Bab 11 Aku akan menikah
by Irma W
09:48,Aug 02,2021
Laura dan Mika sudah berada disalah satu restoran mewah. Mika sedang melihat menu yang tersedia di meja. Mika memesan steak, sedangkan Laura hanya mengikuti apa yang dipesan Mika saat menawarinya mau memesan apa.
Di kantor gossip mulai beredar, jika Demian akan menikah dengan adik Sonya. Semua membicarakan bagaimana keadaan Sonya ketika Demian akan menikahi adiknya.
“Jika benar Tuan Demian akan menikah dengan adiknya Sonya, pasti Sonya sangat terluka saat ini,” kata salah satu karyawan.
“Pasti Sonya telah dicampakkan oleh Tuan Demian,” sambung karyawan lain.
“Kaliankah tahu kalau Sonya dan Tuan Demian itu berhubungan, mana mungkin Tuan Demian menikah dengan adiknya Sonya.” Ratih menjawab dengan tidak percaya.
Ratih temannya Sonya itu, memang tidak percaya dengan kabar tersebut. Ia percaya bahwa itu hanya kabar burung semata. Namun, tidak bisa dielak kabar itu memang benar, bahkan besok adalah hari pernikahannya.
Deru tidak bisa pura-pura tidak mendengarnya, karena seluruh karyawannya membicarakan perihal tersebut. Deru tidak terlalu peduli dan menanggapi ocehan para karyawannya karena tahu sifat mereka yang memang suka bergosip. lain halnya dengan Demian yang marah dengan gosip itu. Bukan marah karena dirinya digosipkan tapi Ia marah karena mereka menggosipkan Sonya.
Demian berjalan mendekat ke karyawan yang sedang membicarakannya itu. “Berhenti membicarakan perihal selain masalah pekerjaan. Kembalilah bekerja sekarang!” bentak Demian membubarkan mereka.
Laura dan Mika tengah menikmati makanan yang sudah tersaji. Selesai makan Mika mulai bertanya tentang Laura, ia ingin mengenal lebih dalam lagi tentang Laura.
“Sudah lama kau bekerja di sana?” tanya Mika
“Hampir empat tahun saya bekerja di sana,” sahut Laura. “Kalau boleh tahu, dari mana Bibi tahu tempat kerjaku?” Laura yang kini gantian bertanya.
“Bibi dan ibumu pergi ke aula pernikahan kalian nanti. Sebelum kami berpisah, Bibi sempat bertanya dimana tempat kerjamu,” ujar Mika .
Laura manggut-manggut sambil tersenyum. “Oh begitu.”
Selesai berbincang Mika mengantarkan Laura kembali ke Restoran tempat ia bekerja.
“Terimakasih, Bibi” Laura turun dari mobil dan tersenyum kepada Mika yang membalasnya dengan sebuah senyuman juga.
“Kau tidak bisa membawa baju ini sambil bekerja, aku akan mengirimkannya nanti malam. Sopirku yang akan mengantar.” kata Mika dari dalam mobilnya.
Laura mengangguk setuju, setelah mobil Mika melaju, ia masuk ke dalam lagi untuk bekerja.
Rafa yang melihat Laura kembali langsung menanyainya. “kau pergi kemana tadi?”
Belum sempat menjawab pertanyaan Rafa seseorang menyahut. “Aku tadi melihatmu bersama dengan istri dari pengusaha terkenal di kota ini. ada urusan apa dia denganmu,” timbruk pelayan yang sempat melihat Laura pergi bersama Mika saat mengantar makanan.
“Tidak ada urusan apa-apa.” Laura berbohong supaya tidak ada lagi orang yang bertanya lagi nantinya. “Dia hanya memintaku untuk membantunya sebentar,” sambung Laura.
Rafa belum puas dengan yang baru diucapkan Laura, ia masih penasaran. Namun, ia tidak enak jika dia bertanya lagi padanya.
Waktu pulang bekerja telah tiba, Rafa kembali mengajak Laura untuk pulang bersamanya. Laura pun setuju dengan ajakan itu. Rafa tahu ada beban yang sedang dipikirkan Laura.
Saat mengendarai motornya Rafa menghentikan motornya di salah satu taman tempat di mana banyak permainan anak-anak seperti biang lala dan lain-lain. Ia menyuruh Laura untuk turun. Laura yang nampak bingung menuruti perkataan Demian.
“Kenapa kau mengajakku ke sini?” tanya Laura yang sedang melepas helmnya.
“Kita duduklah dulu sebentar dan menikmatinya.” Ia menunjuk pada sebuah bangku disana.
Mereka berjalan menuju bangku tersebut, lalu duduk. Untuk sejenak Laura merasa lebih tenang.
“Aku akan menikah besok.” Jantung Rafa serasa berhenti berdetak saat itu juga saat Laura mengatakan itu.
“Kau benar-benar akan menikah?” Tanya Rafa tidak percaya. “Kau kemarin baru mengatakan ingin berpisah dariku dan kini kau mengatakan akan menikah. Apa kau tidak memikirkan perasaanku sama sekali?" Suara Rafa mulai meninggi tapi berat untuk marah.
Laura tahu bahwa dirinya sudah menyakiti perasaan Rafa, tapi tetap saja dia harus mengatakan itu. sama seperti Rafa hatinya pun sakit. Walaupun kakaknya dan Demian sudah berencana untuk tetap berhubungan dan sudah menyuruhnya jika dia bisa tetap berhubungan jika Laura memiliki kekasih, tapi bagi Laura memilih berpisah jika harus menyakiti Rafa sekali lagi.
Laura juga berfikir pernikahan bukanlah mainan, ia akan terikat dengan Demian melalui ikrar janji dalam pernikahan.
“Hatiku juga sakit harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai, tapi ini keputusanku, bagaimanapun aku harus melakukannya.” ujar Laura.
Rafa yang melihat Laura menangis tidak bisa lagi menekannya. Rafa dan Laura merasakan sakit yang sama. “Aku akan mengantarmu pulang.” Rafa akhirnya memilih mengalah. Rafa dan Laura akhirnya melanjutkan perjalanan pulang.
Laura yang tengah berada di perjalanan pulang, Supir Mika sudah sampai di rumah Laura mengantarkan perintah majikannya untuk mengantar baju pengantin yang dibeli tadi.
Supir mika mengetuk pintu rumah Laura, tak lama kemudian Sonya datang membuka pintu. Supir itu memberikan sebuah kotak yang berisi baju pengantin Laura.
“Ini dari nyonya Mika untuk diberikan kepada Nona Laura.” Supir itu kemudian memberikannya pada Sonya.
“Apa ini?” tanya Sonya menerima kotak tersebut.
“Saya tidak tahu, saya hanya disuruh untuk mengantarkan ini. saya permisi.” Jawab Pak supir yang mengantarkan barang itu dan kemudian pergi dari sana setelah Sonya menerima barang tersebut.
Sonya menutup pintu dan masuk ke dalam. Karena penasaran ia duduk di sofa dan membuka isi kotak tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat isi kotak tersebut, sebuah gaun pengantin yang sangat cantik itu kini dipegangnya. Sonya mulai menitikkan air matanya, karena dia sadar gaun pengantin yang dipegangnya saat ini bukanlah miliknya tetapi milik adiknya.
Rafa mengantar Laura sampai di depan rumahnya. Laura turun lalu melepas helmnya dan memberikannya pada Rafa. “Terimakasih sudah mengantarku.” Laura tersenyum.
“Aku tidak akan pernah rela berpisah darimu, entah kau akan menikah dengan siapa. Tapi, kau tetaplah milikku. Ingat itu!” Rafa melajukan motornya meninggalkan Laura.
Laura menghela nafas, dan masuk ke dalam, saat berjalan menuju kamarnya ia melihat kakaknya sedang menangis sambil memeluk sebuah gaun pengantin.
“Ada apa Sonya?” tanya Laura memegang pundak Sonya.
Sonya melihat ke arah Laura lalu berdiri dan menjambak rambut Laura. “Kenapa kau masih bertanya, aku yang seharusnya memakai gau pengantin ini bukan dirimu.”
Sonya menjambak dengan keras rambut Laura sambil menunjukkan gaunnya ke Laura. “Kau sudah merebutnya dariku.”
Teriakan Sonya membuat Renita dan Andrew keluar dari kamar.
“Sonya lepaskan Laura!” perintah Andrew setelah melihat kedua putrinya sedang berkelahi.
“Sonya, sudah lepaskan tanganmu.” Renita mencoba melepaskan tangan Sonya di rambut Laura.
Sonya akhirnya melepaskan jambakannya itu. Andrew menyuruh Laura untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Laura tidak beranjak, ia justru menatap Sonya.
“Bukankah kau yang memintaku untuk menikah dengan Demian, lalu kenapa kau menangis dan marah-marah kepadaku? Bukaankah seharusnya kau senang aku menyetujui permintaanmu untuk menikah dengannya!” teriak Laura sambil menangis.
Renita mendekat ke arah Laura dan menamparnya dengan keras. Andrew dan Sonya terkejut melihat perbuatan Renita pada Laura. Sedangkan Laura yang di tampar hanya menangis menatap ibunya.
“Masuklah ke kamarmu sekarang! Dan bawa gaun sumber masalah ini” bentak ibunya memberikan gaun itu sambil mendorong tubuh Laura.
Laura meninggalkan mereka dan berlari ke kamarnya sambil menangis. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ibunya lakukan padanya.
“Dan kau Sonya masuk lah kekamarmu juga.” Renita juga menyuh Sonya utuk masuk ke dalam kamarnya. Sonya mendengarkan ucapan ibunya karena takut jika membantah ia akan bernasib sama dengan Laura.
“Apa yang kau lakukan, apa kau sadar dengan perbuatanmu?” salak Andrew setelah kedua putrinya masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
Renita duduk lemas tak menjawab. Menurutnya apa yang dia lakukan tadi benar, karena sikap Laura yang tidak sopan pada kakaknya. Malam pernikahan bukannya menjadi malam kebahagiaan malah menjadi malam kekacauan di rumah Andrew.
***
Di kantor gossip mulai beredar, jika Demian akan menikah dengan adik Sonya. Semua membicarakan bagaimana keadaan Sonya ketika Demian akan menikahi adiknya.
“Jika benar Tuan Demian akan menikah dengan adiknya Sonya, pasti Sonya sangat terluka saat ini,” kata salah satu karyawan.
“Pasti Sonya telah dicampakkan oleh Tuan Demian,” sambung karyawan lain.
“Kaliankah tahu kalau Sonya dan Tuan Demian itu berhubungan, mana mungkin Tuan Demian menikah dengan adiknya Sonya.” Ratih menjawab dengan tidak percaya.
Ratih temannya Sonya itu, memang tidak percaya dengan kabar tersebut. Ia percaya bahwa itu hanya kabar burung semata. Namun, tidak bisa dielak kabar itu memang benar, bahkan besok adalah hari pernikahannya.
Deru tidak bisa pura-pura tidak mendengarnya, karena seluruh karyawannya membicarakan perihal tersebut. Deru tidak terlalu peduli dan menanggapi ocehan para karyawannya karena tahu sifat mereka yang memang suka bergosip. lain halnya dengan Demian yang marah dengan gosip itu. Bukan marah karena dirinya digosipkan tapi Ia marah karena mereka menggosipkan Sonya.
Demian berjalan mendekat ke karyawan yang sedang membicarakannya itu. “Berhenti membicarakan perihal selain masalah pekerjaan. Kembalilah bekerja sekarang!” bentak Demian membubarkan mereka.
Laura dan Mika tengah menikmati makanan yang sudah tersaji. Selesai makan Mika mulai bertanya tentang Laura, ia ingin mengenal lebih dalam lagi tentang Laura.
“Sudah lama kau bekerja di sana?” tanya Mika
“Hampir empat tahun saya bekerja di sana,” sahut Laura. “Kalau boleh tahu, dari mana Bibi tahu tempat kerjaku?” Laura yang kini gantian bertanya.
“Bibi dan ibumu pergi ke aula pernikahan kalian nanti. Sebelum kami berpisah, Bibi sempat bertanya dimana tempat kerjamu,” ujar Mika .
Laura manggut-manggut sambil tersenyum. “Oh begitu.”
Selesai berbincang Mika mengantarkan Laura kembali ke Restoran tempat ia bekerja.
“Terimakasih, Bibi” Laura turun dari mobil dan tersenyum kepada Mika yang membalasnya dengan sebuah senyuman juga.
“Kau tidak bisa membawa baju ini sambil bekerja, aku akan mengirimkannya nanti malam. Sopirku yang akan mengantar.” kata Mika dari dalam mobilnya.
Laura mengangguk setuju, setelah mobil Mika melaju, ia masuk ke dalam lagi untuk bekerja.
Rafa yang melihat Laura kembali langsung menanyainya. “kau pergi kemana tadi?”
Belum sempat menjawab pertanyaan Rafa seseorang menyahut. “Aku tadi melihatmu bersama dengan istri dari pengusaha terkenal di kota ini. ada urusan apa dia denganmu,” timbruk pelayan yang sempat melihat Laura pergi bersama Mika saat mengantar makanan.
“Tidak ada urusan apa-apa.” Laura berbohong supaya tidak ada lagi orang yang bertanya lagi nantinya. “Dia hanya memintaku untuk membantunya sebentar,” sambung Laura.
Rafa belum puas dengan yang baru diucapkan Laura, ia masih penasaran. Namun, ia tidak enak jika dia bertanya lagi padanya.
Waktu pulang bekerja telah tiba, Rafa kembali mengajak Laura untuk pulang bersamanya. Laura pun setuju dengan ajakan itu. Rafa tahu ada beban yang sedang dipikirkan Laura.
Saat mengendarai motornya Rafa menghentikan motornya di salah satu taman tempat di mana banyak permainan anak-anak seperti biang lala dan lain-lain. Ia menyuruh Laura untuk turun. Laura yang nampak bingung menuruti perkataan Demian.
“Kenapa kau mengajakku ke sini?” tanya Laura yang sedang melepas helmnya.
“Kita duduklah dulu sebentar dan menikmatinya.” Ia menunjuk pada sebuah bangku disana.
Mereka berjalan menuju bangku tersebut, lalu duduk. Untuk sejenak Laura merasa lebih tenang.
“Aku akan menikah besok.” Jantung Rafa serasa berhenti berdetak saat itu juga saat Laura mengatakan itu.
“Kau benar-benar akan menikah?” Tanya Rafa tidak percaya. “Kau kemarin baru mengatakan ingin berpisah dariku dan kini kau mengatakan akan menikah. Apa kau tidak memikirkan perasaanku sama sekali?" Suara Rafa mulai meninggi tapi berat untuk marah.
Laura tahu bahwa dirinya sudah menyakiti perasaan Rafa, tapi tetap saja dia harus mengatakan itu. sama seperti Rafa hatinya pun sakit. Walaupun kakaknya dan Demian sudah berencana untuk tetap berhubungan dan sudah menyuruhnya jika dia bisa tetap berhubungan jika Laura memiliki kekasih, tapi bagi Laura memilih berpisah jika harus menyakiti Rafa sekali lagi.
Laura juga berfikir pernikahan bukanlah mainan, ia akan terikat dengan Demian melalui ikrar janji dalam pernikahan.
“Hatiku juga sakit harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai, tapi ini keputusanku, bagaimanapun aku harus melakukannya.” ujar Laura.
Rafa yang melihat Laura menangis tidak bisa lagi menekannya. Rafa dan Laura merasakan sakit yang sama. “Aku akan mengantarmu pulang.” Rafa akhirnya memilih mengalah. Rafa dan Laura akhirnya melanjutkan perjalanan pulang.
Laura yang tengah berada di perjalanan pulang, Supir Mika sudah sampai di rumah Laura mengantarkan perintah majikannya untuk mengantar baju pengantin yang dibeli tadi.
Supir mika mengetuk pintu rumah Laura, tak lama kemudian Sonya datang membuka pintu. Supir itu memberikan sebuah kotak yang berisi baju pengantin Laura.
“Ini dari nyonya Mika untuk diberikan kepada Nona Laura.” Supir itu kemudian memberikannya pada Sonya.
“Apa ini?” tanya Sonya menerima kotak tersebut.
“Saya tidak tahu, saya hanya disuruh untuk mengantarkan ini. saya permisi.” Jawab Pak supir yang mengantarkan barang itu dan kemudian pergi dari sana setelah Sonya menerima barang tersebut.
Sonya menutup pintu dan masuk ke dalam. Karena penasaran ia duduk di sofa dan membuka isi kotak tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat isi kotak tersebut, sebuah gaun pengantin yang sangat cantik itu kini dipegangnya. Sonya mulai menitikkan air matanya, karena dia sadar gaun pengantin yang dipegangnya saat ini bukanlah miliknya tetapi milik adiknya.
Rafa mengantar Laura sampai di depan rumahnya. Laura turun lalu melepas helmnya dan memberikannya pada Rafa. “Terimakasih sudah mengantarku.” Laura tersenyum.
“Aku tidak akan pernah rela berpisah darimu, entah kau akan menikah dengan siapa. Tapi, kau tetaplah milikku. Ingat itu!” Rafa melajukan motornya meninggalkan Laura.
Laura menghela nafas, dan masuk ke dalam, saat berjalan menuju kamarnya ia melihat kakaknya sedang menangis sambil memeluk sebuah gaun pengantin.
“Ada apa Sonya?” tanya Laura memegang pundak Sonya.
Sonya melihat ke arah Laura lalu berdiri dan menjambak rambut Laura. “Kenapa kau masih bertanya, aku yang seharusnya memakai gau pengantin ini bukan dirimu.”
Sonya menjambak dengan keras rambut Laura sambil menunjukkan gaunnya ke Laura. “Kau sudah merebutnya dariku.”
Teriakan Sonya membuat Renita dan Andrew keluar dari kamar.
“Sonya lepaskan Laura!” perintah Andrew setelah melihat kedua putrinya sedang berkelahi.
“Sonya, sudah lepaskan tanganmu.” Renita mencoba melepaskan tangan Sonya di rambut Laura.
Sonya akhirnya melepaskan jambakannya itu. Andrew menyuruh Laura untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Laura tidak beranjak, ia justru menatap Sonya.
“Bukankah kau yang memintaku untuk menikah dengan Demian, lalu kenapa kau menangis dan marah-marah kepadaku? Bukaankah seharusnya kau senang aku menyetujui permintaanmu untuk menikah dengannya!” teriak Laura sambil menangis.
Renita mendekat ke arah Laura dan menamparnya dengan keras. Andrew dan Sonya terkejut melihat perbuatan Renita pada Laura. Sedangkan Laura yang di tampar hanya menangis menatap ibunya.
“Masuklah ke kamarmu sekarang! Dan bawa gaun sumber masalah ini” bentak ibunya memberikan gaun itu sambil mendorong tubuh Laura.
Laura meninggalkan mereka dan berlari ke kamarnya sambil menangis. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ibunya lakukan padanya.
“Dan kau Sonya masuk lah kekamarmu juga.” Renita juga menyuh Sonya utuk masuk ke dalam kamarnya. Sonya mendengarkan ucapan ibunya karena takut jika membantah ia akan bernasib sama dengan Laura.
“Apa yang kau lakukan, apa kau sadar dengan perbuatanmu?” salak Andrew setelah kedua putrinya masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
Renita duduk lemas tak menjawab. Menurutnya apa yang dia lakukan tadi benar, karena sikap Laura yang tidak sopan pada kakaknya. Malam pernikahan bukannya menjadi malam kebahagiaan malah menjadi malam kekacauan di rumah Andrew.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved