Bab 6 Acara Perjamuan

by Salvy 11:17,Apr 02,2021
Berdiri di tempat semula, setalah meragu sejenak, saat bersiap mengeluarkan kartu nama Fendi Yu untuk meneleponnya, tiba-tiba aku mendengar percakapan orang yang ada di sampingku.

“Sore ini Direktur akan pergi menghadiri acara perjamuan, jadi rapatnya harus diselesaikan pagi ini.”

……

Acara perjamuan?

Sepertinya kemarin departemen hubungan masyarakat membicarakan soal kerja sama baru, dan mengatakan malam ini akan ada acara perjamuan untuk merayakannya.

Tiba-tiba aku teringat pada tanda tangan yang ada di atas surat kerja sama itu, Fendi Yu!

Benar, tidak salah lagi!

Aku akan pergi menghadiri acara perjamuan itu, hanya di acara perjamuan aku bisa bertemu dengan Fendi Yu, dan aku bisa menanyakan kebenarannya secara langsung!

Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, terdengar suara gadis resepsionis itu dari belakangku, “Nona, apa mau membuat janji dulu?”

……

Musik yang mengalun, tamu yang terus berdatangan.

Walaupun datang untuk membahas bisnis di acara perjamuan, namun Thomas Song tetap tidak ingin menampakkan dirinya.

Winto Song menatapku sejenak, berucap dengan sedikit berharap, “Debby, hari ini kuserahkan semuanya padamu!”

Dulu aku pasti akan sangat berterima kasih saat mendengar kalimat Winto Song ini, namun sekarang aku merasa ucapannya ini sedikit menggelikan.

Selesai berucap, dia membalikkan tubuhnya dan pergi bersama beberapa tamu lainnya. Sedangkan aku yang belum sempat bereaksi, ada beberapa klien berjas yang telah menghampiriku.

“Nona Lu, bagaimana jika kita minum bersama?”

Aku adalah menantu keluarga Song, juga penanggung jawab dari kerja sama ini.

Karena itu, saat mereka mengajakku untuk minum bersama, aku tidak bisa menolaknya, namun aku telah minum empat gelas sampanye, kesadaranku mulai berkurang, jika aku minum lagi, mungkin aku akan tumbang.

“Aku akan mewakilinya untuk minum, mohon pengertiannya semuanya!”

Suara ini, terdengar sedikit familiar.

Aku langsung membalikkan tubuhku, dan terlihat Fendi Yu yang entah sejak kapan berdiri di sampingku.

Dia mengenakan jas hitam, terdapat senyuman di wajahnya, terlihat lembut namun tidak mengurangi kegagahannya.

Aku tertegun menatapnya, kemudian terdengar suara pria yang lembut, “Apa kamu baik-baik saja?”

Detik berikutnya aku menggelengkan kepalaku, namun kakiku sudah tidak bisa berdiri dengan seimbang.

Aku menutup mulutku, berjalan terseok-seok ke arah toilet, belum sampai di sisi tangga, aku langsung terjatuh ke atas lantai.

Fendi Yu langsung mendekat dan menatapku, suara rendah dan beratnya masuk ke telingaku, “Debby, kamu sudah mabuk.”

Di saat yang sama saat dia berucap, dia membungkukkan tubuhnya dan langsung menggendongku. Gerakannya sangat lembut, namun membuatku merasa bingung.

“Aku......” pandanganku mulai memburam, Fendi Yu menggendongku, namun berjalan ke arah yang berlawanan dengan toilet.

Aku tidak tahu ke mana dia ingin membawaku, kepalaku sangat pusing. Aku teringat kembali dengan adegan yang kulihat kemarin di dalam kamar hotel.

Aku teringat dengan Thomas Song.

Selama bertahun-tahun, aku telah berkorban dan memberikan semuanya, namun inilah balasannya. Hatiku merasa sedih, membuatku sedikit hilang kendali.

Aku berucap padanya dengan suara yang terdengar mabuk, “Fen...... Fendi...... orang tuaku......”

Kebingungan yang ada di dalam hatiku, membuatku tidak bisa tenang.

Aku tidak sadar saat ini Fendi Yu telah menggendongku ke dalam kamar hotel.

Dia menatapku, dengan sudut bibir yang terangkat, “Jadi kamu sudah membuat keputusan?”

Aku tidak bisa mendengar ucapannya dengan jelas.

Dengan berhati-hati aku mengangkat kepalaku dan menatapnya, namun saat ini, tiba-tiba dia mendekatkan tubuhnya, suara rendahnya sarat akan kelembutan, dengan jarak yang sedekat ini membuatku panik, “Debby, sampai kapan kamu ingin membohongi dirimu sendiri?”

Dia menindihku, terlihat sedikit raut jahat di wajahnya.

Wajahnya yang tampan, terlihat tidak begitu jelas karena di bawah pengaruh alkohol. Dia bagaikan orang yang masuk ke dalam mimpiku, tanpa menungguku bereaksi, dia langsung membuka pakaianku.

Setelah terdengar suara sobekan, aku mendengar dengan jelas kemejanya yang terjatuh ke atas lantai, kulitnya terpampang dengan jelas......

Udara dan kulit yang menyentuhku membuat tubuhku bergetar, tangan Fendi Yu telah menyentuh kulitku.

Jari hangatnya bergerak di atas kulitku, seketika membuatku bergidik.

“Apa...... apa yang kamu lakukan?”

Aku berucap dengan sedikit tidak nyaman, walaupun sudah menikah selama tiga tahun, ini adalah pertama kalinya aku disentuh oleh pria......

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

443