimana caranya? Bagaimana jika kita pergi ke rumah sakit saja?”
Ethan memaksakan dirinya untuk terduduk di sofa, dia sudah mendapatkan luka ini cukup lama di tempat lain jadi untuk apa ke rumah sakit. “Cepat lakukan!”
Aelyn berjongkok di lantai, kenapa dia nurut saat pria memerintahkannya, dia memberikan kapas dibukanya, lalu menutupnya dengan perban yang harus melilit area pinggang pria itu, sampai tiga kali dia melakukan itu dan terakhir mengikatnya.
Mata pria itu tidak lepas dari gadis dihadapannya, tangannya terulur untuk menarik dagu gadis itu, membuat Aelyn harus menarik kearahnya begitu dekat, Ethan berniat untuk memiringkan wajahnya dan memajukan bibirnya tapi Aelyn menolehkan pandangan.
“Kau, istirahatlah disini,” ucap Aelyn, dia menjauh dari Ethan dengan membawa kotak P3K dan wadah yang berisi darah pria itu.
Aelyn berhenti di wastafel kamar mandinya, setelah membasuh wajahnya, menatap cermin yang ada di hadapannya, bibir bawahnya sedikit terluka karena insiden itu, kenapa? Kenapa harus pria itu yang mengambilnya?
Dia sama sekali tidak mengerti, pikirannya kacau karena kesal dan juga bingung, apalagi saat tadi Ethan yang tiba-tiba menarik wajahnya, mencoba mencium bibirnya lagi.
“Aku tidak peduli!” Ucap Aelyn dengan frustasi, dia kembali melanjutkan kemana dia harus mandi sebelum tidur, dia juga harus mencuci pakaian pria itu dari noda darah.
Aelyn keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan semuanya, tatapan langsung tertuju pada pria itu, tampaknya dia sudah tertidur, tak tega melihatnya tertidur tanpa pakaian.
Aelyn kembali setelah mengambil selimut di dalam kamarnya, dia mengangkat kepala Ethan untuk diselipkan bantal dan menutup tubuhnya dengan selimut, tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan keningnya.
Pria itu berkeringat tapi terasa dingin, Aelyn terulur untuk mengecek suhu tubuhnya. ‘Dia demam.’
“Kau tahu? Kau sungguh merepotkan!” ucap Aelyn pada Ethan yang tertidur, dia meninggalkan pria itu dan kembali ke dapur, jika demam Aelyn masih bisa mengatasinya.
“Aku pastikan kau akan membayar mahal untuk hal ini!”
Aelyn jadi teringat saat Ibunya demam, sepanjang malam dia terus berusaha menurunkan demam itu sampai dirinya tertidur di lantai.
Setelah membasuhkan handuk dengan air hangat, Aelyn segera mengekat keringat pria itu, berulang kali sampai dia harus mengganti air hangat itu.
Hingga tidak sadar sampai jam berapa Aelyn melakukannya, gadis itu ikut tertidur diruang tamu dengan posisi dia tidur di sofa seberang Ethan.
Aelyn tersentak dengan tubuh yang menabrak dinding begitu keras, ketika wajahnya terangkat untuk melihat situasi apa yang sedang terjadi, tiba-tiba pria yang mendorongnya dan membuat dirinya berada didalam kekukuhannya, itu langsung mencium bibirnya tanpa mengucapkan satu kalimat-pun.
Bola mata Aelyn berbuka lebar, dia bahkan harus melepaskan ciuman pertamanya pada pria yang kurang ajar itu, dia panik dengan keadaan seperti itu, tenaganya begitu lemah jika memaksa mendorong jadi dengan kesal Aelyn menendang titik kelemahan pria dihadapannya.
Ciuman itu terputus, kesempatan itu Aelyn gunakan untuk melarikan diri tapi kecepatan pria itu tidak bisa diremehkan, pria berpakaian serba hitam itu kembali menarik Aelyn dan menghantamkan tubuhnya di dinding, kembali menyatukan benda kenyal itu.
“Akh!” Aelyn berteriak sedikit disela ciuman itu, pria itu menggigit bibir bawahnya dan membuka mulutnya terbuka.
Dari arah kejauhan ada beberapa pria berbadan besar melintas, mereka berhenti tepat saat Aelyn dan pria itu sedang berciuman.
“Tuan, seperti pria itu tidak melintas jalur ini.” ucap salah satu pria yang ikut dalam pengejaran itu.
Pria yang seperti pemimpin itu mengangguk, “Baiklah, kita berpisah, pokoknya kita harus menemukan pria itu, sebelum Tuan marah!”
Semua pria yang berpakaian serba hitam segera mengikuti perintah sang pemimpi, dia tidak mengganggu kedua orang yang bersembunyi di sela antara rumah dalam kegelapan gang itu.
Aelyn menarik nafas memburu, pasokan udara di paru-pura terkuras saat pria itu terus menciumnya, tanpa berpikir panjang Aelyn memberikan tamparan pada pria itu, dia mengambil tasnya yang terjadi di jalan.
“Tunggu! Bisakah kamu menolongku? Aku akan membayar berapapun untukmu!” ucap pria itu, dia menahan luka yang berada di perutnya, walau sudah ditutup tapi jika tidak diobati akan semakin parah.
Tubuhnya juga tidak kuat lagi untuk berdiri, dengan susah payah dia bersandar dinding.
Aelyn menoleh, suaranya pria itu terdengar familiar. Dia menoleh dan dengan ragu mendekati pria itu.
“Tolong, aku terluka” ucapnya lagi, dia terus memegang perut bagian kirinya, dia sudah terlihat sedikit pucat di balik topinya.
“Apa kau seorang mafia?” tanya Aelyn, walau ketus dalam berbicara, sesungguhnya Aelyn tidak tega jika ada seseorang yang terluka, dia juga mengerti kenapa tadi banyak pria yang berlarian, mungkin saja pria itu adalah incaran dari rombolan tadi.
“Seterah kamu mau berpikir aku siapa, sekarang bawa aku ke rumahmu!”
Pikiran Aelyn kacau, entah kenapa dia mau merangkul pria itu dan membantu berjalan menuju apartemennya.
Tangan segera menekan tombol kode pintu apartemennya, dia menyalakan lampu utama dengan susah payahnya, terburu-buru melepaskan heels dan tas miliknya.
Dengan hati-hati Aelyn melepaskan tubuh pria itu dan membaringkan di sofa ruang tamu, tatapan terkejut terlihat jelas saat topi itu terjauh dan memperlihatkan wajah pria itu.
‘Ethan Stevano’
“Apa yang terjadi pada dirimu?” tanya Aelyn, bagaimana atasannya bisa berada di daerah rumahnya dan semua ini?
Ethan tidak merespon apapun, seperti pria itu pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Aelyn terlihat bingung, apa yang dia harus lakukan untuk pria itu, dia terlalu bodoh dalam dunia medis, apalagi jika ini sudah seharusnya ditangani langsung oleh dokter.
“Kau! Bangunlah dan katakan sesuatu!” lanjut Aelyn, dia menepuk pelan pipi pria itu.
Ethan membuka matanya dengan tubuh yang begitu lemas, tatapannya sedikit kabur dan tidak fokus.
“Ambilan kotak P3K yang kau miliki dan siapkan wajah.” ucapnya, suara begitu lemas.
Aelyn segera bergegas, setidaknya pria itu mengerti, dia membawakan apa yang Ethan pinta. “Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Buka pakaianku,”
“Kau gila?”
“Lakukan saja!”
Ini pertama kali Aelyn membuka pakaian pria, bahkan dia harus sedikit membungkuk untuk bisa mencapainya, Aelyn membuka seluruh pakaian atas pria itu. ‘Dia memiliki tubuh yang bagus.’
“Bersihkan luka itu dengan antibiotik milikmu,”
Aelyn mengangguk paham, lukanya cukup dalam dan darah disekitarnya sudah mulai mengering, dengan tangan yang sedikit gemetar Aelyn penuh hati-hati membersihkan luka itu.
“Bukan seharusnya kamu ke rumah sakit? Luka ini bisa membahayakanmu,”
Ethan tidak menanggapi ucapan Aelyn, dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit, jika dia lekas sembuh Ethan pastikan gerombolan yang tadi mengejarnya akan segera menerima imbalannya.
“Apa lagi setelah ini?” tanya Aelyn, dia sudah membersihkan seluruh lukanya dan melihat garis seperti tusukan pisau, hal itu berhasil membuat merinding membayangkan merasakan ditusuk seperti itu.
“Tutup dengan perban.” ucap Ethan, dia merasa keringat dingin memenuhi keningnya.
“Bagaimana caranya? Bagaimana jika kita pergi ke rumah sakit saja?”
Ethan memaksakan dirinya untuk terduduk di sofa, dia sudah mendapatkan luka ini cukup lama di tempat lain jadi untuk apa ke rumah sakit. “Cepat lakukan!”
Aelyn berjongkok di lantai, kenapa dia nurut saat pria memerintahkannya, dia memberikan kapas dibukanya, lalu menutupnya dengan perban yang harus melilit area pinggang pria itu, sampai tiga kali dia melakukan itu dan terakhir mengikatnya.
Mata pria itu tidak lepas dari gadis dihadapannya, tangannya terulur untuk menarik dagu gadis itu, membuat Aelyn harus menarik kearahnya begitu dekat, Ethan berniat untuk memiringkan wajahnya dan memajukan bibirnya tapi Aelyn menolehkan pandangan.
“Kau, istirahatlah disini,” ucap Aelyn, dia menjauh dari Ethan dengan membawa kotak P3K dan wadah yang berisi darah pria itu.
Aelyn berhenti di wastafel kamar mandinya, setelah membasuh wajahnya, menatap cermin yang ada di hadapannya, bibir bawahnya sedikit terluka karena insiden itu, kenapa? Kenapa harus pria itu yang mengambilnya?
Dia sama sekali tidak mengerti, pikirannya kacau karena kesal dan juga bingung, apalagi saat tadi Ethan yang tiba-tiba menarik wajahnya, mencoba mencium bibirnya lagi.
“Aku tidak peduli!” Ucap Aelyn dengan frustasi, dia kembali melanjutkan kemana dia harus mandi sebelum tidur, dia juga harus mencuci pakaian pria itu dari noda darah.
Aelyn keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan semuanya, tatapan langsung tertuju pada pria itu, tampaknya dia sudah tertidur, tak tega melihatnya tertidur tanpa pakaian.
Aelyn kembali setelah mengambil selimut di dalam kamarnya, dia mengangkat kepala Ethan untuk diselipkan bantal dan menutup tubuhnya dengan selimut, tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan keningnya.
Pria itu berkeringat tapi terasa dingin, Aelyn terulur untuk mengecek suhu tubuhnya. ‘Dia demam.’
“Kau tahu? Kau sungguh merepotkan!” ucap Aelyn pada Ethan yang tertidur, dia meninggalkan pria itu dan kembali ke dapur, jika demam Aelyn masih bisa mengatasinya.
“Aku pastikan kau akan membayar mahal untuk hal ini!”
Aelyn jadi teringat saat Ibunya demam, sepanjang malam dia terus berusaha menurunkan demam itu sampai dirinya tertidur di lantai.
Setelah membasuhkan handuk dengan air hangat, Aelyn segera mengekat keringat pria itu, berulang kali sampai dia harus mengganti air hangat itu.
Hingga tidak sadar sampai jam berapa Aelyn melakukannya, gadis itu ikut tertidur diruang tamu dengan posisi dia tidur di sofa seberang Ethan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved