Bab 3 Mendapat Masalah
by Glen Valora
17:05,May 18,2021
Seiring suara mendesak ketukan pintu, terdengar suara marah Guru Manshur dari luar pintu.
Kak Dhini saat ini masih dalam keadaan tidak sadar, seluruh tubuhnya berwarna merah muda, terutama wajahnya yang cantik merah seperti minum anggur, menunjukkan semacam pancaran bentuk orang mabuk.
Dalam kondisi seperti ini yang pertama terpikirkan oleh aku bukanlah membuka pintu, melainkan menjaga dengan baik rahasia privasi Kak Dhini.
Kak Dhini juga dibuat terkejut oleh suara Guru Manshur, tetapi tadi dikarenakan baru mencapai puncak, sesaat masih belum tersadarkan kembali.
"Kamu ambilkan handuk untuk aku dan sudah boleh pergi. "
Aku tidak tahu apa maksud perkataannya ini, namun terus merasa ada firasat buruk, tapi aku tetap mengerjakannya sesuai perintah Kak Dhini membawakan handuk kemari untuknya.
Kak Dhini melilitkan sendiri lalu mengambil sekotak rokok wanita dari meja samping tempat tidur dan menyalakannya dengan tenang.
Meski demikian pada saat Kak Dhini berdiri aku menjadi tercengang, sebuah warna merah samar muncul di atas sprei ranjang yang putih, begitu jelas.
"Ini..... "
Aku masih belum selesai berkata, Kak Dhini mengikuti arah pandangan aku, saat melihat warna merah di tempat tidur, tubuhnya terlihat jelas gemetar.
"Kamu sudah boleh pergi, dan juga orang di luar sana juga pergi dari sini!"
Sikap Kak Dhini tiba-tiba berubah, menjadi sangat dingin bahkan bisa dikatakan sedingin es.
Warna merah di atas sprei pasti bukan darah haid perempuan, aku tahu darah haid tidak mungkin sedikit itu, selain darah haid maka.. darah perawan.
Aku tiba-tiba menjadi takut, membuka pintu kamar dengan kacau dan bingung.
Saat baru keluar, Guru Manshur langsung mengutuk memarahi aku dengan galak.
.....
Dalam ruang kantor, Manshur menjelaskan di depan bos dengan menekan aku, mengatakan aku melakukan sesuatu di luar pijatan.
Mengenai bos Agung, ini pertama kalinya aku melihat dia berwajah dingin, tetapi aku tidak melakukan hal-hal kotor seperti itu dengan Kak Dhini, oleh karena itu aku juga tidak takut terhadap tuduhan palsu dari Guru Manshur.
"Gaga, aku tanyakan padamu, apakah yang dikatakan Manshur benar?"
Tatapan Agung tersirat aura membunuh.
Aku juga pernah mendengar mengenai latar belakang Agung, secara luar seorang bos Orbit Club, diam-diam sebenarnya adalah seorang bos mafia.
"Tidak, aku tidak melakukan hubungan apapun dengan Kak Dhini. "
Raut wajah aku sangat tenang, tapi dalam hati sebenarnya juga sedikit takut, teringat warna merah di sprei, aku merasa seperti melakukan kejahatan.
"Omong kosong, aku dari luar pintu mendengar jeritan dan lolongan liar Dhini, jika suami Dhini tahu akan hal ini, kamu pasti tidak akan bisa hidup lama lagi, bahkan tidak tahu bagaimana cara kamu akan mati. "
Agung setelah mendengar perkataan Guru Manshur, juga bertanya dengan marah : "Bahkan aku sendiri tidak berani menyinggung suami Dhini, dan kamu bocah berani membuatnya menjerit melolong liar? Potong tangan yang kamu gunakan untuk memijatnya, jika kamu juga menggunakan kedua kaki dan barang kepunyaanmu, maka kamu tidak perlu hidup dan berada di dalam klub lagi. "
Aku tidak menyangka bahwa pijatan sederhana akan menyebabkan masalah besar bagi diri aku sendiri, bahkan mungkin membahayakan nyawa sendiri.
Melihat kedua pengawal di pintu, aku merasa seharusnya bisa untuk melarikan diri, lagipula tidak ada yang tahu bahwa aku akan ditangkap.
Citttt.....
"Bos, Kak Dhini datang kemari, dia mengatakan ingin mencari kamu, menurut kamu..... "
"Biarkan dia masuk. "
Begitu Agung selesai berkata, Kak Dhini sudah muncul di depan pintu, tampak sombong dan dingin seperti sebelumnya, tatapannya sangat dingin.
Kak Dhini hanya melirik aku dengan acuh lalu berjalan ke arah Manshur.
Plak!
Sebuah tamparan keras langsung menghantam wajah Manshur.
Anehnya Agung ternyata tidak menghentikannya, tetapi wajahnya juga terlihat jelas tidak senang, menghajar bawahan hendaknya juga harus perhatikan siapa bosnya, terlebih lagi Manshur adalah bawahan yang sudah mengikutinya selama bertahun-tahun.
Manshur juga tercengang ditampar oleh Kak Dhini, tetapi melihat wajah galaknya, Manshur juga tidak berani mengatakan apapun.
"Manshur, aku menghormati kamu sebagai senior, maka itu aku bisa mentolerirmu sekali atau dua kali, tapi kamu memfitnah aku, untuk satu ini aku tidak bisa mentolerir kamu, 'tanpa menjelaskan apapun jika kamu benar maka akan selalu benar, orang benar selalu benar orang yang salah selalu akan salah' aku rasa kamu seharusnya paham akan teori ini, dan aku seperti apa, seharusnya kamu juga paham! "
Manshur karena ditampar sehingga tidak berani menyebut Kak Dhini dengan panggilan Dhini, dia menundukkan kepala dan berkata dengan pelan : "Aku yang telah salah paham akan masalah ini, tetapi bocah satu ini telah menyinggungmu, maka itu kedua tangannya harus dilumpuhkan. "
Aku tidak menyangka ternyata Manshur memiliki sisi yang begitu kejam, tetapi aku tidak langsung menjadi marah, ingin melihat bagaimana Agung menangani masalah ini.
"Dhini, kamu saja yang putuskan masalah ini, bagaimana menangani bocah satu ini, cukup satu kalimat dari kamu. "
Wajah Agung saat ini terlihat sangat tegas dan tidak terlihat keengganan sedikit pun.
"Kedua tangannya merupakan tangan yang memberi pijatan untuk aku, jika mijat aku termasuk menyinggung aku, kalau begitu bukankah Manshur sudah seharusnya mati sekarang? "
Selesai mengatakan ini, Kak Dhini lalu berjalan dengan perlahan ke arah Manshur.
"Kedepannya aku menginginkan bocah ini, aku juga tahu perilaku sehari-hari Manshur, tapi kali ini jika kamu berani mempersulit Gaga, maka jangan salahkan aku untuk bersikap tidak segan. "
Aku tidak menyangka ternyata Kak Dhini akan mengatakan perkataan seperti ini demi aku, sesaat merasa terharu dan juga terkejut, di saat bersamaan dalam pikiran masih terbesit dengan warna merah di atas ranjang kamar.
"Baik, karena Dhini sudah berkata demikian, maka bocah ini tidak ada masalah, hanya saja aku berharap kamu bisa mengatakan beberapa kata-kata baik untuk klub kami di depan Direktur, lagipula tidak mudah bagi kami untuk mencari uang. "
Nada perkataan Agung sama sekali tidak melunak, sebaliknya samar-samar tersirat sedikit memaksa.
"Bos Agung tenang, suami aku tidak punya waktu untuk membuat masalah dengan Bos Agung. "
Selesai mengatakan ini, Kak Dhini lalu pergi dan aku seketika tidak tahu harus berbuat apa.
Agung melirik ke aku dan Manshur, lalu berkata kepada Manshur dengan tidak puas : "Segera bawa pergi karyawan magang kamu, ke depan jika menimbulkan masalah lagi, maka kalian berdua akan mati bersama. "
Kak Dhini saat ini masih dalam keadaan tidak sadar, seluruh tubuhnya berwarna merah muda, terutama wajahnya yang cantik merah seperti minum anggur, menunjukkan semacam pancaran bentuk orang mabuk.
Dalam kondisi seperti ini yang pertama terpikirkan oleh aku bukanlah membuka pintu, melainkan menjaga dengan baik rahasia privasi Kak Dhini.
Kak Dhini juga dibuat terkejut oleh suara Guru Manshur, tetapi tadi dikarenakan baru mencapai puncak, sesaat masih belum tersadarkan kembali.
"Kamu ambilkan handuk untuk aku dan sudah boleh pergi. "
Aku tidak tahu apa maksud perkataannya ini, namun terus merasa ada firasat buruk, tapi aku tetap mengerjakannya sesuai perintah Kak Dhini membawakan handuk kemari untuknya.
Kak Dhini melilitkan sendiri lalu mengambil sekotak rokok wanita dari meja samping tempat tidur dan menyalakannya dengan tenang.
Meski demikian pada saat Kak Dhini berdiri aku menjadi tercengang, sebuah warna merah samar muncul di atas sprei ranjang yang putih, begitu jelas.
"Ini..... "
Aku masih belum selesai berkata, Kak Dhini mengikuti arah pandangan aku, saat melihat warna merah di tempat tidur, tubuhnya terlihat jelas gemetar.
"Kamu sudah boleh pergi, dan juga orang di luar sana juga pergi dari sini!"
Sikap Kak Dhini tiba-tiba berubah, menjadi sangat dingin bahkan bisa dikatakan sedingin es.
Warna merah di atas sprei pasti bukan darah haid perempuan, aku tahu darah haid tidak mungkin sedikit itu, selain darah haid maka.. darah perawan.
Aku tiba-tiba menjadi takut, membuka pintu kamar dengan kacau dan bingung.
Saat baru keluar, Guru Manshur langsung mengutuk memarahi aku dengan galak.
.....
Dalam ruang kantor, Manshur menjelaskan di depan bos dengan menekan aku, mengatakan aku melakukan sesuatu di luar pijatan.
Mengenai bos Agung, ini pertama kalinya aku melihat dia berwajah dingin, tetapi aku tidak melakukan hal-hal kotor seperti itu dengan Kak Dhini, oleh karena itu aku juga tidak takut terhadap tuduhan palsu dari Guru Manshur.
"Gaga, aku tanyakan padamu, apakah yang dikatakan Manshur benar?"
Tatapan Agung tersirat aura membunuh.
Aku juga pernah mendengar mengenai latar belakang Agung, secara luar seorang bos Orbit Club, diam-diam sebenarnya adalah seorang bos mafia.
"Tidak, aku tidak melakukan hubungan apapun dengan Kak Dhini. "
Raut wajah aku sangat tenang, tapi dalam hati sebenarnya juga sedikit takut, teringat warna merah di sprei, aku merasa seperti melakukan kejahatan.
"Omong kosong, aku dari luar pintu mendengar jeritan dan lolongan liar Dhini, jika suami Dhini tahu akan hal ini, kamu pasti tidak akan bisa hidup lama lagi, bahkan tidak tahu bagaimana cara kamu akan mati. "
Agung setelah mendengar perkataan Guru Manshur, juga bertanya dengan marah : "Bahkan aku sendiri tidak berani menyinggung suami Dhini, dan kamu bocah berani membuatnya menjerit melolong liar? Potong tangan yang kamu gunakan untuk memijatnya, jika kamu juga menggunakan kedua kaki dan barang kepunyaanmu, maka kamu tidak perlu hidup dan berada di dalam klub lagi. "
Aku tidak menyangka bahwa pijatan sederhana akan menyebabkan masalah besar bagi diri aku sendiri, bahkan mungkin membahayakan nyawa sendiri.
Melihat kedua pengawal di pintu, aku merasa seharusnya bisa untuk melarikan diri, lagipula tidak ada yang tahu bahwa aku akan ditangkap.
Citttt.....
"Bos, Kak Dhini datang kemari, dia mengatakan ingin mencari kamu, menurut kamu..... "
"Biarkan dia masuk. "
Begitu Agung selesai berkata, Kak Dhini sudah muncul di depan pintu, tampak sombong dan dingin seperti sebelumnya, tatapannya sangat dingin.
Kak Dhini hanya melirik aku dengan acuh lalu berjalan ke arah Manshur.
Plak!
Sebuah tamparan keras langsung menghantam wajah Manshur.
Anehnya Agung ternyata tidak menghentikannya, tetapi wajahnya juga terlihat jelas tidak senang, menghajar bawahan hendaknya juga harus perhatikan siapa bosnya, terlebih lagi Manshur adalah bawahan yang sudah mengikutinya selama bertahun-tahun.
Manshur juga tercengang ditampar oleh Kak Dhini, tetapi melihat wajah galaknya, Manshur juga tidak berani mengatakan apapun.
"Manshur, aku menghormati kamu sebagai senior, maka itu aku bisa mentolerirmu sekali atau dua kali, tapi kamu memfitnah aku, untuk satu ini aku tidak bisa mentolerir kamu, 'tanpa menjelaskan apapun jika kamu benar maka akan selalu benar, orang benar selalu benar orang yang salah selalu akan salah' aku rasa kamu seharusnya paham akan teori ini, dan aku seperti apa, seharusnya kamu juga paham! "
Manshur karena ditampar sehingga tidak berani menyebut Kak Dhini dengan panggilan Dhini, dia menundukkan kepala dan berkata dengan pelan : "Aku yang telah salah paham akan masalah ini, tetapi bocah satu ini telah menyinggungmu, maka itu kedua tangannya harus dilumpuhkan. "
Aku tidak menyangka ternyata Manshur memiliki sisi yang begitu kejam, tetapi aku tidak langsung menjadi marah, ingin melihat bagaimana Agung menangani masalah ini.
"Dhini, kamu saja yang putuskan masalah ini, bagaimana menangani bocah satu ini, cukup satu kalimat dari kamu. "
Wajah Agung saat ini terlihat sangat tegas dan tidak terlihat keengganan sedikit pun.
"Kedua tangannya merupakan tangan yang memberi pijatan untuk aku, jika mijat aku termasuk menyinggung aku, kalau begitu bukankah Manshur sudah seharusnya mati sekarang? "
Selesai mengatakan ini, Kak Dhini lalu berjalan dengan perlahan ke arah Manshur.
"Kedepannya aku menginginkan bocah ini, aku juga tahu perilaku sehari-hari Manshur, tapi kali ini jika kamu berani mempersulit Gaga, maka jangan salahkan aku untuk bersikap tidak segan. "
Aku tidak menyangka ternyata Kak Dhini akan mengatakan perkataan seperti ini demi aku, sesaat merasa terharu dan juga terkejut, di saat bersamaan dalam pikiran masih terbesit dengan warna merah di atas ranjang kamar.
"Baik, karena Dhini sudah berkata demikian, maka bocah ini tidak ada masalah, hanya saja aku berharap kamu bisa mengatakan beberapa kata-kata baik untuk klub kami di depan Direktur, lagipula tidak mudah bagi kami untuk mencari uang. "
Nada perkataan Agung sama sekali tidak melunak, sebaliknya samar-samar tersirat sedikit memaksa.
"Bos Agung tenang, suami aku tidak punya waktu untuk membuat masalah dengan Bos Agung. "
Selesai mengatakan ini, Kak Dhini lalu pergi dan aku seketika tidak tahu harus berbuat apa.
Agung melirik ke aku dan Manshur, lalu berkata kepada Manshur dengan tidak puas : "Segera bawa pergi karyawan magang kamu, ke depan jika menimbulkan masalah lagi, maka kalian berdua akan mati bersama. "
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved