Bab 10 Menjelang pernikahan
by Irma W
09:48,Aug 02,2021
Satu hari menuju pernikahan Demian dan Laura.
Deru dan Demian beraktivitas seperti biasa, berangkat ke kantor dan kini sudah disibukkan dengan pekerjaan kantor. Sonya mengambil cuti satu minggu di kantornya untuk menenangkan diri. Sedangkan Laura juga sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Renita sudah pergi ke gedung aula pernikahan Demian dan Laura untuk membantu Mika mengecek segala persiapan pernikahan. Mika menginginkan pernikahan besar untuk putra tunggalnya itu.
Kemarin Laura tidak jadi bertanya pada Sonya, ia akan bertanya pada Sonya, sebelum ia berangkat bekerja. Laura membuka pintu kamarnya, ia berjalan menuju kamar Sonya, Ia mengetuk pintu, tapi tidak mendengar jawaban apa-apa dari dalam. Laura membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci, ia melihat Sonya yang masih terbaring di tempat tidurnya
“Apa dia masih tidur?” gumam Laura sembari berjalan mendekati Sonya.
Saat Laura sudah berada di samping ranjang, tiba-tiba Sonya terbangun dan mengejutkan Laura. “Mau apa kau ke sini?” ketus Laura.
“Kenapa kau mengejutkanku? ” hardik Laura sambil mengusap dada.
Sonya bangun dari tempat tidur dan duduk di tepian ranjang “Ada apa, kau perlu sesuatu?” Tanya Sonya sambil mengambil kuncir rambut yang berada di meja samping tempat tidurnya dan mengikat rambutnya yang berantakan.
“Demian sudah memberitahuku tentang rencana kalian, kenapa kalian tidak bilang sebelumnya?” tanya Laura dengan ketus.
Sonya merapikan rambutnya setelah di kuncir dan menjawab Laura. “Kau saja yang tidak berfikir kenapa aku dengan mudah menyuruhmu menikah dengan Demian. Sudahlah, jika kau punya pacar kau bisa saja tetap berhubungan dengannya. Jadi itu impaskan?” jawab Sonya dengan santainya.
Laura tidak habis pikir bagaimana bisa Sonya berpikir semudah itu. Yang namanya sudah menikah, mana boleh berhubungan dengan orang lain?
Ketika Laura hendak membalas perkataan Laura, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Rafa. Laura mematikan ponsel dan kembali fokus menatap Sonya.
“Kau membuat pernikahan menjadi sebuah mainan?” tanya Laura. “Jika aku tahu sebelumnya tentang rencana kalian, aku tidak akan menyetujuinya.” Sambungnya.
Sonya hanya mendengus kesal mendengar ocehan Laura. “Dari pada ngoceh terus di sini lebih, baik berangkat bekerja.” Sonya menjawab dengan ketus.
Menahan amarah karena sifat Sonya yang tidak jelas, Laura menghentakkan kali lalu beranjak pergi.
Sampai di tempat kerjanya, ia masuk ke dapur dan langsung dimarahi oleh bosnya yang sudah menunggunya dari tadi.
“Kemana saja kau? apa sudah tidak mau bekerja?”
Laura hanya menunduk saat bosnya bertanya. Semua mata teman-teman yang satu bidang dengannya tertuju pada Laura.
“Kalau kau terlambat lagi, aku akan memecatmu.” ancam bosnya. “Semuanya kembali bekerja!” perintah bosnya yang melihat karyawanya sedang menonton Layra dimarahi.
Bosnya pergi meninggalkan dapur, Laura menghela nafas lega karena ia tidak dipecat. Rafa yang tadi menyaksikan Laura dimarahi mendekat.
“Darimana saja kau?” Tanya Rafa.
“Aku dari rumah. Kembalilah bekerja, nanti bos akan marah lagi” Laura menjawab kemuadian dia langsung bersiap memasak beberapa pesanan makanan yang baru dipesan. Kemudian Rafa melanjutkan pekerjaannya.
Renita dan Mika sedang berada di aula pernikahan, karena besok adalah pernikahannya, sebenarnya tugas mereka hanya mengecek saja, sudah sampai mana persiapanya. Mereka meminta WO yang mengerjakanya. Jadi, mereka hanya datang dan bertanya pada mereka.
“Bagaimana persiapanya?” Tanya Mika pada salah satu staff.
“Sudah hampir seratus persen selesai.” jawab staff tersebut.
Mika dan Renita tersenyum puas melihat persiapannya hampir selesai. “Baiklah pergilah dan kembali bekerja!” perintah Mika.
Bagaimana tidak cepat selesai, Mika menginginkan persiapanya selesai dalam satu hari, namun dengan dekorasi yang bagus. Makanya ia mempekerjakan staff WO yang sudah mumpuni.
Disamping persiapan pernikahan Demian dan Laura, Sonya belum keluar kamar dari tadi. Ia masih termenung frustasi di kamarnya, tidak percaya jika nantinya ia melihat adiknya yang akan besanding dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. Sonya kembali menangis lagi.
Bos Laura datang ke dapur, semua orang yang berada disana berhenti melakukan aktifitasnya, ia berjalan menuju tempat Laura memasak. L
“Ikut saya keluar sebentar, dan kalian...” menunjuk karyawan lain. “Lanjutkan saja pekerjaan kalian!” perintah bosnya.
Laura ikut bosnya keluar menuju meja salah satu pelanggan, saat berjalan ia berfikir apa dia melakukan kesalah dalam memasak makanan itu. sampai di meja pelanggan tersebut Laua kaget, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ini Laura nyonya.” ucap bosnya pada wanita yang sedang duduk itu.
“Kau ikut bibi sebentar ya?” pintanya pada Laura. “Saya akan membawa Laura pergi, saya ada beberapa perlu denganya.” sambungnya pada bos Laura itu.
Bosnya dengan mudah mengizinkan Mika membawa Laura. Semua orang pasti tahu tentang Mika dan keluarganya, mereka orang yang terpandang dan terhormat di kota ini, apa lagi perusahaannya termasuk perusahaan terbesar di kota ini.
“Silahkan, Nyonya.” ucap bosnya dengan senang hati. “Pergilah!” perintah bosnya Laura.
Laura pergi ke dapur mengambil tasnya dan keluar lagi untuk pergi bersama Mika.
Sampai di tempat tujuan, mereka turun dari mobil lalu masuk ke dalam sebuah butik. di dalam sana Mika menemui pemilik butik yang merupakan desainer kondang.
Mika memang sering berlangganan di sana, jadi dia sudah akrab dengan pemilik butik tersebut. Mika kemudian menyuruh pemilik butik untuk memilihkan baju pengantin yang cocok untuk Laura.
“Aku akan menikahkan putraku dengannya besok.” kaya Mika sambil memegang pundak Laura yang berada di sampingnya. “Jadi, berikan dia baju pengantin yang sangat bagus.” Mika tersenyum pada desainer itu.
“Demian akan menikah besok?” ucap desainer itu tidak percaya.
“Iya, semua terjadi begitu cepat.” Mika membuat alasan. “Pernikahan juga hanya akan dihadiri para kerabat saja.” imbuh mika tersenyum.
Kemudian Desainer itu mengambil sebuah gaun pengantin yang sangat mewah dan menyuruh Laura untuk mencobanya.
“Pegilah ke ruang ganti dan cobalah.” perintahnya pada Laora.
“Baiklah , aku akan mencobanya.” Lautaa pergi ke ruang ganti untuk mencobanya.
Lima menit kemudian Laura keluar dari tempat ganti dan memperlihatkannya pada Mika dan Desainer itu.
Mika sangat takjub melihat Laura sangat cantik mengenakan baju pengantin tersebut. Gaun mewah berwarna putih dengan riasan bunga-bunga satin. Dan juga ekor gaun panjang dari brokat, membuat Laura terlihat begitu cantik.
“Cantik sekali.” Mika berdiri dan mendekati Laura., sedangkan Laura hanya tersenyum merespon. “Aku akan membelinya, bungkuslah ini.” pintanya pada pemilik butik.
Laura kembali ke rung ganti untuk berganti baju, setelah selesai membeli baju pengantin Mika mengajaknya untuk pergi makan siang.
***
Renita sampai di rumah setelah selesai menemani Mika mengecek persiapan pernikahan. Rumahnya sangat sepi, Sonya juga belum keluar kamar sama sekali. Renita datang ke kamar Sonya untuk menanyakan ia sudah makan apa belum.
Renita membuka pintu kamar Sonya. “Sonya, kau sudah makan ?” panggil Renita sembari masuk ke dalam kamar. Setelah masuk Sonya langsung memeluk ibunya itu dan menangis. Ibunya terkejut ia tiba-tiba memeluknya dan menangis.
“Ada apa Sonya?” tanya Renita dengan khawatir.
“Besok Demian dan Layra akan menikah, lalu bagaimana denganku?" Sonya menangis sejadi-jadinya.
“Sudahlah jangan menangis.” Renita sedih melihat anaknya menangis. "Semua ini juga kesalahanmu. Dan lagi, ibu tidak mungkin bisa membantah keluarga itu."
Sonya menagis di pelukan ibunya. Renita yang tidak berdaya tak tega dan tidak kuasa menahan air matanya melihat anaknya menangis. Renita mencoba menenangkan Sonya yang masih terisak. “Sudahlahn tenang.” Renita mendudukkan Sonya di ranjang dan mengelus rambutnya dengan lembut.
Setelah beberapa saat, Sonya tenang dan tertidur di dekapan Ibunya. Renita langsung membaringkan kepala Sonya di atas bantal dan menghapus sisa air mata di wajah Sonya. Ia kemudian menyelimutinya juga. Renita tidak tahan melihat Sonya menangis seperti tadi. Ia juga menghapus air matanya dan pergi keluar meninggalkan kamar Sonya.
***
Deru dan Demian beraktivitas seperti biasa, berangkat ke kantor dan kini sudah disibukkan dengan pekerjaan kantor. Sonya mengambil cuti satu minggu di kantornya untuk menenangkan diri. Sedangkan Laura juga sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Renita sudah pergi ke gedung aula pernikahan Demian dan Laura untuk membantu Mika mengecek segala persiapan pernikahan. Mika menginginkan pernikahan besar untuk putra tunggalnya itu.
Kemarin Laura tidak jadi bertanya pada Sonya, ia akan bertanya pada Sonya, sebelum ia berangkat bekerja. Laura membuka pintu kamarnya, ia berjalan menuju kamar Sonya, Ia mengetuk pintu, tapi tidak mendengar jawaban apa-apa dari dalam. Laura membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci, ia melihat Sonya yang masih terbaring di tempat tidurnya
“Apa dia masih tidur?” gumam Laura sembari berjalan mendekati Sonya.
Saat Laura sudah berada di samping ranjang, tiba-tiba Sonya terbangun dan mengejutkan Laura. “Mau apa kau ke sini?” ketus Laura.
“Kenapa kau mengejutkanku? ” hardik Laura sambil mengusap dada.
Sonya bangun dari tempat tidur dan duduk di tepian ranjang “Ada apa, kau perlu sesuatu?” Tanya Sonya sambil mengambil kuncir rambut yang berada di meja samping tempat tidurnya dan mengikat rambutnya yang berantakan.
“Demian sudah memberitahuku tentang rencana kalian, kenapa kalian tidak bilang sebelumnya?” tanya Laura dengan ketus.
Sonya merapikan rambutnya setelah di kuncir dan menjawab Laura. “Kau saja yang tidak berfikir kenapa aku dengan mudah menyuruhmu menikah dengan Demian. Sudahlah, jika kau punya pacar kau bisa saja tetap berhubungan dengannya. Jadi itu impaskan?” jawab Sonya dengan santainya.
Laura tidak habis pikir bagaimana bisa Sonya berpikir semudah itu. Yang namanya sudah menikah, mana boleh berhubungan dengan orang lain?
Ketika Laura hendak membalas perkataan Laura, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Rafa. Laura mematikan ponsel dan kembali fokus menatap Sonya.
“Kau membuat pernikahan menjadi sebuah mainan?” tanya Laura. “Jika aku tahu sebelumnya tentang rencana kalian, aku tidak akan menyetujuinya.” Sambungnya.
Sonya hanya mendengus kesal mendengar ocehan Laura. “Dari pada ngoceh terus di sini lebih, baik berangkat bekerja.” Sonya menjawab dengan ketus.
Menahan amarah karena sifat Sonya yang tidak jelas, Laura menghentakkan kali lalu beranjak pergi.
Sampai di tempat kerjanya, ia masuk ke dapur dan langsung dimarahi oleh bosnya yang sudah menunggunya dari tadi.
“Kemana saja kau? apa sudah tidak mau bekerja?”
Laura hanya menunduk saat bosnya bertanya. Semua mata teman-teman yang satu bidang dengannya tertuju pada Laura.
“Kalau kau terlambat lagi, aku akan memecatmu.” ancam bosnya. “Semuanya kembali bekerja!” perintah bosnya yang melihat karyawanya sedang menonton Layra dimarahi.
Bosnya pergi meninggalkan dapur, Laura menghela nafas lega karena ia tidak dipecat. Rafa yang tadi menyaksikan Laura dimarahi mendekat.
“Darimana saja kau?” Tanya Rafa.
“Aku dari rumah. Kembalilah bekerja, nanti bos akan marah lagi” Laura menjawab kemuadian dia langsung bersiap memasak beberapa pesanan makanan yang baru dipesan. Kemudian Rafa melanjutkan pekerjaannya.
Renita dan Mika sedang berada di aula pernikahan, karena besok adalah pernikahannya, sebenarnya tugas mereka hanya mengecek saja, sudah sampai mana persiapanya. Mereka meminta WO yang mengerjakanya. Jadi, mereka hanya datang dan bertanya pada mereka.
“Bagaimana persiapanya?” Tanya Mika pada salah satu staff.
“Sudah hampir seratus persen selesai.” jawab staff tersebut.
Mika dan Renita tersenyum puas melihat persiapannya hampir selesai. “Baiklah pergilah dan kembali bekerja!” perintah Mika.
Bagaimana tidak cepat selesai, Mika menginginkan persiapanya selesai dalam satu hari, namun dengan dekorasi yang bagus. Makanya ia mempekerjakan staff WO yang sudah mumpuni.
Disamping persiapan pernikahan Demian dan Laura, Sonya belum keluar kamar dari tadi. Ia masih termenung frustasi di kamarnya, tidak percaya jika nantinya ia melihat adiknya yang akan besanding dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. Sonya kembali menangis lagi.
Bos Laura datang ke dapur, semua orang yang berada disana berhenti melakukan aktifitasnya, ia berjalan menuju tempat Laura memasak. L
“Ikut saya keluar sebentar, dan kalian...” menunjuk karyawan lain. “Lanjutkan saja pekerjaan kalian!” perintah bosnya.
Laura ikut bosnya keluar menuju meja salah satu pelanggan, saat berjalan ia berfikir apa dia melakukan kesalah dalam memasak makanan itu. sampai di meja pelanggan tersebut Laua kaget, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ini Laura nyonya.” ucap bosnya pada wanita yang sedang duduk itu.
“Kau ikut bibi sebentar ya?” pintanya pada Laura. “Saya akan membawa Laura pergi, saya ada beberapa perlu denganya.” sambungnya pada bos Laura itu.
Bosnya dengan mudah mengizinkan Mika membawa Laura. Semua orang pasti tahu tentang Mika dan keluarganya, mereka orang yang terpandang dan terhormat di kota ini, apa lagi perusahaannya termasuk perusahaan terbesar di kota ini.
“Silahkan, Nyonya.” ucap bosnya dengan senang hati. “Pergilah!” perintah bosnya Laura.
Laura pergi ke dapur mengambil tasnya dan keluar lagi untuk pergi bersama Mika.
Sampai di tempat tujuan, mereka turun dari mobil lalu masuk ke dalam sebuah butik. di dalam sana Mika menemui pemilik butik yang merupakan desainer kondang.
Mika memang sering berlangganan di sana, jadi dia sudah akrab dengan pemilik butik tersebut. Mika kemudian menyuruh pemilik butik untuk memilihkan baju pengantin yang cocok untuk Laura.
“Aku akan menikahkan putraku dengannya besok.” kaya Mika sambil memegang pundak Laura yang berada di sampingnya. “Jadi, berikan dia baju pengantin yang sangat bagus.” Mika tersenyum pada desainer itu.
“Demian akan menikah besok?” ucap desainer itu tidak percaya.
“Iya, semua terjadi begitu cepat.” Mika membuat alasan. “Pernikahan juga hanya akan dihadiri para kerabat saja.” imbuh mika tersenyum.
Kemudian Desainer itu mengambil sebuah gaun pengantin yang sangat mewah dan menyuruh Laura untuk mencobanya.
“Pegilah ke ruang ganti dan cobalah.” perintahnya pada Laora.
“Baiklah , aku akan mencobanya.” Lautaa pergi ke ruang ganti untuk mencobanya.
Lima menit kemudian Laura keluar dari tempat ganti dan memperlihatkannya pada Mika dan Desainer itu.
Mika sangat takjub melihat Laura sangat cantik mengenakan baju pengantin tersebut. Gaun mewah berwarna putih dengan riasan bunga-bunga satin. Dan juga ekor gaun panjang dari brokat, membuat Laura terlihat begitu cantik.
“Cantik sekali.” Mika berdiri dan mendekati Laura., sedangkan Laura hanya tersenyum merespon. “Aku akan membelinya, bungkuslah ini.” pintanya pada pemilik butik.
Laura kembali ke rung ganti untuk berganti baju, setelah selesai membeli baju pengantin Mika mengajaknya untuk pergi makan siang.
***
Renita sampai di rumah setelah selesai menemani Mika mengecek persiapan pernikahan. Rumahnya sangat sepi, Sonya juga belum keluar kamar sama sekali. Renita datang ke kamar Sonya untuk menanyakan ia sudah makan apa belum.
Renita membuka pintu kamar Sonya. “Sonya, kau sudah makan ?” panggil Renita sembari masuk ke dalam kamar. Setelah masuk Sonya langsung memeluk ibunya itu dan menangis. Ibunya terkejut ia tiba-tiba memeluknya dan menangis.
“Ada apa Sonya?” tanya Renita dengan khawatir.
“Besok Demian dan Layra akan menikah, lalu bagaimana denganku?" Sonya menangis sejadi-jadinya.
“Sudahlah jangan menangis.” Renita sedih melihat anaknya menangis. "Semua ini juga kesalahanmu. Dan lagi, ibu tidak mungkin bisa membantah keluarga itu."
Sonya menagis di pelukan ibunya. Renita yang tidak berdaya tak tega dan tidak kuasa menahan air matanya melihat anaknya menangis. Renita mencoba menenangkan Sonya yang masih terisak. “Sudahlahn tenang.” Renita mendudukkan Sonya di ranjang dan mengelus rambutnya dengan lembut.
Setelah beberapa saat, Sonya tenang dan tertidur di dekapan Ibunya. Renita langsung membaringkan kepala Sonya di atas bantal dan menghapus sisa air mata di wajah Sonya. Ia kemudian menyelimutinya juga. Renita tidak tahan melihat Sonya menangis seperti tadi. Ia juga menghapus air matanya dan pergi keluar meninggalkan kamar Sonya.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved