Bab 4 Karena sebuah kutukan

by Irma W 09:44,Aug 02,2021
Mobil Demian sudah terparkir di halaman gedung kantor. Demian mengamati semua orang yang keluar dari perusahaan dari dalam mobil. Saat ini ia belum melihat kekasihnya keluar dari kantor, Demian mencoba menelponnya, tap tak diangkat oleh Sonya. Demian juga mengirim pesan untuknya.

Saat ini orang yang ditunggunya masih duduk di tempat kerjanya dan sengaja keluar terlambat untuk memberi pelajaran pada Demian. Saat ponsel Sonya berdering, mengetahui itu telpon dari Demian dia sengaja tak mengangkatnya, supaya juga Demian merasakan apa yang dirasakan Sonya.

"Rasakan itu!” hardik Sonya sambil melotot pada ponselnya yang berdering terus menerus.

“Kemana Sonya? Kenapa tak mengangkatnya?” Demian mulai kesal dalam mobil.

Kini Demian yang merasa kebingungan melihat kekasihnya belum keluar dari kantor, mulai gelisah. Ia duduk sambil beberapa kali menggeser pantat dan mendongak keluar dari kaca jendela.

Setelah satu jam mengabaikan Demian, Sonya akhirnya memutuskan untuk pulang. Saat melihat Sonya tengah berlenggak menjauh dari teras kantor, Demian spontan mendesah berat.

"Kenapa tidak menjawab telponku?" tanya Demian. "Dan kenapa kau baru keluar?" Demian terus saja nyerocos sementara Sonya sibuk duduk sambil memakai sabuk mengaman.

Setelah sabuk terpasang, Sonya pun segera menatap tajam ke arah Demian. “Kemana saja kau?” Sonya menghadap ke Demian.

“aku akan jelaskan semuanya nanti.” Jawab Demian yang serius menyetir saat ini.

Demian menghentikan mobilnya di parkiran salah satu tempat makan.

“Tanyakan semua yang ingin kamu tanyakan padaku.” Ucap Demian menghadap Sonya saat mereka masih berada di mobil.

“Kenapa kau menyuruhku untuk berbohong pada ayahmu bahwa aku anak kedua, dan kemana saja kamu? Apakah ini ada hubungannya dengan kutukan apalah itu.” Tanya Sonya dengan marah.

Gery mengembuskan kasar napasnya saat pertanyaan Sonya terdengar begitu panjang.

“Memang ada hubungannya dengan kutukan itu," jawab Demian. "Keluargaku percaya tentang kutukan yang sudah mereka percayai secara turun temurun.”

Sonya tertegun sesaat karena bingung. Ia selalu menepis saat ada yang membahas soal kutukan di kantor. Dan saat dirinya memang tidak percaya tentang gosip itu, Demian justru membahas mengenai kutukan hingga membuat Sonya semakin bingung.

Demian menjelaskan semuanya tentang kutukan itu bahwa dari dulu di dalam keluarganya tidak boleh ada yang menikahkan anak pertamanya dengan putra atau putri pertama pasangannya. Jika tidak mala petaka akan datang menimpa keluarganya. Dan ayahnya sangat khawatir dan agak protektif kepadanya supaya tidak terjadi sesuatu.

“Itukah alasan ayahmu menanyakan itu padaku?” tanya Sonya yang masih dengan raut wajah bingung dan tidak percaya.

“Begitulah keluargaku.” Demian menjawab dengan pasrah, karena sebenarnya ia juga bingung antara percaya dan tidak percaya pada kutukan itu.

Sonya diam masih mencerna semua perkataan Demian.

“Kali ini aku bisa berbohong, tapi tidak tahu nantinya aku khawatir kita pasti ketahuan. Aku tak ingin berpisah darimu.” Sonya memegang tangan Demian karena dia sangat khawatir pada hubungannya ini.

“Tenang saja, kau harus mengikuti semua yang aku katakan. Aku berniat menemui orangtuamu minggu ini.”

“Bagaimana jika nanti saat kau dan keluargamu datang ke rumahku dan bertanya lagi pada keluargaku?” kali ini Sonya benar-benar khawatir.

Dia sangat takut akan kehilangan orang yang sangat dicintainya itu.

“Aku akan mencoba membicarakan ini pada orangtuaku dan menyuruh mereka berbohong aku yakin mereka pasti bisa mengerti” sambung Sonya.

“Apa kau yakin dengan cara ini? Jika sampai kebohongan ini terungkap keluargaku pasti akan sangat marah.” meski ide Sonya terdengar bagus, tapi Demian tetap was-was.

Mereka masih berdebat di dalam mobil memikirkan solusi untuk masalah mereka.

“Turunlah dulu dan kita pergi makan.” Ucap Demian untuk menenangkan Sonya yang terlihat sangat khawatir.

Mereka akhirnya turun dari mobil dan makan malam bersama.

Sedangkan di rumah Mika sangat khawatir anak tunggalnya belum pulang. Ia berkali-kali keluar rumah berharap anaknya pulang. Deru yang melihat istrinya panik itu menyusul keluar.

“Jangan khawatir baru jam segini, nanti juga dia pulang.” Deru yang terlihat santai meminta istrinya untuk tidak terlalu mencemaskan Demian.

Selesai makan Demian mengantar Sonya pulang. “Jangan dipikirkan lagi aku pasti akan mencari solusinya.” Ucap Demian saat mereka hendak masuk kedalam mobil.

Sonya hanya bisa tersenyum pasrah, meskipun hatinya masih diselimuti kekhawatiran.

Setelah mengantar Sonya pulang, Demian pulang ke rumahnya. Hati Mika yang tadinya cemas melihat anaknya belum juga pulang akhirnya bisa tersenyum melihat mobil anaknya.


“Nak,” sapa Mika melihat anaknya turun dari mobil.

Tanpa menjawab Demian langsung masuk ke rumah dan mengabaikan ibunya itu. Mika sedih melihat anaknya masih marah padanya, kemudian menyusul masuk ke dalam rumah.

Dirumah Sonya duduk di sofa dan melamun. Adik perempuannya yang melihatnya datang dan membuyarkan lamunan Sonya.

“Ada apa, kak?” tanya Laura adik, kandung Sonya.

“Aku tidak kenapa-napa.” jawab sonya lemas.

Orang tuanya yang melihat juga heran apa yang terjadi pada anaknya. “Apa terjadi sesuatu?” tanya Renita dan langsung duduk di samping Sonya.

Sonya mendesah lalu menoleh menatap ibunya. “Ayah, ibu sebenarnya aku dan Tuan Demian, kami menjalin hubungan. Dia sudah mengajakku untuk menikah.” Sonya menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Orang tuanya sangat terkejut dengan pernyataan anaknya itu, bagaimana bisa dia baru memberitahunya. Cincin yang melingkar itu masih Sonya tatap beberapa saat.

"Apa kau serius?"

“Maaf karena baru mengatakanya, aku takut jika kalian tidak setuju dengan hubunganku.” Sonya yang menunduk merasa bersalah.

Orang tuanya masih belum berkutip apa-apa dan menunggu Sonya menjelaskan semuanya.

“Aku sangat mencintainya, izinkan aku menikah dengannya!” Sonya memegang tangan ibunya meminta persetujuannya.

Untuk Sonya, apapun pasti akan disetujui, termasuk soal asmara. Dengan siapapun dia menikah, akan selalu mendapat dukungan apalagi jelas kalau Demian keturunan konglomerat.

“Apa kau sudah bertemu orang tuanya?” tanya ibunya untuk memastikan.

“Sudah. aku sudah bertemu dengan mereka, dan mereka juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga kita.” Sonya kembali meyakinkan orangtuanya.

Renita menatap Andrew untuk memberikan persetujuannya.

“Suruh dia datang ke rumah jika dia benar-benar ingin menikahimu!” seru Andrew yang berjalan pergi meninggalkan mereka.

Senyum bahagia Sonya terukir sangat jelas di wajahnya. “Dia mengatakan akan datang minggu ini.” Sonya mengatakan pada ibunya dengan sangat gembira.

Sonya pergi meninggalkan ibunya yang berada diruang tamu dan pergi menuju kamarnya. Sonya kemudian mengirim pesan untuk Demian bahwa ia sudah mengatakan pada orangtuanya dan dia bisa pergi ke rumahnya minggu ini.

Pesan dari Sonya sudah sampai di ponsel Demian. Demian senang membaca kabar baik dari Sonya. Demian yang masih bingung dengan apa yang harus ia lakukan untuk menyembunyikan jika Sonya adalah anak pertama bukan kedua. Kutukan itu juga sangat menghantuinya.

“Apa yang harus kuperbuat?” Demian mengacak rambutnya karena frustrasi. “apa aku bicara jujur saja pada ayah dan ibu?”

Demian berpikiran untuk berkata jujur pada orangtuanya tapi, jika dia berkata jujur hubungannya dengan Sonya akan berakhir saat itu juga. dia juga akan kehilangan wanita yang sangat dicintainya itu dan mengkhianati Sonya karena telah berharap banyak padanya.
***

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100