Bab 2 Pertemuan
by Renko
10:55,Feb 02,2021
Lunar berlari keluar dari hotel secepat mungkin. Sepatu tinggi yang dikenakan untuk mempercantik penampilan dibiarkan tinggal begitu saja ketika membuatnya kesulitan melangkah. Dia tidak bisa membuang-buang waktu karena penata rias yang dimintai bantuan pasti kini sedang sibuk mengulur waktu agar keputusannya untuk kabur tidak ketahuan dengan cepat. Biar bagaimanapun semua orang pasti akan menyadari kenapa dia tidak kunjung muncul di tempat acara.
Belum lama dia berlari tiba-tiba suara teriakan yang memanggil namanya terdengar. Dia menoleh ke belakang yang mana Nico dan Sora sedang berlari pula. Tampaknya penata rias itu tidak bisa mengulur waktu lebih lama. Sungguh membuatnya sangat frustrasi bagaimana harus pergi dari hadapan mereka secepatnya. Kalau terus seperti ini dia akan tersusul. Dia tidak ingin menikah dengan pria pengkhianat seperti Nico.
Di basemen parkir dia celingak-celinguk mencari tempat persembunyian. Berjalan perlahan sambil membungkukkan badan agar dirinya bisa tertutup semua. Suara entakan kaki yang riuh rendah di lantai basemen terdengar berhenti kemudian. Menandakan kalau orang yang mengejar tidak lagi berlari dan suara terakhir yang dia dengar berada tidak jauh darinya saat ini. Dia menekuk lutut di lantai, lalu menundukkan kepala di salah satu mobil agar bisa melihat ke mana arah Nico dan Sora melangkah. Seperti itu dia bisa memperhitungkan ke mana harus menghindar.
"Lunar, lebih baik kau keluar sekarang. Jangan membuat acara pernikahan menjadi kacau. Nama baik keluarga kita akan tercoreng nanti. Ayah dan ibu juga akan kecewa dengan tindakanmu." Dua pasang kaki tampak melewati mobil yang dijadikannya sebagai tempat persembunyian.
Lunar menegakkan kepalanya kembali sambil menahan tubuh yang berjongkok dengan memegangi bagian belakang mobil. Mendengar Sora mengatakan tentang kedua orangtua mereka membuat dia terpikir akan hal itu. Meskipun menikah bukanlah keputusan yang dia inginkan, tetap saja dia tidak ingin mengecewakan siapa-siapa.
Namun, dia harus bagaimana lagi? Nico bukanlah pria yang baik seperti yang diperkirakan. Kalau saja ada yang mempercayai perkataannya dan membatalkan pernikahan, mungkin dia tidak akan berpikir untuk kabur. Dia pun tidak tahu harus ke mana setelah ini. Tujuan yang dia punya setiap hari hanya rumah di mana tempat keluarganya berkumpul. Setelah ini dia akan hidup luntang-lantung di jalan dengan gaun pernikahan. Orang-orang pasti mengira kalau dia menjadi gila karena gagal menikah.
Dia yang sudah beranjak pindah bersembunyi ke mobil yang lain, terkejut karena tiba-tiba saja tempat sandarannya bergerak dan membuatnya harus menjauhkan tubuh dari sana segera. Bagasi mobil terbuka dengan sendirinya tanpa bisa dihindari. Dia kewalahan bagaimana harus menutupnya kembali. Terlebih suara yang diciptakan bagasi mobil bisa menjadi pusat perhatian di lantai basemen yang hening.
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Dia yang tidak tahu harus bersembunyi di mana, menjadikan bagasi mobil sebagai tempat persembunyian. Menggunakan kain berwarna gelap yang ada di dalam bagasi mobil, dia menutupi seluruh tubuh agar tidak terlihat. Dalam penantian suara langkah yang kian mendekat, dia berharap kalau keberadaannya tidak diketahui oleh orang lain. Tidak ada yang tahu betapa kencang detak jantungnya saat ini.
Suara pintu kabin terdengar membuka dan menutup seolah seseorang baru saja masuk ke dalamnya. Dia berpikir kalau yang datang adalah Nico dan Sora namun sepertinya salah perkiraan. Saat mendengar suara benda di samping kepalanya, dia melebarkan mata. Ada seseorang yang berada dekat dengannya saat ini. Sepertinya orang itu baru saja meletakkan sesuatu yang tidak diketahuinya dengan jelas.
"Apa selimut ini tadi terbuka seperti ini?"
Lunar membuka mata lebar-lebar saat suara asing tengah membicarakan perihal selimut yang dia pakai untuk menutupi diri. Apakah dia akan ketahuan secepat itu? Dia berharap siapa pun itu tidak mengetahui keberadaannya. Sungguh dia hanya ingin pergi jauh dari hotel saat ini juga.
Di saat yang bersamaan suara pintu kabin terdengar kembali. "Hanya meletakkan koper saja, kenapa lama sekali?"
Sepertinya ada dua orang yang dia hadapi saat ini. Mereka adalah pria bersuara lembut dan juga pria bersuara berat yang terdengar maskulin. Untuk saat sekarang bukan saat yang tepat membayangkan seperti apa pria bersuara maskulin itu. Dia kembali fokus pada harapan di mana dia tidak ingin keberadaannya diketahui. Bahkan napasnya diembuskan dan dihela lambat-lambat agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Saya akan segera menutup bagasi mobilnya, tuan."
Suara yang cukup keras terdengar memekakkan telinga setelahnya. Itu adalah suara bagasi mobil yang ditutup. Dia segera membuka selimut untuk melihat situasi. Kini dia terjebak di dalam bagasi mobil dan tidak bisa keluar. Tidak lama kemudian suara deruan mobil terdengar. Membawanya pergi entah ke mana.
Dia bisa bebas dari kejaran Nico dan Sora, tetapi harus menghadapi situasi yang lebih mengerikan lagi. Tidak mungkin hidupnya berhenti di sana saja setelah kabur dari pernikahan yang tidak diinginkan. Dia harus keluar secepatnya agar tidak mati konyol. Tetapi bagaimana cara dia untuk keluar dari bagasi mobil itu?
Dia meraba-raba bagian bagasi mobil perlahan. Berharap ada hal yang bisa dia lakukan agar bisa keluar dari sana. Dia tidak bisa berlama-lama meringkuk dan juga bertahan di ruangan yang pengap. Sekarang saja terasa sesak untuk dia bernapas di ruangan sempit dan gelap. Terlebih tubuh yang tidak bisa digerakkan dengan bebas mulai keram karenanya.
Bersusah payah dia mencari-cari apa pun yang bisa menolongnya. Bahkan koper berukuran kecil yang ada di sampingnya juga dibuka. Tidak bisa dilihat jelas apa saja yang ada di dalam koper itu, tetapi dia bisa membayangkan apa yang dipegangnya saat ini. Pemilik koper itu sungguh licik karena menyimpan pakaian dalam wanita.
Dia berusaha memikirkan sesuatu yang positif mengenai hal itu. Mungkin pria pemilik koper memiliki seorang kekasih. Apalagi mobil yang terparkir berada di hotel, maka bukan hal mengejutkan lagi baginya. Tampaknya dia sudah salah bersembunyi di dalam bagasi mobil, tetapi tidak menyesal karena berhasil kabur dari acara pernikahan.
Selain pakaian dalam dan alat kosmetik, tidak ada lagi yang bisa dia temukan di sana. Pencariannya berujung pada kata sia-sia. Dia menggerak-gerakkan tubuhnya di dalam bagasi dengan brutal. Memukul-mukul penutup bagasi yang ada di atasnya dengan kuat. Berharap seseorang bisa menolongnya. Dia juga berteriak agar bagasi mobil segera dibuka. Sungguh dia tidak bisa bertahan lagi berlama-lama di sana.
***
Arkan adalah seorang pebisnis ternama di kota tempat dia tinggal. Hari ini dia baru saja selesai menemui klien bisnis di sebuah hotel. Dia yang duduk santai di belakang bangku penumpang, menutup dokumen yang dibaca, lalu melepaskan kacamata yang dikenakan. Kedua benda itu ditempatkan di samping tempat duduknya. Dia bersandar dengan menopang siku di pintu kabin sambil memejamkan mata.
Sebentar saja dia ingin beristirahat sebelum alisnya mengernyit dalam. Dia diam sejenak sambil menelaah suara gaduh yang didengarnya barusan. Kepalanya menoleh untuk melihat bagian belakang mobil yang mana baik-baik saja. Tidak ada mobil lainnya di belakang mereka. Lantas kenapa ada suara gaduh dari arah belakang?
"Apa tuan baik-baik saja?" Tanya sekretaris Ham yang sedang mengemudikan mobil.
"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?" Arkan tampak ingin sekali mendengar sebuah jawaban memuaskan dari sekretaris Ham karena dia merasa aneh dengan dirinya saat ini.
Sekretaris Ham bergumam sebentar. "Tuan tampak sedikit pucat, maka dari itu saya bertanya apakah tuan baik-baik saja?"
Arkah berdeham sambil melonggarkan dasinya. "Sepertinya aku perlu beristirahat sejenak." Ucapnya kemudian bersandar di kursi penumpang tersebut.
Saat suara berisik terdengar kembali, dia mengamati ekspresi sekretaris Ham untuk memastikan kalau apa yang didengar hanya halusinasi saja. Sekretaris pribadinya itu tampak fokua mengemudi. Pada akhirnya dia bisa mengabaikan suara yang menurutnya sangat asing. Telinganya juga diurut perlahan dengan harapan suara berisik itu cepat pergi dari pendengaran.
Beberapa saat setelah itu dia sampai di depan gedung kantor. Di depan sana sudah banyak wartawan yang berkumpul. Memang berita pernikahannya sangat tiba-tiba sehingga banyak pihak yang ingin menggali informasi mengenai hal itu. Tidak masalah baginya karena memang dia sudah memutuskan untuk menikahi Raya dalam waktu dekat. Hubungan mereka sudah berjalan lama namun baru sekarang dia berani untuk mengumumkannya pada semua orang.
Sekretaris Ham turun lebih dulu dan membukakan pintu keluar untuknya. Dia turun dari mobil, lalu melangkah ke gedung kantor. Hanya beberapa langkah saja karena setelah itu tanpa diduga para wartawan datang mengerumuni. Alhasil dia harus mundur agar keamanannya terjaga. Membiarkan sekretaris Ham menghadapi mereka di luar, sementara dia kembali masuk ke dalam mobil sampai situasi bisa ditenangkan.
Lagi-lagi dia mendengar suara gaduh dari belakang sana, padahal setelah dilihat tidak ada orang. Apakah suara itu berasal dari para wartawan? Sepertinya dia harus memeriksa kondisi kesehatannya setelah ini. Mungkin saja beban pekerjaan telah membuat halusinasinya meningkat.
Dia menoleh ke luar jendela yang mana kerumunan orang yang tadinya riuh mendadak senyap. Mereka semua menghadap ke satu arah yaitu belakang mobilnya. Tidak hanya itu saja karena mereka juga berjalan lambat-lambat ke arah suara yang dia dengar sejak tadi. Apa yang mereka lakukan di sana? Dia yang sudah dilanda rasa penasaran menarik diri untuk turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi.
Seketika semua orang beranjak ketika dia ikut di dalam kerumunan. Sekretaris Ham langsung membuka bagasi mobil dan perlahan sumber suara semakin jelas terdengar. Mereka melebarkan mata ketika melihat seseorang berada di dalam sana. Tidak terkecuali Arkan yang sangat terkejut karena mendapati orang asing berada di dalam bagasi mobilnya.
"Aku ... hampir saja ... mati ...."
Wanita asing itu terengah-engah dengan keringat yang bercucuran. Berusaha mengambil napas dan turun dari dalam bagasi dengan gerakan tidak beraturan. Dia terpaksa memegangi tubuh yang seolah lemas itu ketika hampir saja terjatuh. Mengalihkan tatapan dari mata wanita itu, dia melirik ke arah bagasi mobil yang mana isi koper sudah berserakan.
Sekretaris Ham yang ikut melihat pemandangan tidak terduga langsung menutup bagasi mobil. Tidak membiarkan ada wartawan yang mengambil foto. Setelah itu dia menarik wanita yang masih bersandar dan membuat wanita itu berdiri tegak kembali.
"A-apakah wanita ini calon istri yang di maksud?" tanya salah seorang wartawan setelah menilai penampilan yang dia lihat.
Belum lama dia berlari tiba-tiba suara teriakan yang memanggil namanya terdengar. Dia menoleh ke belakang yang mana Nico dan Sora sedang berlari pula. Tampaknya penata rias itu tidak bisa mengulur waktu lebih lama. Sungguh membuatnya sangat frustrasi bagaimana harus pergi dari hadapan mereka secepatnya. Kalau terus seperti ini dia akan tersusul. Dia tidak ingin menikah dengan pria pengkhianat seperti Nico.
Di basemen parkir dia celingak-celinguk mencari tempat persembunyian. Berjalan perlahan sambil membungkukkan badan agar dirinya bisa tertutup semua. Suara entakan kaki yang riuh rendah di lantai basemen terdengar berhenti kemudian. Menandakan kalau orang yang mengejar tidak lagi berlari dan suara terakhir yang dia dengar berada tidak jauh darinya saat ini. Dia menekuk lutut di lantai, lalu menundukkan kepala di salah satu mobil agar bisa melihat ke mana arah Nico dan Sora melangkah. Seperti itu dia bisa memperhitungkan ke mana harus menghindar.
"Lunar, lebih baik kau keluar sekarang. Jangan membuat acara pernikahan menjadi kacau. Nama baik keluarga kita akan tercoreng nanti. Ayah dan ibu juga akan kecewa dengan tindakanmu." Dua pasang kaki tampak melewati mobil yang dijadikannya sebagai tempat persembunyian.
Lunar menegakkan kepalanya kembali sambil menahan tubuh yang berjongkok dengan memegangi bagian belakang mobil. Mendengar Sora mengatakan tentang kedua orangtua mereka membuat dia terpikir akan hal itu. Meskipun menikah bukanlah keputusan yang dia inginkan, tetap saja dia tidak ingin mengecewakan siapa-siapa.
Namun, dia harus bagaimana lagi? Nico bukanlah pria yang baik seperti yang diperkirakan. Kalau saja ada yang mempercayai perkataannya dan membatalkan pernikahan, mungkin dia tidak akan berpikir untuk kabur. Dia pun tidak tahu harus ke mana setelah ini. Tujuan yang dia punya setiap hari hanya rumah di mana tempat keluarganya berkumpul. Setelah ini dia akan hidup luntang-lantung di jalan dengan gaun pernikahan. Orang-orang pasti mengira kalau dia menjadi gila karena gagal menikah.
Dia yang sudah beranjak pindah bersembunyi ke mobil yang lain, terkejut karena tiba-tiba saja tempat sandarannya bergerak dan membuatnya harus menjauhkan tubuh dari sana segera. Bagasi mobil terbuka dengan sendirinya tanpa bisa dihindari. Dia kewalahan bagaimana harus menutupnya kembali. Terlebih suara yang diciptakan bagasi mobil bisa menjadi pusat perhatian di lantai basemen yang hening.
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Dia yang tidak tahu harus bersembunyi di mana, menjadikan bagasi mobil sebagai tempat persembunyian. Menggunakan kain berwarna gelap yang ada di dalam bagasi mobil, dia menutupi seluruh tubuh agar tidak terlihat. Dalam penantian suara langkah yang kian mendekat, dia berharap kalau keberadaannya tidak diketahui oleh orang lain. Tidak ada yang tahu betapa kencang detak jantungnya saat ini.
Suara pintu kabin terdengar membuka dan menutup seolah seseorang baru saja masuk ke dalamnya. Dia berpikir kalau yang datang adalah Nico dan Sora namun sepertinya salah perkiraan. Saat mendengar suara benda di samping kepalanya, dia melebarkan mata. Ada seseorang yang berada dekat dengannya saat ini. Sepertinya orang itu baru saja meletakkan sesuatu yang tidak diketahuinya dengan jelas.
"Apa selimut ini tadi terbuka seperti ini?"
Lunar membuka mata lebar-lebar saat suara asing tengah membicarakan perihal selimut yang dia pakai untuk menutupi diri. Apakah dia akan ketahuan secepat itu? Dia berharap siapa pun itu tidak mengetahui keberadaannya. Sungguh dia hanya ingin pergi jauh dari hotel saat ini juga.
Di saat yang bersamaan suara pintu kabin terdengar kembali. "Hanya meletakkan koper saja, kenapa lama sekali?"
Sepertinya ada dua orang yang dia hadapi saat ini. Mereka adalah pria bersuara lembut dan juga pria bersuara berat yang terdengar maskulin. Untuk saat sekarang bukan saat yang tepat membayangkan seperti apa pria bersuara maskulin itu. Dia kembali fokus pada harapan di mana dia tidak ingin keberadaannya diketahui. Bahkan napasnya diembuskan dan dihela lambat-lambat agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Saya akan segera menutup bagasi mobilnya, tuan."
Suara yang cukup keras terdengar memekakkan telinga setelahnya. Itu adalah suara bagasi mobil yang ditutup. Dia segera membuka selimut untuk melihat situasi. Kini dia terjebak di dalam bagasi mobil dan tidak bisa keluar. Tidak lama kemudian suara deruan mobil terdengar. Membawanya pergi entah ke mana.
Dia bisa bebas dari kejaran Nico dan Sora, tetapi harus menghadapi situasi yang lebih mengerikan lagi. Tidak mungkin hidupnya berhenti di sana saja setelah kabur dari pernikahan yang tidak diinginkan. Dia harus keluar secepatnya agar tidak mati konyol. Tetapi bagaimana cara dia untuk keluar dari bagasi mobil itu?
Dia meraba-raba bagian bagasi mobil perlahan. Berharap ada hal yang bisa dia lakukan agar bisa keluar dari sana. Dia tidak bisa berlama-lama meringkuk dan juga bertahan di ruangan yang pengap. Sekarang saja terasa sesak untuk dia bernapas di ruangan sempit dan gelap. Terlebih tubuh yang tidak bisa digerakkan dengan bebas mulai keram karenanya.
Bersusah payah dia mencari-cari apa pun yang bisa menolongnya. Bahkan koper berukuran kecil yang ada di sampingnya juga dibuka. Tidak bisa dilihat jelas apa saja yang ada di dalam koper itu, tetapi dia bisa membayangkan apa yang dipegangnya saat ini. Pemilik koper itu sungguh licik karena menyimpan pakaian dalam wanita.
Dia berusaha memikirkan sesuatu yang positif mengenai hal itu. Mungkin pria pemilik koper memiliki seorang kekasih. Apalagi mobil yang terparkir berada di hotel, maka bukan hal mengejutkan lagi baginya. Tampaknya dia sudah salah bersembunyi di dalam bagasi mobil, tetapi tidak menyesal karena berhasil kabur dari acara pernikahan.
Selain pakaian dalam dan alat kosmetik, tidak ada lagi yang bisa dia temukan di sana. Pencariannya berujung pada kata sia-sia. Dia menggerak-gerakkan tubuhnya di dalam bagasi dengan brutal. Memukul-mukul penutup bagasi yang ada di atasnya dengan kuat. Berharap seseorang bisa menolongnya. Dia juga berteriak agar bagasi mobil segera dibuka. Sungguh dia tidak bisa bertahan lagi berlama-lama di sana.
***
Arkan adalah seorang pebisnis ternama di kota tempat dia tinggal. Hari ini dia baru saja selesai menemui klien bisnis di sebuah hotel. Dia yang duduk santai di belakang bangku penumpang, menutup dokumen yang dibaca, lalu melepaskan kacamata yang dikenakan. Kedua benda itu ditempatkan di samping tempat duduknya. Dia bersandar dengan menopang siku di pintu kabin sambil memejamkan mata.
Sebentar saja dia ingin beristirahat sebelum alisnya mengernyit dalam. Dia diam sejenak sambil menelaah suara gaduh yang didengarnya barusan. Kepalanya menoleh untuk melihat bagian belakang mobil yang mana baik-baik saja. Tidak ada mobil lainnya di belakang mereka. Lantas kenapa ada suara gaduh dari arah belakang?
"Apa tuan baik-baik saja?" Tanya sekretaris Ham yang sedang mengemudikan mobil.
"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?" Arkan tampak ingin sekali mendengar sebuah jawaban memuaskan dari sekretaris Ham karena dia merasa aneh dengan dirinya saat ini.
Sekretaris Ham bergumam sebentar. "Tuan tampak sedikit pucat, maka dari itu saya bertanya apakah tuan baik-baik saja?"
Arkah berdeham sambil melonggarkan dasinya. "Sepertinya aku perlu beristirahat sejenak." Ucapnya kemudian bersandar di kursi penumpang tersebut.
Saat suara berisik terdengar kembali, dia mengamati ekspresi sekretaris Ham untuk memastikan kalau apa yang didengar hanya halusinasi saja. Sekretaris pribadinya itu tampak fokua mengemudi. Pada akhirnya dia bisa mengabaikan suara yang menurutnya sangat asing. Telinganya juga diurut perlahan dengan harapan suara berisik itu cepat pergi dari pendengaran.
Beberapa saat setelah itu dia sampai di depan gedung kantor. Di depan sana sudah banyak wartawan yang berkumpul. Memang berita pernikahannya sangat tiba-tiba sehingga banyak pihak yang ingin menggali informasi mengenai hal itu. Tidak masalah baginya karena memang dia sudah memutuskan untuk menikahi Raya dalam waktu dekat. Hubungan mereka sudah berjalan lama namun baru sekarang dia berani untuk mengumumkannya pada semua orang.
Sekretaris Ham turun lebih dulu dan membukakan pintu keluar untuknya. Dia turun dari mobil, lalu melangkah ke gedung kantor. Hanya beberapa langkah saja karena setelah itu tanpa diduga para wartawan datang mengerumuni. Alhasil dia harus mundur agar keamanannya terjaga. Membiarkan sekretaris Ham menghadapi mereka di luar, sementara dia kembali masuk ke dalam mobil sampai situasi bisa ditenangkan.
Lagi-lagi dia mendengar suara gaduh dari belakang sana, padahal setelah dilihat tidak ada orang. Apakah suara itu berasal dari para wartawan? Sepertinya dia harus memeriksa kondisi kesehatannya setelah ini. Mungkin saja beban pekerjaan telah membuat halusinasinya meningkat.
Dia menoleh ke luar jendela yang mana kerumunan orang yang tadinya riuh mendadak senyap. Mereka semua menghadap ke satu arah yaitu belakang mobilnya. Tidak hanya itu saja karena mereka juga berjalan lambat-lambat ke arah suara yang dia dengar sejak tadi. Apa yang mereka lakukan di sana? Dia yang sudah dilanda rasa penasaran menarik diri untuk turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi.
Seketika semua orang beranjak ketika dia ikut di dalam kerumunan. Sekretaris Ham langsung membuka bagasi mobil dan perlahan sumber suara semakin jelas terdengar. Mereka melebarkan mata ketika melihat seseorang berada di dalam sana. Tidak terkecuali Arkan yang sangat terkejut karena mendapati orang asing berada di dalam bagasi mobilnya.
"Aku ... hampir saja ... mati ...."
Wanita asing itu terengah-engah dengan keringat yang bercucuran. Berusaha mengambil napas dan turun dari dalam bagasi dengan gerakan tidak beraturan. Dia terpaksa memegangi tubuh yang seolah lemas itu ketika hampir saja terjatuh. Mengalihkan tatapan dari mata wanita itu, dia melirik ke arah bagasi mobil yang mana isi koper sudah berserakan.
Sekretaris Ham yang ikut melihat pemandangan tidak terduga langsung menutup bagasi mobil. Tidak membiarkan ada wartawan yang mengambil foto. Setelah itu dia menarik wanita yang masih bersandar dan membuat wanita itu berdiri tegak kembali.
"A-apakah wanita ini calon istri yang di maksud?" tanya salah seorang wartawan setelah menilai penampilan yang dia lihat.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved