Bab 2 Titik Akupuntur Rahasia Kak Dhini

by Glen Valora 17:05,May 18,2021
Nada bicara Kak Dhini sangat tidak senang, tapi aku dapat merasakan bahwa dia tidak benar-benar marah, melihat wajah menawannya, aku merasakan bahwa dia sepertinya merindukan sesuatu.
 
Melihat bentuk Kak Dhini seperti ini, aku menjadi lebih berani.
 
"Kak Dhini, kamu begitu cantik dan juga punya bakat yang luar biasa, apalagi tubuh kamu yang begitu sempurna, aku pikir selama seorang laki-laki yang bertemu dengan kamu semuanya akan terangsang, kecuali orangnya bukan laki-laki. "
 
"Ng, kamu cukup pintar dalam bicara, jelas-jelas dalam hati mempunyai pikiran yang tidak seharusnya dipikirkan sebaliknya masih berdalih menyamarkan, Guru Manshur saat memijat aku tidak seperti kamu sekarang ini, inilah perbedaan kalian, mengerti?"
 
Mendengar perkataan wejangan Kak Dhini, aku sangat ingin membantahnya bahwa teknik pijatan aku adalah turunan dari keluarga.
 
Tetapi pelanggan adalah raja.
 
"Yang Kak Dhini katakan benar, kalau begitu kita teruskan apa istirahat dulu?"
 
Ini adalah wanita pertama yang aku pijat setelah bergabung dalam klub, selain itu merupakan seorang wanita yang sangat cantik, meskipun aku akan lelah karena mijat, tapi kulit Kak Dhini yang seperti kain satin membuat aku benar-benar tidak bisa berhenti.
 
"Kamu ubah musiknya, dengan suara DJ yang lebih besar, dan nyalakan lampu ruangan ke yang paling gelap, lalu kita lanjut. "
 
Setelah mengatakan ini Kak Dhini melepaskan handuk mandinya, aku tidak menyangka bahwa Kak Dhini akan begitu berani, aku selalu mengira bahwa Kak Dhini adalah seorang wanita yang kolot, dan tidak menyangka akan melepas handuk di depan aku, yang membuat aku lebih tidak menyangkanya adalah, Kak Dhini ternyata tidak mengenakan celana dalam!
 
"Kenapa kamu masih bengong, redupkan lampu. "
 
Aku dengan cepat mematikan semua lampu dalam ruangan ke yang paling gelap, disaat bersamaan suara DJ juga disesuaikan ke yang paling maksimal.
 
Kedap suara klub sangat bagus, tapi jika menempelkan telinga ke pintu, masih tetap bisa mendengar suara-suara di dalam ruangan.
 
"Kak Dhini bagaimana kalau aku melakukan perawatan minyak esensial untuk kamu terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan lagi dengan pijatan klimaks?"
 
"Ng, kamu cukup gunakan keterampilan terbaik kamu, nanti setelah merasa enak nyaman, aku akan menyuruh teman-temanku untuk mencari kamu. "
 
Perkataan Kak Dhini seolah-olah seperti memberi aku pil penenang, aku segera mengeluarkan minyak esensial mawar terbaik dari dalam kotak kecil dan mulai memijatnya.
 
Pertama memberinya pijatan seluruh tubuh, tentu saja selama pijat tetap menjaga beberapa bagian privasi Kak Dhini, hanya saja kali ini Kak Dhini tidak ada merespons, aku juga tidak berani melanjutkan percobaan, titik kesenangan setiap orang berbeda, sebelumnya aku telah menemukan tiga titik kesenangan Kak Dhini dari punggungnya, kalau begitu titik kesenangan di depan tubuhnya pasti akan lebih banyak lagi.
 
"Kak Dhini, selanjutnya aku akan melakukan pijatan klimaks, kamu harus membuat persiapan diri. "
 
Saat aku selesai mengatakan ini tubuh Kak Dhini terlihat jelas bergetar, dan mengatakan "Ng" dengan samar.
 
Sebelumnya saat Kak Dhini datang untuk pijat mungkin semuanya sesuai dengan aturan yang ada, pijatan aku ini meskipun juga sesuai aturan, tapi terlihat jelas berbeda dengan yang sebelumnya, punya aku setelah enak nyaman baru merasa rileks, dan yang sebelumnya rileks dulu baru merasa enak nyaman, perbedaannya adalah punya aku dapat menimbulkan kenyamanan mental.
 
Menganti ke minyak esensial biasa, dan mulai memijat di sepanjang kaki putih Kak Dhini, titik akupunktur di telapak kaki terhubung ke banyak bagian tubuh.
 
Aku mengambil salah satu kaki mulus putihnya, lalu menekan dengan lembut titik telapak kaki, hanya saja kali ini, Kak Dhini merasa enak hingga mengeluarkan suara.
 
Kaki mulus putih Kak Dhini sangat indah dan lembut, dengan adanya nail art menambahnya terlihat semakin cantik dan imut.
 
Aku meningkatkan intensitas dan menekan ke titik telapak kaki, lalu menggunakan jari untuk terus mengikis saraf gerak di bawah kaki Kak Dhini. 
 
Kak Dhini menarik kembali kakinya, tapi bagaimana bisa aku membiarkan Kak Dhini menarik kembali kakinya, lalu melanjutkan dengan menambahkan intensitas dua kali lipat lebih besar.
 
"Ng..... ng..... "
 
Setelah memijat kaki, aku melanjutkan di sepanjang titik garis engkel kaki bagian kaki lalu lanjut ke atas mencari titik akupunktur sensitif Kak Dhini.
 
Sebenarnya aku tahu bahwa titik akupunktur terbaik biasanya di titik V, titik bokong dan juga titik puting bagian dada, serta di titik payudara bawah,titik payudara atas beberapa bagian ini, tapi ini sangat beresiko menyinggung pelanggan wanita, maka itu jika bukan pilihan terakhir, maka aku tidak akan menyentuh tempat sensitif wanita.
 
Kak Dhini terbaring telentang, di bawah cahaya redup, aku tetap bisa melihat bulu matanya yang gemetar.
 
Saat tangan aku kembali menekan di atas tubuhnya, keduanya gemetar.
 
Kak Dhini membuka kedua matanya yang remang-remang, meskipun hatinya telah beriak, tapi masih tetap mengatakan dengan tenang : " Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan, dan jangan lakukan apa yang tidak seharusnya. "
 
Aku tidak menjawab, melainkan satu tangan menekan di titik abdomen bagian atas perut dan menggosoknya dengan lembut, dan satu tangan lagi berkeliaran di antara kedua kaki.
 
Perlahan aku melihat bibir merah Kak Dhini sedikit terbuka, dan matanya mulai kabur.
 
Aku tahu, ini waktunya untuk mendatangkan rangsangan terakhir.
 
Satu tangan aku melalui titik abdomen berkeliaran ke arah atas, dan langsung menggosok menguleni naik turun di titik titik payudara atasnya, pada saat tangan aku menekan di titik titik payudara atas, aku mendengar jelas suara bergumam Kak Dhini.
 
Aku memberanikan diri menyentuh titik V nya, Kak Dhini tidak menghentikannya, sehingga mencapai titik V  dengan mulus lalu menyentuhnya.
 
Tangan aku satu lagi telah sepenuhnya menekan di atas puncak salju Kak Dhini, suaranya semakin mengeras, mendengar suara rasa enak seperti itu yang juga tersirat penderitaan, aku tahu aku harus menambahkan intensitas.
 
Aku mencoba mengarah ke tempat sensitif Kak Dhini menjelajahinya, melihat kedua mata kaburnya, dan desahan dari mulutnya yang terus menerus, membuat aku benar-benar ingin bermain bersama Kak Dhini dengan senjata sungguhan secara langsung.
 
Tapi aku tahu ini hanya bisa menjadi keinginan saja, sama sekali tidak boleh dilakukan, jika tidak mungkin akan masuk ke dalam kantor polisi.
 
Tepat ketika aku memasuki area sensitifnya, tubuh Kak Dhini tiba-tiba menegang, kedua kakinya menjepit erat lengan aku, disaat bersamaan dia mengambil tangan aku satunya lagi dan menekan dengan kuat di bagian dadanya.
 
"Ng..... kuat..... ah..... "
 
Suara erangan keras Kak Dhini langsung mengalahkan suara musik DJ.
 
"Tok tok tok..... "
 
"Cepat buka pintu, dasar bocah tengik, cepat buka pintu. "

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

365