Bab 5 Teknik Pijatan Oleh Orang Buta
by Glen Valora
17:05,May 18,2021
"Ah..... cepat tutup mata. "
Vina menatapku dengan panik, teriakannya juga membuatku takut, lalu dengan cepat aku menutup mata.
"Nona Tandyo, bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan, karena beberapa pertanyaan ini akan banyak berhubungan dengan teknik pemijatan yang akan aku gunakan nantinya. "
Meskipun aku menutup mata tapi dalam pikiran sebaliknya terus berbayang-bayang tulang selangka indah Vina saat dia berbalik tadi, bagian dadanya penuh dengan mantap, bra berenda hitam bahkan lebih tersirat penuh daya pikat yang misterius.
"Tanyakan. " Suara Vina terdengar jelas tersirat rasa marah.
"Aku ingin tahu apakah kamu kurang hasrat seksual? " Setelah menanyakan ini, aku menunggu balasan jawaban dengan sabar.
Sesaat kemudian baru mendengar Vina berkata : "Bukan, aku sangat normal, selalu normal, hanya saja tidak mendapatkan kepuasan. ”
Perkataan Vina ini membuat aku paham akan kegunaan barang-barang di atas meja itu.
Mungkin karena faktor aku menutup mata, sehingga membuat aku semakin berani untuk mengajukan beberapa pertanyaan.
"Kalau begitu apakah kamu merasa puas dengan menggunakan barang-barang itu?"
"Jika kamu masih menanyakan pertanyaan seperti ini, maka aku akan mempersilakan kamu untuk keluar. “
Vina telah marah, tapi pentingnya pertanyaan ini sangat penting bagi aku.
Tepat disaat aku ingin bertanya lagi, Vina memakaikan aku sebuah penutup mata.
Ini tiba-tiba membuat aku teringat dengan beberapa adegan dalam film.
Karena mataku ditutup, aku hanya bisa mendengar suara gemerisik di dalam kamar, aku tahu ini suara Vina yang sedang melepaskan pakaian, ini membuatku tanpa sadar mulai berimajinasi, membayangkan pandangan seperti apa yang akan muncul setelah Vina melepaskan pakaiannya.
"Kamu boleh kemari, aku sudah siap. ”
Terdengar suara Vina yang berjarak tidak sampai tiga meter di depan aku, meskipun mata tertutup, tapi aku masih bisa berjalan ke arahnya dengan mudah.
Ini adalah manfaat dari belajar pijatan oleh orang buta yang aku pelajari dulu, pijatan oleh orang buta sama seperti orang biasa, hanya saja mereka tidak bisa melihat kesenangan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan di wajah pelanggan, juga tidak bisa melihat rasa enak nyaman di wajah mereka.
Mereka hanya bisa mendengar, dan pada waktu itu aku berlatih dengan menggunakan cara mata ditutup.
Tidak disangka itu akan berguna untuk hari ini, tetapi begini sebaliknya membuat hati aku berapi, karena dalam keadaan seperti ini, aku bisa menggunakan beberapa teknik pijat dengan berani.
Aku dengan hati-hati berjalan ke ranjang pijat, dengan penuh waspada mencari tahu posisi Vina di ranjang, dan tiba-tiba merasakan menyentuh sesuatu yang kuat dan lembut.
Aku memijatnya lalu terdengar suara lembut Vina, tidak disangka bagian pantat Vina akan begitu kencang dan elastis.
"Maaf, aku jarang memijat dengan mata ditutup, aku hanya ingin tahu di mana posisi kamu. "
"Ng, kamu buatkan SPA saja dulu. "
Vina kali ini tidak marah, ini membuat aku sedikit curiga, tetapi karena dia yang mengajukan permintaan, maka aku tentu saja harus sebisa mungkin membuatnya puas.
Aku meletakkan kotak kecil yang aku sandang ke samping, kemudian mengeluarkan minyak esensial dari dalam dan memilih satu botol dengan terampil berdasarkan peletakkan posisinya.
Menggosok minyak esensial secara merata ke dalam kedua tangan, lalu mulai pijat dari pergelangan kaki Vina menuju ke atas.
"Ng..... "
Suara yang familiar dan betis yang gemetar membuatku tertegun, Tadi saat aku memijat hingga ke titik garis engkel kaki, Vina merasa enak hingga bergumam, titik akupuntur garis engkel kaki ini untuk mengobati kram di perut bagian bawah, tidak disangka ini bisa membuat Vina bereaksi, meskipun tidak bisa melihat ekspresi Vina, tapi cukup dari suara sudah membuat aku yakin.
Demi untuk memastikannya lagi, aku beberapa kali berturut-turut memijat dengan lembut di titik akupuntur garis engkel kaki.
"Hhmm.... hhmm..... "
Suara sengau Vina semakin terdengar keras, ini memberi aku kepercayaan diri, segera menuangkan minyak esensial dan memijatnya lagi ke arah atas, mengoleskan minyak ke paha Vina yang bulat dan kencang, lalu aku mulai sedikit gelisah.
Kulit di paha Vina halus seperti keramik, terasa sangat halus dan elastis.
Yang aneh bagiku adalah bahwa semua titik akupunktur di paha Vina semuanya gagal membangkitkan reaksinya, bahkan titik selangkangan yang mendekati bagian sensitifnya juga tidak bisa membuatnya merasa senang.
Kedua tanganku terus bergerak ke atas, untuk sekarang aku tidak berani menyentuh bagian sensitif Vina, karena masih belum mencapai level itu, hanya bisa memijatnya di sepanjang perut bagian bawahnya lalu ke atas.
Untuk tubuh bagian atas, biasanya aku tidak akan menggunakan teknik dengan dipijat, saat aku memijat hingga ke titik abdomennya, seluruh tubuh Vina bergetar, aku menambahkan intensitas dan terus memijat titik abdomen, disaat bersamaan tangan aku satu lagi berkeliaran menuju bagian dalam paha Vina, segera aku merasakan keanehan darinya.
Aku menemukan lagi sebuah titik kesenangannya, dan tentu saja tidak boleh berhenti, sebuah tangan aku terus memberi rangsangan di titik abdomen, dan tangan satu lagi menuju titik puting dan titik payudara atas, tapi kali ini tidak ada reaksi apapun.
Tangan aku bergerak hingga ke garis tenggorokan di lehernya, saat merasakan dua titik akupuntur di tubuh, suara Vina berubah menjadi keras.
Aku terus menggosok dua titik akupunktur ini dengan dua jari, segera tubuh Vina menjadi menegang, lalu kedua tangannya menggenggam erat telapak tanganku yang berada di titik akupunktur abdomen, tidak membiarkan aku untuk terus bergerak.
Seiring desahan suara lembutnya, aku tiba-tiba menghentikan semua gerakan, karena dengan mata tertutup membuat keinginan pribadi di hatiku sudah tidak bisa terpuaskan lagi, menghadapi wanita secantik ini bagaimana bisa tidak melihat menikmati bentuknya yang mencapai puncak, dan akan merasa sangat bersalah terhadap pengorbanan kerja keras sendiri jika menyia-nyiakannya, terutama pekerjaan seperti aku ini yang hanya bisa menyentuh dan tidak bisa melakukannya secara nyata.
Dengan berhentinya kedua tangan, aku bisa merasakan tubuh Vina juga menjadi kaku, lalu merasakan tubuhnya yang gelisah bergesekan di atas ranjang.
"Kamu..... kamu..... mengapa kamu tidak melanjutkannya? "
Suara Vina terdengar ingin lanjut tapi agak malu untuk mengatakannya, ini membuat aku bertambah tenang.
"Aku tidak dapat memberikan pijatan yang lebih baik dengan mata tertutup, dan tubuh kamu membutuhkan jenis rangsangan yang berbeda untuk mencapai puncak klimaks, aku tidak dapat melakukannya sama sekali dengan mata tertutup dan hanya bisa dalam batas membuat kamu merasa enak, tapi jika ingin mencapai titik tertinggi masih memerlukan usaha yang lebih keras. "
Selesai mengatakan ini, ruangan kamar tiba-tiba menjadi sunyi, aku tanpa sadar terdiam, mungkin permintaan seperti ini telah melampaui batas sabarnya.
"Kamu benar-benar perlu membuka mata? "
Tiba-tiba terdengar suara Vina yang agak bingung dan juga merasa sedikit sulit.
Aku menganggukkan kepala tanpa berkata, karena jika aku banyak berkata pada saat sekarang, maka akan semakin berkemungkinan gagall.
"Baiklah, aku memperbolehkan kamu melepaskan penutup mata, tapi kamu tidak boleh mengatakan ke siapa pun bahwa kamu pernah melihat tubuh aku. "
Vina mengatakannya seperti telah membuat sebuah keputusan besar, tapi bagi aku itu adalah keuntungan yang besar.
"Anda tenang saja, aku mempunyai etika kerja yang profesional, orang yang aku pijat meski tidak sampai seratus namun paling sedikit juga delapan puluh orang, jika aku tidak punya etika kerja, maka Kak Dhini juga tidak akan menyuruh aku untuk kemari. "
"Ng, aku yakin terhadap Kak Dhini, kamu boleh melepaskan tutup mata. "
Kali ini suara Vina terdengar sudah lebih tenang, mungkin alasannya karena aku menyebut nama Kak Dhini yang membuatnya menurunkan rasa waspada dalam hati.
Tetapi di detik saat aku melepaskan penutup mata, aku langsung tertegun.
Vina menatapku dengan panik, teriakannya juga membuatku takut, lalu dengan cepat aku menutup mata.
"Nona Tandyo, bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan, karena beberapa pertanyaan ini akan banyak berhubungan dengan teknik pemijatan yang akan aku gunakan nantinya. "
Meskipun aku menutup mata tapi dalam pikiran sebaliknya terus berbayang-bayang tulang selangka indah Vina saat dia berbalik tadi, bagian dadanya penuh dengan mantap, bra berenda hitam bahkan lebih tersirat penuh daya pikat yang misterius.
"Tanyakan. " Suara Vina terdengar jelas tersirat rasa marah.
"Aku ingin tahu apakah kamu kurang hasrat seksual? " Setelah menanyakan ini, aku menunggu balasan jawaban dengan sabar.
Sesaat kemudian baru mendengar Vina berkata : "Bukan, aku sangat normal, selalu normal, hanya saja tidak mendapatkan kepuasan. ”
Perkataan Vina ini membuat aku paham akan kegunaan barang-barang di atas meja itu.
Mungkin karena faktor aku menutup mata, sehingga membuat aku semakin berani untuk mengajukan beberapa pertanyaan.
"Kalau begitu apakah kamu merasa puas dengan menggunakan barang-barang itu?"
"Jika kamu masih menanyakan pertanyaan seperti ini, maka aku akan mempersilakan kamu untuk keluar. “
Vina telah marah, tapi pentingnya pertanyaan ini sangat penting bagi aku.
Tepat disaat aku ingin bertanya lagi, Vina memakaikan aku sebuah penutup mata.
Ini tiba-tiba membuat aku teringat dengan beberapa adegan dalam film.
Karena mataku ditutup, aku hanya bisa mendengar suara gemerisik di dalam kamar, aku tahu ini suara Vina yang sedang melepaskan pakaian, ini membuatku tanpa sadar mulai berimajinasi, membayangkan pandangan seperti apa yang akan muncul setelah Vina melepaskan pakaiannya.
"Kamu boleh kemari, aku sudah siap. ”
Terdengar suara Vina yang berjarak tidak sampai tiga meter di depan aku, meskipun mata tertutup, tapi aku masih bisa berjalan ke arahnya dengan mudah.
Ini adalah manfaat dari belajar pijatan oleh orang buta yang aku pelajari dulu, pijatan oleh orang buta sama seperti orang biasa, hanya saja mereka tidak bisa melihat kesenangan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan di wajah pelanggan, juga tidak bisa melihat rasa enak nyaman di wajah mereka.
Mereka hanya bisa mendengar, dan pada waktu itu aku berlatih dengan menggunakan cara mata ditutup.
Tidak disangka itu akan berguna untuk hari ini, tetapi begini sebaliknya membuat hati aku berapi, karena dalam keadaan seperti ini, aku bisa menggunakan beberapa teknik pijat dengan berani.
Aku dengan hati-hati berjalan ke ranjang pijat, dengan penuh waspada mencari tahu posisi Vina di ranjang, dan tiba-tiba merasakan menyentuh sesuatu yang kuat dan lembut.
Aku memijatnya lalu terdengar suara lembut Vina, tidak disangka bagian pantat Vina akan begitu kencang dan elastis.
"Maaf, aku jarang memijat dengan mata ditutup, aku hanya ingin tahu di mana posisi kamu. "
"Ng, kamu buatkan SPA saja dulu. "
Vina kali ini tidak marah, ini membuat aku sedikit curiga, tetapi karena dia yang mengajukan permintaan, maka aku tentu saja harus sebisa mungkin membuatnya puas.
Aku meletakkan kotak kecil yang aku sandang ke samping, kemudian mengeluarkan minyak esensial dari dalam dan memilih satu botol dengan terampil berdasarkan peletakkan posisinya.
Menggosok minyak esensial secara merata ke dalam kedua tangan, lalu mulai pijat dari pergelangan kaki Vina menuju ke atas.
"Ng..... "
Suara yang familiar dan betis yang gemetar membuatku tertegun, Tadi saat aku memijat hingga ke titik garis engkel kaki, Vina merasa enak hingga bergumam, titik akupuntur garis engkel kaki ini untuk mengobati kram di perut bagian bawah, tidak disangka ini bisa membuat Vina bereaksi, meskipun tidak bisa melihat ekspresi Vina, tapi cukup dari suara sudah membuat aku yakin.
Demi untuk memastikannya lagi, aku beberapa kali berturut-turut memijat dengan lembut di titik akupuntur garis engkel kaki.
"Hhmm.... hhmm..... "
Suara sengau Vina semakin terdengar keras, ini memberi aku kepercayaan diri, segera menuangkan minyak esensial dan memijatnya lagi ke arah atas, mengoleskan minyak ke paha Vina yang bulat dan kencang, lalu aku mulai sedikit gelisah.
Kulit di paha Vina halus seperti keramik, terasa sangat halus dan elastis.
Yang aneh bagiku adalah bahwa semua titik akupunktur di paha Vina semuanya gagal membangkitkan reaksinya, bahkan titik selangkangan yang mendekati bagian sensitifnya juga tidak bisa membuatnya merasa senang.
Kedua tanganku terus bergerak ke atas, untuk sekarang aku tidak berani menyentuh bagian sensitif Vina, karena masih belum mencapai level itu, hanya bisa memijatnya di sepanjang perut bagian bawahnya lalu ke atas.
Untuk tubuh bagian atas, biasanya aku tidak akan menggunakan teknik dengan dipijat, saat aku memijat hingga ke titik abdomennya, seluruh tubuh Vina bergetar, aku menambahkan intensitas dan terus memijat titik abdomen, disaat bersamaan tangan aku satu lagi berkeliaran menuju bagian dalam paha Vina, segera aku merasakan keanehan darinya.
Aku menemukan lagi sebuah titik kesenangannya, dan tentu saja tidak boleh berhenti, sebuah tangan aku terus memberi rangsangan di titik abdomen, dan tangan satu lagi menuju titik puting dan titik payudara atas, tapi kali ini tidak ada reaksi apapun.
Tangan aku bergerak hingga ke garis tenggorokan di lehernya, saat merasakan dua titik akupuntur di tubuh, suara Vina berubah menjadi keras.
Aku terus menggosok dua titik akupunktur ini dengan dua jari, segera tubuh Vina menjadi menegang, lalu kedua tangannya menggenggam erat telapak tanganku yang berada di titik akupunktur abdomen, tidak membiarkan aku untuk terus bergerak.
Seiring desahan suara lembutnya, aku tiba-tiba menghentikan semua gerakan, karena dengan mata tertutup membuat keinginan pribadi di hatiku sudah tidak bisa terpuaskan lagi, menghadapi wanita secantik ini bagaimana bisa tidak melihat menikmati bentuknya yang mencapai puncak, dan akan merasa sangat bersalah terhadap pengorbanan kerja keras sendiri jika menyia-nyiakannya, terutama pekerjaan seperti aku ini yang hanya bisa menyentuh dan tidak bisa melakukannya secara nyata.
Dengan berhentinya kedua tangan, aku bisa merasakan tubuh Vina juga menjadi kaku, lalu merasakan tubuhnya yang gelisah bergesekan di atas ranjang.
"Kamu..... kamu..... mengapa kamu tidak melanjutkannya? "
Suara Vina terdengar ingin lanjut tapi agak malu untuk mengatakannya, ini membuat aku bertambah tenang.
"Aku tidak dapat memberikan pijatan yang lebih baik dengan mata tertutup, dan tubuh kamu membutuhkan jenis rangsangan yang berbeda untuk mencapai puncak klimaks, aku tidak dapat melakukannya sama sekali dengan mata tertutup dan hanya bisa dalam batas membuat kamu merasa enak, tapi jika ingin mencapai titik tertinggi masih memerlukan usaha yang lebih keras. "
Selesai mengatakan ini, ruangan kamar tiba-tiba menjadi sunyi, aku tanpa sadar terdiam, mungkin permintaan seperti ini telah melampaui batas sabarnya.
"Kamu benar-benar perlu membuka mata? "
Tiba-tiba terdengar suara Vina yang agak bingung dan juga merasa sedikit sulit.
Aku menganggukkan kepala tanpa berkata, karena jika aku banyak berkata pada saat sekarang, maka akan semakin berkemungkinan gagall.
"Baiklah, aku memperbolehkan kamu melepaskan penutup mata, tapi kamu tidak boleh mengatakan ke siapa pun bahwa kamu pernah melihat tubuh aku. "
Vina mengatakannya seperti telah membuat sebuah keputusan besar, tapi bagi aku itu adalah keuntungan yang besar.
"Anda tenang saja, aku mempunyai etika kerja yang profesional, orang yang aku pijat meski tidak sampai seratus namun paling sedikit juga delapan puluh orang, jika aku tidak punya etika kerja, maka Kak Dhini juga tidak akan menyuruh aku untuk kemari. "
"Ng, aku yakin terhadap Kak Dhini, kamu boleh melepaskan tutup mata. "
Kali ini suara Vina terdengar sudah lebih tenang, mungkin alasannya karena aku menyebut nama Kak Dhini yang membuatnya menurunkan rasa waspada dalam hati.
Tetapi di detik saat aku melepaskan penutup mata, aku langsung tertegun.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved