Bab 10: Pembantaian di Balik Malam

by Void Dust 13:58,Apr 04,2025
Evander terdiam dan tenggelam dalam keheningan.

Dia mendorong gurunya ke tempat tinggalnya, menyiapkan beberapa barang yang diperlukan selama perjalanan, dan memberinya kesempatan untuk beristirahat sejenak. Setelah itu, Evander kembali ke tempat tinggalnya sendiri.

Sesampainya di dalam, Evander mengganti pakaiannya yang terkena darah dan robek setelah kembali dari Tambang Glacian dengan pakaian yang baru. Kemudian, ia membuka sebuah bungkusan.

Di dalam bungkusan tersebut terdapat semua harta yang diperolehnya di Tambang Glacian

Tujuh puluh tiga buah inti Binatang Iblis tingkat dua yang mencolok.

Setelah duduk bersila di tengah ruangan, Evander mengambil salah satu inti binatang itu dan segera menjalankan Teknik Penjinak Naga Sembilan Dunia.

Energi spiritual yang meluap langsung membungkus inti binatang itu. Dalam sekejap, inti tersebut kosong dan menjadi transparan seperti es dengan energi yang terkandung di dalamnya telah menghilang.

Inti kedua, ketiga, dan seterusnya ...

Kecepatan pemurnian Evander menjadi sangat luar biasa berkat kekuatan dari Teknik Penjinak Naga Sembilan Dunia.

Hanya dalam waktu sekitar satu jam, dia berhasil memurnikan tujuh puluh tiga inti binatang tersebut. Kemudian, energi spiritual yang tersimpan di dalamnya mengalir deras ke dalam tubuh Evander dan mengisi setiap saluran energi dan tulangnya.

Samar-samar, wajahnya pun mulai merona merah. Itulah tanda dari perputaran darah dan energi yang sulit dikendalikan.

Untungnya, setelah mencapai Tahap Pengumpulan Energi tingkat kesembilan, kemampuan Evander untuk mengendalikan kondisinya makin baik. Dengan kekuatan saluran energi, tulang, dan daging yang jauh lebih kuat dari sebelumnya, dia mampu menekan perputaran darah dan energi dalam tubuhnya dengan paksa.

Setelah melakukan semua itu dan sedikit memulihkan diri, Evander berjalan keluar dari tempat tersebut dan kembali ke paviliun tempat gurunya berada.

Ketika dia pergi untuk menjemput gurunya, dia melihat Logan sedang menunggu di dekat sana dengan ditemani oleh para pejabat tinggi dari Akademi Sunblaze. Mungkin karena Logan sudah mendapatkan Giok Api Sembilan Matahari, jadi sekarang dia bisa menahan sikap sombongnya.

Setelah meliriknya sekilas, Evander masuk ke dalam paviliun dan berkata, "Guru, ayo kita berangkat!"

"Oke!"

Setelah beristirahat selama hampir dua jam, kondisi Mia sudah agak membaik meskipun masih tampak sangat lelah.

Evander tahu betul bahwa gurunya pasti telah membayar harga yang mahal karena kehilangan Giok Api Sembilan Matahari.

Kemudian, dia mendorong gurunya keluar dari paviliun dengan hati-hati. Di bawah tatapan mata yang penuh arti dari banyak orang di Akademi Sunblaze, Evander mengangkat gurunya dan menaruhnya di atas kereta yang telah disiapkan sebelumnya. Lalu, dia juga memasukkan kursi roda milik Mia.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat!"

Logan melambaikan tangannya dan melompat ke kereta lain.

"Pak Sullivan, maafkan aku karena telah menimbulkan masalah di Akademi Sunblaze!" Suara Mia terdengar dari dalam kereta.

"Tidak masalah, jaga dirimu baik-baik!" kata Sullivan sambil tersenyum kecut.

Ini bukan masalah kecil.

Siapa pun harus sangat berhati-hati saat berhadapan dengan orang-orang dari Akademi Samsara. Namun, setidaknya masalah ini telah terselesaikan.

Beruntung sekali para petinggi dari Akademi Samsara tidak menyalahkan Akademi Sunblaze karena hal ini. Setidaknya, setiap tahun Akademi Sunblaze masih memiliki kesempatan untuk mengirimkan muridnya ke Akademi Samsara.

Kedua kereta kuda itu dengan cepat meninggalkan Akademi Sunblaze, meninggalkan Sunblaze dan menuju ke arah utara.

Logan memimpin di depan, sementara Evander mengemudikan kereta dan mengikuti di belakang bersama gurunya. Sepanjang perjalanan, Evander terus menatap kereta di depannya tanpa henti. Seiring berjalannya waktu, tatapannya pun menjadi makin dingin.

Eldoria bukanlah wilayah yang kecil. Jarak antara Akademi Samsara dan Sunblaze ribuan kilometer jauhnya. Bahkan dengan dua Kuda Singa Merah yang mampu berjalan ratusan kilometer dalam sehari, perjalanan ini tetap memakan waktu tiga hingga empat hari untuk mencapai Akademi Samsara.

Setelah beberapa jam perjalanan, matahari mulai terbenam dan bulan pun mulai naik ke langit.

Logan menghentikan keretanya dan memanggil Evander yang ada di belakangnya, "Beristirahatlah di sini dan beri tubuhmu waktu untuk pulih. Besok baru kita lanjutkan perjalanannya. Kurasa dalam keadaan seperti ini, gurumu pun akan kesulitan untuk melakukan perjalanan jauh."

"Oke!"

Evander menjawab dengan acuh tak acuh.

Dia tahu betul bahwa sebenarnya Logan tidak peduli apakah dirinya atau gurunya kelelahan.

Pemuda itu hanya khawatir jika tubuh gurunya bermasalah, maka dia tidak akan bisa menyelesaikan tugasnya.

Meskipun Evander tidak tahu detailnya, dia bisa menebak bahwa Kak Sophia tidak hanya ingin mendapatkan Giok Api Sembilan Matahari milik gurunya, tapi juga ingin bertemu dengan gurunya untuk meminta bantuannya dalam memurnikan Giok Api Sembilan Matahari tersebut.

Evander bukanlah orang bodoh. Setidaknya dia memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang kultivasi. Gurunya yang sebelumnya sangat kuat kini telah jatuh ke tingkat yang lebih rendah. Meskipun masih dianggap sebagai kultivator yang kuat, saat ini dia hanya berada di Tahap Kekuatan Dewa.

Meskipun Tahap Kekuatan Dewa juga merupakan tingkat tinggi yang jarang ditemukan di kota Sunblaze, tetapi di Akademi Samsara yang penuh dengan para ahli yang kuat, pasti ada banyak orang hebat yang tidak terhitung jumlahnya.

Jadi, mengapa Kak Sophia ingin memurnikan Giok Api Sembilan Matahari, tetapi dia tetap membutuhkan bantuan guru? Apa alasannya?

Apakah Guru harus mengorbankan dirinya lagi?

Guru sudah menanggung rasa sakit yang sangat besar ketika mengeluarkan Giok Api Sembilan Matahari. Saat itu, Evander tidak sempat menghentikannya. Namun, apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan gurunya merasakan penderitaan lagi atau mengorbankan dirinya sendiri.

Malam pun makin gelap. Angin bertiup sepoi-sepoi dan suasana menjadi sangat sepi.

Waktu terus berjalan. Guru Mia sudah tertidur di dalam kereta, sementara Logan bersandar di sebuah batu yang ada di depan dan sedikit menggoda Evander. Namun, setelah tidak mendapat respons dari Evander, dia pun mulai tertidur perlahan.

Tidak lama kemudian, tidak ada yang menyadari bahwa di dalam kegelapan malam, tubuh Evander yang duduk bersila di depan kereta tiba-tiba bergerak dan matanya terbuka lebar.

Kilatan dingin nan tajam pun melintas dari matanya.

Dia melangkah keluar dengan perlahan, seperti iblis pencabut nyawa yang ada dalam legenda.

Dua puluh meter, sepuluh meter, lima meter!

Begitu jaraknya hanya lima meter dari Logan, Evander menarik pedangnya dari belakang.

Bunyi dentingan suara logam dan besi pun terdengar!

Cahaya bulan memantulkan kilatan pedang yang meluncur ke arah Logan yang sedang tidur. Namun, pemuda itu tiba-tiba terbangun dengan mata terbuka lebar.

Di ujung pandangannya, Evander menghunuskan pedangnya dengan kekuatan yang menghancurkan!

"Kamu … "

Logan terkejut dan marah besar.

Sayangnya, pedang itu sudah siap meluncur. Tanpa ada keraguan dan kesalahan sedikit pun, pedang tersebut langsung mengarah dengan tepat ke jantung Logan.

Sreeet!

Logan menjerit kesakitan, tubuhnya bergetar, dan langsung terpelanting ke luar.

"Dasar berengsek!"

Evander tidak dapat menahan diri untuk mengucapkan kata-kata tersebut.

Dari siang hingga malam, dia sudah memikirkan serangan itu berkali-kali dalam benaknya.

Namun, yang tidak dia duga, ternyata masih ada kesalahan.

Pedang itu meleset setengah inci ketika Logan terguling. Jadi, sebagian besar kekuatan serangannya teredam dan membuat jantungnya tidak hancur sepenuhnya.

"Mati kamu!"

"Dasar bajingan! Apa kamu mau membunuhku?"

Logan yang berhasil menghindari serangan maut itu mengamuk dengan suara geram.

Energi spiritualnya bergejolak dan kekuatan dewa dalam tubuhnya mulai bangkit.

Karena kekuatan pedang dan energi spiritual milik Evander, pakaian bagian atas milik Logan hancur dan memperlihatkan baju besi berwarna keemasan yang menempel di tubuhnya dengan retakan di bagian jantung.

Baju besi inilah yang mengurangi sebagian besar kekuatan serang pedangnya. Jika tidak ada baju besi tersebut, Evander pasti sudah berhasil membunuhnya dengan satu serangan.

"Mati kamu!"

Evander tidak berpikir panjang dan langsung melangkah kedepan untuk menyerangnya lagi.

Setiap langkah yang diambilnya, kekuatan dalam tubuhnya seperti mengamuk dan berputar dengan sangat cepat.

Duar! Duar! Duar!

Evander dapat mendengar suara gemuruh samar dari otot, tulang, dan titik-titik kekuatan di tubuhnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50