Bab 9 Tontonan Gratis
by Renko
11:02,Feb 02,2021
Lunar hanya terkejut saat beberapa orang pria bertubuh kekar memasuki apartemen. Dia tidak bisa berkata-kata sampai tamu terakhir sudah melintasi garis pintu. Pandangan yang berada pada sekretaris Ham dialihkan pada orang yang diseret. Lantas dia yang merasa hal tidak beres terjadi di apartemennya membuat dia bergegas datang menghampiri.
“Arkan, ada apa ini?” Masih tercengang keheranan.
Arkan akhirnya menyerah setelah berusaha lepas dari cengkeraman bodyguard yang diperintahkan ayahnya. Apa yang terjadi sebenarnya tadi adalah saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba dia dicegat. Bagaimanapun melawan tetap saja dia kalah jumlah dengan hanya mengandalkan diri sendiri dan juga sekretaris Ham. Damien tampaknya tidak putus asa untuk membuat dia dan Lunar berada di satu tempat tinggal yang sama.
Arkan mengibaskan tangan dengan kasar sehingga cengkeraman terlepas sepenuhnya. Setelah itu para bodyguard beranjak pergi dari sana dan mereka yang ada di dalam apartemen hanya bisa melihat tanpa ada niat untuk mencegah. Baru setelah itu Arkan duduk dengan perasaan kesal yang tidak bisa dilampiaskan.
“Aku akan tinggal bersamamu.”
“A-apa maksudmu?”
Lunar tidak begitu paham karena dia tahu kalau keberadaannya di apartemen yang sekarang merupakan keinginan Arkan yang tidak ingin tinggal bersamanya. Apa yang terjadi saat ini adalah sebaliknya dan hal itu membuatnya sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Arkan. Selain itu kalau mereka tinggal bersama, nanti bagaimana dengan Raya?
“Ayah tidak membiarkan kita tinggal secara terpisah.” Arkan meremas rambut sangat frustrasi. Tidak tahu bagaimana harus membantah keinginan ayahnya. Sebelumnya dia juga sudah berusaha mati-matian untuk menghindar dari kejaran orang suruhan ayahnya namun kali ini dia berhasil ditangkap.
“Lalu kalau kau tinggal di sini, bagaimana dengan Raya?”
Arkan mengangkat kepala yang menunduk agar bisa melihat wanita yang membuat kepalanya seperti ingin pecah. “Kau pikir semua masalah ini aku yang memintanya?” Dia bangkit dan menghampiri Lunar sambil mengeraskan geraham. Mencengkeram bahu itu dan menatap warna hitam dari bola mata wanita itu dengan lekat. “Semenjak kehadiranmu di hidupku tidak ada ketenangan yang aku dapatkan dan juga hubunganku dengan Raya rusak karenamu. Seharusnya pernikahan itu antara aku dan Raya, bukan denganmu!”
Raya yang kesakitan bersusah payah melepaskan diri. Hingga bisa lepas, kakinya terbentur bagian sofa dan membuatnya harus jatuh terduduk di atasnya. Dia berusaha menghindari Arkan yang tidak berhenti mendesaknya sampai tidak menemukan tempat pelarian lagi. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menerima tatapan kemarahan yang membuatnya bergidik.
“Aku tidak ingin hidup bersama wanita sepertimu. Jadi kenapa kau tidak pergi saja dari hidupku? Dibandingkan menetap dengan tidak tahu malunya setelah merusak kehidupan orang lain.” Arkan mengangkat sebelah bibirnya. “Kau lari dari pernikahan? Lalu menjadi parasit di hubungan orang lain?”
Lunar mengatupkan mulutnya rapat-rapat berusaha untuk bertahan. Padahal saat ini matanya sudah panas menahan kemarahan. Dia dipermalukan. Bukan hanya itu karena dia juga diusir secara terang-terangan untuk yang ke-dua kalinya. Dengan sepenuh tenaga dia mendorong Arkan dan membuat jarak di antara mereka terbentang luas. Dia segera bangkit dan menjauh dari posisi tadi agar tidak disudutkan lagi.
“Kau pikir aku ingin hidup bersama pria sepertimu? Sama sekali tidak! Kau bukan tipe pria yang aku inginkan! Bahkan jauh dari apa yang aku inginkan!”
Setelah itu Lunar bergegas masuk ke dalam kamar tanpa memedulikan apa-apa lagi. Pintu kamar dibanting sebelum dikunci, lalu dia duduk di tepi ranjang memendam rasa yang tidak bisa dideskripsikan lagi. Napas itu naik turun dengan cepat seolah tidak bisa menahan perasaan yang seolah ingin menyembur sepenuhnya keluar.
Di dalam rasa yang tidak bisa dideskripsikan, hatinya sangat sakit dan membuat tetesan air mata jatuh. Dia sudah menahan tangisan itu sejak berhadapan dengan Arkan tadi, tetapi dia berusaha untuk tetap bertahan. Tidak ingin menunjukkan kalau dirinya lemah di hadapan orang yang menyudutkan. Tangisan keluar lambat-lambat tanpa membolehkan siapa pun di luar sana mendengar.
Saat ini dia hanya seorang diri tanpa ada yang membantunya menguatkan diri. Sebelumnya dia sudah berusaha mati-matian mencari pekerjaan namun tidak ada yang memberikannya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan. Dia juga ingin membanggakan kedua orangtua dengan kemampuan yang dia punya.
Sayangnya tidak ada yang mendukung atau siapa pun itu menjadi pendengar di sisinya saat ini. Kedua orangtua dan juga kakaknya sendiri tidak mengizinkan dia untuk membuat pilihan. Kemudian sekarang dia terjebak pada hal yang menurutnya bisa menjadi celah untuk kabur, ternyata menjadi sesuatu yang menyakitkan di dalam hidupnya. Dia tidak diinginkan di tempatnya sekarang. Dia seseorang yang tidak memiliki harapan.
***
Puas menangis baru Lunar bangkit dari kesedihannya. Dia tidak bisa terus-menerus berada dalam situasi yang menyulitkan itu. Sudah susah payah berada jauh dari orangtua untuk menghindari pernikahannya dengan Nico, seharusnya dia memiliki kehidupan yang baik.
Dia membasuh wajah dan membersihkan penampilan yang menurutnya kusut akibat menangis. Semua yang ada pada dirinya dirapikan sebelum kaki dilangkahkan keluar. Mengenai pernikahan mereka yang selalu menjadi permasalahan pokoknya harus dituntaskan.
Setelah mencapai luar kamar dia tidak melihat ada Arkan di mana pun. Hanya sekretaris Ham yang berbaring di atas sofa. Ke mana pria yang menjengkelkan itu sebenarnya? Dia membuka pintu apartemen untuk melihat apakah Arkan ada di luar. Seketika dia terkejut mendapati para bodyguard berbaris menjaga pintu. Apa mereka semua berniat untuk menjaga pintu selamanya?
Pintu apartemen perlahan ditutup kembali. Melihat penjagaan yang ketat itu sepertinya Arkan tidak dibiarkan lolos. Lantas dia kembali mencari keberadaan Arkan. Pria itu tidak berperan sebagai rapunzel yang melarikan diri dari jendela, bukan? Kalau tidak begitu ada di mana sebenarnya Arkan? Dia tidak bisa menemukannya di mana-mana. Bahkan apartemen senyap tanpa ada suara yang bisa ditangkap.
Dia masuk ke dalam sebuah kamar dan seperti yang dia lihat, kamar itu kosong dan tertata rapi. Langkahnya dibawa menuju kamar mandi untuk memastikan apakah orang yang dicari berada di sana. Melewati cermin vertikal, langkahnya dibawa mundur kembali. Dia memperhatikan bagaimana keadaan wajahnya saat ini.
“Apa aku menangis terlalu lama?” Memijat kedua mata yang bengkak dengan jemari perlahan. Setelah itu dia memperhatikan mata yang tidak mengalami perubahan sama sekali walau sudah dipijat. “Kau sudah melalui hari yang cukup berat karena pria itu.” Dia mengusap-usap kepalanya sendiri. “Kerja bagus, Lunar.” Tersenyum.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
Lunar menoleh ke asal suara dan dia langsung membalikkan badan memunggungi kamar mandi. Tadi dia sedikit terpekik melihat Arkan yang setengah telanjang. Dia tidak mengira kalau Arkan benar-benar berada di dalam kamar mandi karena tidak ada suara air terdengar sama sekali.
“Aku bertanya apa yang sedang kau lakukan?”
Suara yang terdengar dekat membuat Lunar kewalahan. Dari ekor matanya dia melihat kalau Arkan kini berdiri di sampingnya. “Kita berbicara nanti saja setelah kau berpakaian.” Dia yang hendak melangkah digenggam tangannya dan membuat mereka saling berpandangan. “A-ada yang perlu aku bicarakan padamu, tapi nanti saja. Aku akan menunggumu di luar.”
“Kita bicarakan sekarang.” Pegangan di tangan Lunar dilepaskan, lalu Arkan duduk di kaki ranjang menanti apa yang ingin dibicarakan padanya.
Lunar menghela napas dengan berat. “Tidak bisakah kau berpakaian lebih dulu? Kita akan berbicara nanti setelah kau tidak memamerkan otot yang kau punya.”
“Aku lebih suka memamerkannya. Bersyukurlah karena kau bisa berbicara sambil menontonnya secara gratis.”
Haruskah Lunar berterima kasih untuk itu? Padahal tadi mereka baru saja berdebat dan air mata yang meninggalkan bengkak masih tertanam jelas. Setidaknya Arkan meminta maaf karena telah membuat seorang wanita bersedih, tetapi sekarang dengan angkuh dan bangganya mengatakan apa yang seharusnya tidak dikatakan.
Dia pada akhirnya mengalah dan membiarkan pembicaraan dilakukan di dalam kamar. “Kita berpisah saja.”
Arkan mengubah duduknya jadi condong ke depan tanpa melepaskan tatapan mereka. “Kau melanggar kesepakatan.” Pernikahan mereka masih belum lama dan kesepakatan yang mereka buat adalah satu tahun.
“Aku akan menerima segala konsekuensinya. Kau bisa membuat mereka mengatakan kalau aku berselingkuh. Dengan begitu akan ada banyak orang yang simpatik terhadapmu.”
“Lalu membiarkanmu berada dalam situasi sulit?”
Membayangkan situasi sulit yang akan datang membuat keyakinannya sedikit goyah. Tetapi dia sudah membulatkan tekad dan tidak boleh runtuh dengan cepat. Itu adalah cara terburuk melebihi pernikahan palsu yang mereka jalani.
“Aku harus bertanggung jawab atas kesalahan yang aku buat karena lari dari pernikahan. Lagi pula setelah kita berpisah, kau bisa menjalani hubunganmu dengan Raya kembali.”
Ya. Setelah ini Lunar berpikir untuk memulai hidupnya kembali. Mencari pekerjaan dan berusaha keras mencapai kesuksesan agar nanti bisa ditunjukkan pada orang-orang. Dia yang sukses baru bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
“Aku harap juga begitu. Sayang sekali kita tidak bisa melakukannya karena ayahku tidak akan memberikan izin. Sebelum mencapai kesepakatan, kau tidak akan bisa pergi.” Arkan bangkit dari duduknya, lalu menghampiri tempat di mana Lunar berdiri. “Kau memang harus bertanggung jawab.” Dia mengangkat dagu wanita itu dengan telunjuk. “Apa kau merasa tersudutkan makanya berpikir untuk pergi?”
Benar. Lunar merasa tersudutkan sehingga membuatnya harus mengambil keputusan yang bisa saja membuat hidupnya semakin sulit. “Kalau aku menjadi parasit, untuk apa dipertahankan? Lebih baik kau membuang parasit ini agar tidak mengganggu.” Ucapnya dengan angkuh.
Arkan menjauhkan telunjuknya, lalu berdiri tegap kembali. Tawaran Lunar datang terlambat. Seharusnya tidak masalah baginya bagaimana kehidupan Lunar selanjutnya, tetapi sekarang Lunar sudah resmi menjadi istrinya. Bagaimana dia bisa diam saja jika mereka berpisah atas perselingkuhan Lunar? Kenapa dia merasa tidak tega untuk membiarkan Lunar berada dalam situasi sulit itu?
Arkan yang menurunkan pandangan membuat Lunar melihat pula ke arah yang sama. Dia langsung menarik bajunya sedikit ke atas menutupi bagian dadanya yang terbuka. “Ke mana kau melihat?” Ucapnya kesal.
Arkan mengulas sebuah senyuman di bibir. “Aku harus membeli pakaian baru untuk parasitku. Tapi sebelum itu bisakah kau keluar?”
“Kenapa?”
Arkan memegangi balutan handuk yang melingkar di pinggang. “Karena tontonan gratis sudah habis.” Dia beralih memegangi tangan yang menutupi dada. “Kau bisa membayarnya jika ingin tetap melihatnya.”
Lunar melirik tangan yang memeganginya dan seketika wajahnya merona merah memikirkan perkataan barusan. Apa Arkan meminta bayaran dengan menggunakan tubuhnya? Hal itu sungguh tidak masuk akal. “Aku akan mengadukannya pada Raya!” Dia bergegas keluar dari kamar bersama kekehan yang terdengar dari belakang.
Pria itu tertawa!
“Arkan, ada apa ini?” Masih tercengang keheranan.
Arkan akhirnya menyerah setelah berusaha lepas dari cengkeraman bodyguard yang diperintahkan ayahnya. Apa yang terjadi sebenarnya tadi adalah saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba dia dicegat. Bagaimanapun melawan tetap saja dia kalah jumlah dengan hanya mengandalkan diri sendiri dan juga sekretaris Ham. Damien tampaknya tidak putus asa untuk membuat dia dan Lunar berada di satu tempat tinggal yang sama.
Arkan mengibaskan tangan dengan kasar sehingga cengkeraman terlepas sepenuhnya. Setelah itu para bodyguard beranjak pergi dari sana dan mereka yang ada di dalam apartemen hanya bisa melihat tanpa ada niat untuk mencegah. Baru setelah itu Arkan duduk dengan perasaan kesal yang tidak bisa dilampiaskan.
“Aku akan tinggal bersamamu.”
“A-apa maksudmu?”
Lunar tidak begitu paham karena dia tahu kalau keberadaannya di apartemen yang sekarang merupakan keinginan Arkan yang tidak ingin tinggal bersamanya. Apa yang terjadi saat ini adalah sebaliknya dan hal itu membuatnya sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Arkan. Selain itu kalau mereka tinggal bersama, nanti bagaimana dengan Raya?
“Ayah tidak membiarkan kita tinggal secara terpisah.” Arkan meremas rambut sangat frustrasi. Tidak tahu bagaimana harus membantah keinginan ayahnya. Sebelumnya dia juga sudah berusaha mati-matian untuk menghindar dari kejaran orang suruhan ayahnya namun kali ini dia berhasil ditangkap.
“Lalu kalau kau tinggal di sini, bagaimana dengan Raya?”
Arkan mengangkat kepala yang menunduk agar bisa melihat wanita yang membuat kepalanya seperti ingin pecah. “Kau pikir semua masalah ini aku yang memintanya?” Dia bangkit dan menghampiri Lunar sambil mengeraskan geraham. Mencengkeram bahu itu dan menatap warna hitam dari bola mata wanita itu dengan lekat. “Semenjak kehadiranmu di hidupku tidak ada ketenangan yang aku dapatkan dan juga hubunganku dengan Raya rusak karenamu. Seharusnya pernikahan itu antara aku dan Raya, bukan denganmu!”
Raya yang kesakitan bersusah payah melepaskan diri. Hingga bisa lepas, kakinya terbentur bagian sofa dan membuatnya harus jatuh terduduk di atasnya. Dia berusaha menghindari Arkan yang tidak berhenti mendesaknya sampai tidak menemukan tempat pelarian lagi. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menerima tatapan kemarahan yang membuatnya bergidik.
“Aku tidak ingin hidup bersama wanita sepertimu. Jadi kenapa kau tidak pergi saja dari hidupku? Dibandingkan menetap dengan tidak tahu malunya setelah merusak kehidupan orang lain.” Arkan mengangkat sebelah bibirnya. “Kau lari dari pernikahan? Lalu menjadi parasit di hubungan orang lain?”
Lunar mengatupkan mulutnya rapat-rapat berusaha untuk bertahan. Padahal saat ini matanya sudah panas menahan kemarahan. Dia dipermalukan. Bukan hanya itu karena dia juga diusir secara terang-terangan untuk yang ke-dua kalinya. Dengan sepenuh tenaga dia mendorong Arkan dan membuat jarak di antara mereka terbentang luas. Dia segera bangkit dan menjauh dari posisi tadi agar tidak disudutkan lagi.
“Kau pikir aku ingin hidup bersama pria sepertimu? Sama sekali tidak! Kau bukan tipe pria yang aku inginkan! Bahkan jauh dari apa yang aku inginkan!”
Setelah itu Lunar bergegas masuk ke dalam kamar tanpa memedulikan apa-apa lagi. Pintu kamar dibanting sebelum dikunci, lalu dia duduk di tepi ranjang memendam rasa yang tidak bisa dideskripsikan lagi. Napas itu naik turun dengan cepat seolah tidak bisa menahan perasaan yang seolah ingin menyembur sepenuhnya keluar.
Di dalam rasa yang tidak bisa dideskripsikan, hatinya sangat sakit dan membuat tetesan air mata jatuh. Dia sudah menahan tangisan itu sejak berhadapan dengan Arkan tadi, tetapi dia berusaha untuk tetap bertahan. Tidak ingin menunjukkan kalau dirinya lemah di hadapan orang yang menyudutkan. Tangisan keluar lambat-lambat tanpa membolehkan siapa pun di luar sana mendengar.
Saat ini dia hanya seorang diri tanpa ada yang membantunya menguatkan diri. Sebelumnya dia sudah berusaha mati-matian mencari pekerjaan namun tidak ada yang memberikannya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan. Dia juga ingin membanggakan kedua orangtua dengan kemampuan yang dia punya.
Sayangnya tidak ada yang mendukung atau siapa pun itu menjadi pendengar di sisinya saat ini. Kedua orangtua dan juga kakaknya sendiri tidak mengizinkan dia untuk membuat pilihan. Kemudian sekarang dia terjebak pada hal yang menurutnya bisa menjadi celah untuk kabur, ternyata menjadi sesuatu yang menyakitkan di dalam hidupnya. Dia tidak diinginkan di tempatnya sekarang. Dia seseorang yang tidak memiliki harapan.
***
Puas menangis baru Lunar bangkit dari kesedihannya. Dia tidak bisa terus-menerus berada dalam situasi yang menyulitkan itu. Sudah susah payah berada jauh dari orangtua untuk menghindari pernikahannya dengan Nico, seharusnya dia memiliki kehidupan yang baik.
Dia membasuh wajah dan membersihkan penampilan yang menurutnya kusut akibat menangis. Semua yang ada pada dirinya dirapikan sebelum kaki dilangkahkan keluar. Mengenai pernikahan mereka yang selalu menjadi permasalahan pokoknya harus dituntaskan.
Setelah mencapai luar kamar dia tidak melihat ada Arkan di mana pun. Hanya sekretaris Ham yang berbaring di atas sofa. Ke mana pria yang menjengkelkan itu sebenarnya? Dia membuka pintu apartemen untuk melihat apakah Arkan ada di luar. Seketika dia terkejut mendapati para bodyguard berbaris menjaga pintu. Apa mereka semua berniat untuk menjaga pintu selamanya?
Pintu apartemen perlahan ditutup kembali. Melihat penjagaan yang ketat itu sepertinya Arkan tidak dibiarkan lolos. Lantas dia kembali mencari keberadaan Arkan. Pria itu tidak berperan sebagai rapunzel yang melarikan diri dari jendela, bukan? Kalau tidak begitu ada di mana sebenarnya Arkan? Dia tidak bisa menemukannya di mana-mana. Bahkan apartemen senyap tanpa ada suara yang bisa ditangkap.
Dia masuk ke dalam sebuah kamar dan seperti yang dia lihat, kamar itu kosong dan tertata rapi. Langkahnya dibawa menuju kamar mandi untuk memastikan apakah orang yang dicari berada di sana. Melewati cermin vertikal, langkahnya dibawa mundur kembali. Dia memperhatikan bagaimana keadaan wajahnya saat ini.
“Apa aku menangis terlalu lama?” Memijat kedua mata yang bengkak dengan jemari perlahan. Setelah itu dia memperhatikan mata yang tidak mengalami perubahan sama sekali walau sudah dipijat. “Kau sudah melalui hari yang cukup berat karena pria itu.” Dia mengusap-usap kepalanya sendiri. “Kerja bagus, Lunar.” Tersenyum.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
Lunar menoleh ke asal suara dan dia langsung membalikkan badan memunggungi kamar mandi. Tadi dia sedikit terpekik melihat Arkan yang setengah telanjang. Dia tidak mengira kalau Arkan benar-benar berada di dalam kamar mandi karena tidak ada suara air terdengar sama sekali.
“Aku bertanya apa yang sedang kau lakukan?”
Suara yang terdengar dekat membuat Lunar kewalahan. Dari ekor matanya dia melihat kalau Arkan kini berdiri di sampingnya. “Kita berbicara nanti saja setelah kau berpakaian.” Dia yang hendak melangkah digenggam tangannya dan membuat mereka saling berpandangan. “A-ada yang perlu aku bicarakan padamu, tapi nanti saja. Aku akan menunggumu di luar.”
“Kita bicarakan sekarang.” Pegangan di tangan Lunar dilepaskan, lalu Arkan duduk di kaki ranjang menanti apa yang ingin dibicarakan padanya.
Lunar menghela napas dengan berat. “Tidak bisakah kau berpakaian lebih dulu? Kita akan berbicara nanti setelah kau tidak memamerkan otot yang kau punya.”
“Aku lebih suka memamerkannya. Bersyukurlah karena kau bisa berbicara sambil menontonnya secara gratis.”
Haruskah Lunar berterima kasih untuk itu? Padahal tadi mereka baru saja berdebat dan air mata yang meninggalkan bengkak masih tertanam jelas. Setidaknya Arkan meminta maaf karena telah membuat seorang wanita bersedih, tetapi sekarang dengan angkuh dan bangganya mengatakan apa yang seharusnya tidak dikatakan.
Dia pada akhirnya mengalah dan membiarkan pembicaraan dilakukan di dalam kamar. “Kita berpisah saja.”
Arkan mengubah duduknya jadi condong ke depan tanpa melepaskan tatapan mereka. “Kau melanggar kesepakatan.” Pernikahan mereka masih belum lama dan kesepakatan yang mereka buat adalah satu tahun.
“Aku akan menerima segala konsekuensinya. Kau bisa membuat mereka mengatakan kalau aku berselingkuh. Dengan begitu akan ada banyak orang yang simpatik terhadapmu.”
“Lalu membiarkanmu berada dalam situasi sulit?”
Membayangkan situasi sulit yang akan datang membuat keyakinannya sedikit goyah. Tetapi dia sudah membulatkan tekad dan tidak boleh runtuh dengan cepat. Itu adalah cara terburuk melebihi pernikahan palsu yang mereka jalani.
“Aku harus bertanggung jawab atas kesalahan yang aku buat karena lari dari pernikahan. Lagi pula setelah kita berpisah, kau bisa menjalani hubunganmu dengan Raya kembali.”
Ya. Setelah ini Lunar berpikir untuk memulai hidupnya kembali. Mencari pekerjaan dan berusaha keras mencapai kesuksesan agar nanti bisa ditunjukkan pada orang-orang. Dia yang sukses baru bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
“Aku harap juga begitu. Sayang sekali kita tidak bisa melakukannya karena ayahku tidak akan memberikan izin. Sebelum mencapai kesepakatan, kau tidak akan bisa pergi.” Arkan bangkit dari duduknya, lalu menghampiri tempat di mana Lunar berdiri. “Kau memang harus bertanggung jawab.” Dia mengangkat dagu wanita itu dengan telunjuk. “Apa kau merasa tersudutkan makanya berpikir untuk pergi?”
Benar. Lunar merasa tersudutkan sehingga membuatnya harus mengambil keputusan yang bisa saja membuat hidupnya semakin sulit. “Kalau aku menjadi parasit, untuk apa dipertahankan? Lebih baik kau membuang parasit ini agar tidak mengganggu.” Ucapnya dengan angkuh.
Arkan menjauhkan telunjuknya, lalu berdiri tegap kembali. Tawaran Lunar datang terlambat. Seharusnya tidak masalah baginya bagaimana kehidupan Lunar selanjutnya, tetapi sekarang Lunar sudah resmi menjadi istrinya. Bagaimana dia bisa diam saja jika mereka berpisah atas perselingkuhan Lunar? Kenapa dia merasa tidak tega untuk membiarkan Lunar berada dalam situasi sulit itu?
Arkan yang menurunkan pandangan membuat Lunar melihat pula ke arah yang sama. Dia langsung menarik bajunya sedikit ke atas menutupi bagian dadanya yang terbuka. “Ke mana kau melihat?” Ucapnya kesal.
Arkan mengulas sebuah senyuman di bibir. “Aku harus membeli pakaian baru untuk parasitku. Tapi sebelum itu bisakah kau keluar?”
“Kenapa?”
Arkan memegangi balutan handuk yang melingkar di pinggang. “Karena tontonan gratis sudah habis.” Dia beralih memegangi tangan yang menutupi dada. “Kau bisa membayarnya jika ingin tetap melihatnya.”
Lunar melirik tangan yang memeganginya dan seketika wajahnya merona merah memikirkan perkataan barusan. Apa Arkan meminta bayaran dengan menggunakan tubuhnya? Hal itu sungguh tidak masuk akal. “Aku akan mengadukannya pada Raya!” Dia bergegas keluar dari kamar bersama kekehan yang terdengar dari belakang.
Pria itu tertawa!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved