Bab 1: Pengkhianatan Keluarga Vale
by Void Dust
13:58,Apr 04,2025
Kota Sunblaze, Eldoria, Benua Devaterra.
Dengan pakaian compang-camping dan tubuh berlumuran darah, Evander Vale bergegas masuk ke kota dan langsung menuju kediaman keluarga Vale.
"Lillian, coba tebak ini apa?" Di halaman belakang kediaman keluarga Vale, Evander membuka telapak tangannya dan menatap gadis di depannya.
"Apa itu?"
Lillian Vale menunduk dan seketika itu juga matanya berbinar dengan penuh kegembiraan. "Apa ini pil Tingkat Langit yang bernama Pil Azura?"
"Benar. Aku mencarinya selama setengah tahun di Tambang Glacian dan akhirnya menemukannya untukmu. Dengan pil ini, kamu bisa segera menembus batas dan menjadi murid inti," ujar Evander sambil menyerahkan pil itu pada Lillian.
"Aku tidak menyangka Tambang Glacian benar-benar menyimpan harta karun seperti ini." Lillian menerima pil itu dengan penuh suka cita, lalu kembali berkata, "Kak Evander, kalau kamu memberikannya padaku, bagaimana denganmu?"
"Tenang saja, aku tidak membutuhkannya," jawab Evander dengan percaya diri.
Dia pun mengangkat tangan kanannya dan saat energi spiritual di dalam tubuhnya bergerak, pola-pola emas muncul di kulitnya. "Lillian, saat aku menemukan Pil Azura ini, aku tidak sengaja menelan buah emas misterius yang memberiku bakat istimewa. Bahkan tanpa Pil Azura ini, aku tetap bisa menjadi murid inti."
Mata Lillian berbinar dengan penuh kekaguman saat dia berkata, "Pola ini unik sekali! Apa kamu benar-benar memperoleh bakat istimewa?"
Evander mengangguk penuh semangat, lalu berkata, "Ya, Lillian! Setelah aku resmi menjadi murid int Akademi Sunblaze, aku akan meminta Ayah untuk menetapkan tanggal pernikahan kita."
"Oke! Ini luar biasa sekali! Akhirnya aku bisa mencapai titik ini! Oh ya, aku juga punya hadiah besar untukmu. Tunggu aku di halaman belakang!" seru Lillian dengan penuh semangat. Usai berkata demikian, dia pun langsung pergi dengan Pil Azura di tangannya.
"Hadiah besar? Aku memberikan pil itu untukmu tanpa mengharapkan imbalan," gumam Evander sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Setelah berganti pakaian, Evander mengeluarkan kotak kayu kecil dari tangannya. Di dalamnya, terdapat dua pil seukuran ibu jari. "Masih ada dua butir Pil Azura lagi. Satu pil harus kusisihkan untuk Ayah dan satunya lagi untuk Guru."
Selama enam bulan terakhir, dia berlatih keras di Tambang Glacian dan melewati banyak penderitaan yang hampir merenggut nyawanya. Untungnya, hasil yang dia dapatkan sepadan dengan semua kerja kerasnya.
Di Benua Devaterra, pil, teknik kultivasi, seni bela diri, dan kekuatan supranatural terbagi dalam lima tingkatan. Kelima tingkatan itu adalah Tingkat Manusia, Tingkat Mistik, Tingkat Bumi, Tingkat Langit, dan yang paling langka adalah Tingkat Dewa.
Di Sunblaze, jangan harap bisa menemukan pil Tingkat Langit. Bahkan pil Tingkat Bumi saja sudah sangat langka. Jadi, mendapatkan tiga butir Pil Azura dan memperoleh bakat istimewa di Tambang Glacian benar-benar anugerah yang luar biasa.
"Aku harus berlatih lebih keras, membangun kembali keluarga Vale dan membalas budi pada Ayah atas semua hal yang telah dia berikan padaku." Sambil mencuci muka, Evander merenung dalam hatinya.
Bam!
Pintu kamar Evander tiba-tiba terbuka dan Lillian kembali bersama seorang pria paruh baya.
"Ayah, Lillian, kenapa kalian tiba-tiba datang ke sini?" Evander terkejut, lalu terkekeh. "Aku memang mendapatkan banyak keberuntungan, tapi tidak perlu buru-buru seperti ini. Aku juga sudah berencana untuk mengunjungi Ayah … "
Pria paruh baya itu langsung meraih lengan Evander dan berkata, "Biarkan aku melihat bakat istimewa yang kamu dapatkan itu!"
Evander mengernyitkan keningnya, lalu mengalirkan energi spiritual di dalam tubuhnya. Seketika itu juga, pola emas muncul di lengan kanannya dan bersinar dengan terang.
"Benar, ‘kan, Ayah? Polanya berwarna emas," ujar Lillian dari samping.
"Benar sekali! Pola naga airnya muncul dengan warna emas! Pola ini adalah pola yang terbaik! Kemampuan istimewa ini disebut Tubuh Tempur Naga Air!" ujar pria paruh baya itu dengan deru napas yang makin cepat.
Krak!
Tiba-tiba, suara jeritan yang memilukan terdengar. Tubuh Evander bergetar hebat, disertai dengan suara tulang yang retak.
"Ayah, kamu … " teriak Evander dengan penuh keterkejutan.
Sebelum Evander bisa menyelesaikan kalimatnya, pria paruh baya itu sudah mencengkeram lengan kanannya. Kemudian, lima jari pria itu menembus tangan Evander dan mencabut sepotong tulang emas yang berlumuran darah.
"Kenapa Ayah menghancurkan Tulang Tempurku?" teriak Evander dengan sorot mata yang dipenuhi kemarahan dan keputusasaan.
Namun, wajah pria paruh baya itu tetap tenang dan acuh tak acuh saat dia berkata, "Keluarga Vale telah membesarkanmu selama lebih dari sepuluh tahun. Sepotong Tulang Tempur ini saja tidak cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah kami berikan padamu. Mengorbankan benda ini demi keberhasilan Lillian harusnya jadi kehormatan bagimu!"
Di sisi lain, Lillian mulai menggeledah pakaian Evander dan menemukan sebuah kotak. "Evander, kamu memang tidak tahu terima kasih! Kamu mendapatkan tiga butir Pil Azura, tapi kenapa malah menyembunyikan dua pil lainnya? Kenapa tidak menyerahkan semuanya padaku?"
"Ayah … Edwin, kenapa kamu tega melakukan hal ini padaku?"
"Aku selalu setia pada kalian dan tidak pernah punya niat jahat. Begitu pulang, aku bahkan langsung memikirkanmu dan Lillian. Tapi, kenapa kamu malah menghancurkan Tulang Tempurku?" teriak Evander dengan mata merah penuh amarah.
"Kamu hanya anak haram! Pada akhirnya, kamu tetap orang asing bagi keluarga kami. Apa itu kesetiaan?" Edwin menendang Evander ke samping, lalu membungkus Tulang Tempur emas itu dengan energi spiritualnya. "Ayo pergi, Lillian! Beberapa bulan lagi kamu akan mencapai usia dewasa dan akar tulangmu masih bisa berkembang. Aku yakin Tulang Tempur Naga Air ini cocok untukmu."
Lillian mengangguk, lalu berkata, "Terima kasih, Ayah. Maaf sudah merepotkanmu. Tapi … "
Tiba-tiba, sebuah belati muncul di tangan Lillian. Kemudian, matanya menatap tajam ke arah Evander. "Kita harus membasmi gulma sampai ke akarnya. Anak haram ini tidak boleh dibiarkan hidup begitu saja."
Namun, Edwin melirik Evander sekilas, lalu berkata, "Biarkan dia hidup sedikit lebih lama lagi. Kalau anak ini mati sekarang, kita akan kesulitan untuk memberi penjelasan ke Akademi Sunblaze."
"Kalau tidak boleh dibunuh, setidaknya kita harus melumpuhkannya," ujar Lillian dengan nada mencibir. Kemudian, dia langsung mengayunkan belatinya ke arah Evander tanpa ada keraguan sedikit pun.
Evander buru-buru mundur dengan raut wajah yang pucat pasi. "Lillian, kamu sudah mendapatkan Tulang Tempur milikku. Kenapa kamu masih tega melakukan hal seperti ini padaku? Apa kamu ingin menghancurkanku juga?"
"Evander, kamu hanya anak haram! Keluarga Vale sudah memberimu makan selama bertahun-tahun dan hal itu saja sudah lebih dari cukup! Beraninya kamu berharap bahwa Ayah akan memberikan restu pernikahan! Dasar tidak tahu diri!"
"Aku adalah putri kebanggaan keluarga Vale. Masa depanku ditakdirkan untuk jadi luar biasa. Mana mungkin aku membiarkan orang sepertimu menyentuhku?"
"Pernikahan?"
"Apa kamu pikir kamu pantas mendapatkannya?"
Lillian tertawa dingin, lalu menghantam tangan Evander hingga membuatnya terlempar ke samping.
Kemudian, tanpa ragu-ragu, dia menancapkan belatinya ke perut Evander.
Seketika itu juga, darah segar langsung bercucuran dan membasahi pakaian Evander.
Rasa sakit yang menusuk langsung menyebar di seluruh tubuh Evander. Dalam sekejap mata, seluruh energi spiritual di dalam tubuhnya mengalir keluar seperti balon bocor.
"Lautan Energiku … kamu menghancurkan Lautan Energiku!" teriak Evander dengan suara yang bergetar. Kemudian, tubuhnya lemas seakan jatuh ke dalam jurang tanpa dasar.
Meskipun Tulang Tempur miliknya telah dirampas, dia masih bisa bertahan dan terus berlatih. Namun, jika Lautan Energinya hancur, semua usahanya selama bertahun-tahun akan lenyap begitu saja dan dia akan menjadi orang yang tidak berguna!
Dia tidak pernah menyangka bahwa Edwin Vale, orang yang selama ini dia panggil "Ayah" selama lebih dari sepuluh tahun akan menghancurkannya dengan tangannya sendiri.
Sejak dulu, Lillian adalah teman masa kecilnya. Namun, kini gadis itu tampak begitu kejam dan tidak berperasaan. Gadis itu bahkan tega menghancurkan dirinya. Jika bukan karena status Evander sebagai murid di Akademi Sunblaze yang membuat mereka takut, mungkin saat ini dia sudah menjadi mayat.
"Bagaimanapun, aku tetaplah murid Akademi Sunblaze. Kamu sudah menghancurkan Lautan Energiku dan merebut Tulang Tempurku. Apa kamu tidak takut Akademi Sunblaze akan mengejarmu? Guruku pasti tidak akan tinggal diam begitu saja," kata Evander sambil menatap tajam kedua orang di depannya.
Lillian menatap Evander dengan sinis, lalu berkata, "Kamu pergi ke Tambang Glacian untuk berlatih dan hampir kehilangan nyawamu. Kini kamu kembali dengan kekuatan yang sudah hancur. Apa hubungannya dengan Vale?"
"Sedangkan untuk gurumu, dia hanya orang tidak berguna yang sering jadi bahan lelucon di Akademi Sunblaze. Begitu aku memurnikan Pil Azura dan menggabungkannya dengan Tulang Tempur Naga Air, aku akan menjadi genius terbaik di akademi! Apa yang bisa gurumu lakukan padaku?"
"Ayah sudah memutuskan untuk membiarkanmu hidup, jadi jangan macam-macam! Mulai sekarang, jadilah budak yang baik di keluarga Vale!" ujar Lillian dengan nada jijik. Setelah itu, dia berpaling dan pergi bersama Edwin.
Evander hanya bisa menatap punggung kedua orang itu yang makin menjauh. Tubuhnya gemetar hebat, sementara hatinya penuh dengan keputusasaan.
"Kerja kerasku selama bertahun-tahun hancur begitu saja dalam sekejap mata! Ternyata aku hanya dijadikan batu pijakan oleh Lillian. Aku tidak terima dengan semua perlakuan ini!"
"Menara Penjinak Naga Sembilan Dunia … keluarlah!"
Dengan pakaian compang-camping dan tubuh berlumuran darah, Evander Vale bergegas masuk ke kota dan langsung menuju kediaman keluarga Vale.
"Lillian, coba tebak ini apa?" Di halaman belakang kediaman keluarga Vale, Evander membuka telapak tangannya dan menatap gadis di depannya.
"Apa itu?"
Lillian Vale menunduk dan seketika itu juga matanya berbinar dengan penuh kegembiraan. "Apa ini pil Tingkat Langit yang bernama Pil Azura?"
"Benar. Aku mencarinya selama setengah tahun di Tambang Glacian dan akhirnya menemukannya untukmu. Dengan pil ini, kamu bisa segera menembus batas dan menjadi murid inti," ujar Evander sambil menyerahkan pil itu pada Lillian.
"Aku tidak menyangka Tambang Glacian benar-benar menyimpan harta karun seperti ini." Lillian menerima pil itu dengan penuh suka cita, lalu kembali berkata, "Kak Evander, kalau kamu memberikannya padaku, bagaimana denganmu?"
"Tenang saja, aku tidak membutuhkannya," jawab Evander dengan percaya diri.
Dia pun mengangkat tangan kanannya dan saat energi spiritual di dalam tubuhnya bergerak, pola-pola emas muncul di kulitnya. "Lillian, saat aku menemukan Pil Azura ini, aku tidak sengaja menelan buah emas misterius yang memberiku bakat istimewa. Bahkan tanpa Pil Azura ini, aku tetap bisa menjadi murid inti."
Mata Lillian berbinar dengan penuh kekaguman saat dia berkata, "Pola ini unik sekali! Apa kamu benar-benar memperoleh bakat istimewa?"
Evander mengangguk penuh semangat, lalu berkata, "Ya, Lillian! Setelah aku resmi menjadi murid int Akademi Sunblaze, aku akan meminta Ayah untuk menetapkan tanggal pernikahan kita."
"Oke! Ini luar biasa sekali! Akhirnya aku bisa mencapai titik ini! Oh ya, aku juga punya hadiah besar untukmu. Tunggu aku di halaman belakang!" seru Lillian dengan penuh semangat. Usai berkata demikian, dia pun langsung pergi dengan Pil Azura di tangannya.
"Hadiah besar? Aku memberikan pil itu untukmu tanpa mengharapkan imbalan," gumam Evander sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Setelah berganti pakaian, Evander mengeluarkan kotak kayu kecil dari tangannya. Di dalamnya, terdapat dua pil seukuran ibu jari. "Masih ada dua butir Pil Azura lagi. Satu pil harus kusisihkan untuk Ayah dan satunya lagi untuk Guru."
Selama enam bulan terakhir, dia berlatih keras di Tambang Glacian dan melewati banyak penderitaan yang hampir merenggut nyawanya. Untungnya, hasil yang dia dapatkan sepadan dengan semua kerja kerasnya.
Di Benua Devaterra, pil, teknik kultivasi, seni bela diri, dan kekuatan supranatural terbagi dalam lima tingkatan. Kelima tingkatan itu adalah Tingkat Manusia, Tingkat Mistik, Tingkat Bumi, Tingkat Langit, dan yang paling langka adalah Tingkat Dewa.
Di Sunblaze, jangan harap bisa menemukan pil Tingkat Langit. Bahkan pil Tingkat Bumi saja sudah sangat langka. Jadi, mendapatkan tiga butir Pil Azura dan memperoleh bakat istimewa di Tambang Glacian benar-benar anugerah yang luar biasa.
"Aku harus berlatih lebih keras, membangun kembali keluarga Vale dan membalas budi pada Ayah atas semua hal yang telah dia berikan padaku." Sambil mencuci muka, Evander merenung dalam hatinya.
Bam!
Pintu kamar Evander tiba-tiba terbuka dan Lillian kembali bersama seorang pria paruh baya.
"Ayah, Lillian, kenapa kalian tiba-tiba datang ke sini?" Evander terkejut, lalu terkekeh. "Aku memang mendapatkan banyak keberuntungan, tapi tidak perlu buru-buru seperti ini. Aku juga sudah berencana untuk mengunjungi Ayah … "
Pria paruh baya itu langsung meraih lengan Evander dan berkata, "Biarkan aku melihat bakat istimewa yang kamu dapatkan itu!"
Evander mengernyitkan keningnya, lalu mengalirkan energi spiritual di dalam tubuhnya. Seketika itu juga, pola emas muncul di lengan kanannya dan bersinar dengan terang.
"Benar, ‘kan, Ayah? Polanya berwarna emas," ujar Lillian dari samping.
"Benar sekali! Pola naga airnya muncul dengan warna emas! Pola ini adalah pola yang terbaik! Kemampuan istimewa ini disebut Tubuh Tempur Naga Air!" ujar pria paruh baya itu dengan deru napas yang makin cepat.
Krak!
Tiba-tiba, suara jeritan yang memilukan terdengar. Tubuh Evander bergetar hebat, disertai dengan suara tulang yang retak.
"Ayah, kamu … " teriak Evander dengan penuh keterkejutan.
Sebelum Evander bisa menyelesaikan kalimatnya, pria paruh baya itu sudah mencengkeram lengan kanannya. Kemudian, lima jari pria itu menembus tangan Evander dan mencabut sepotong tulang emas yang berlumuran darah.
"Kenapa Ayah menghancurkan Tulang Tempurku?" teriak Evander dengan sorot mata yang dipenuhi kemarahan dan keputusasaan.
Namun, wajah pria paruh baya itu tetap tenang dan acuh tak acuh saat dia berkata, "Keluarga Vale telah membesarkanmu selama lebih dari sepuluh tahun. Sepotong Tulang Tempur ini saja tidak cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah kami berikan padamu. Mengorbankan benda ini demi keberhasilan Lillian harusnya jadi kehormatan bagimu!"
Di sisi lain, Lillian mulai menggeledah pakaian Evander dan menemukan sebuah kotak. "Evander, kamu memang tidak tahu terima kasih! Kamu mendapatkan tiga butir Pil Azura, tapi kenapa malah menyembunyikan dua pil lainnya? Kenapa tidak menyerahkan semuanya padaku?"
"Ayah … Edwin, kenapa kamu tega melakukan hal ini padaku?"
"Aku selalu setia pada kalian dan tidak pernah punya niat jahat. Begitu pulang, aku bahkan langsung memikirkanmu dan Lillian. Tapi, kenapa kamu malah menghancurkan Tulang Tempurku?" teriak Evander dengan mata merah penuh amarah.
"Kamu hanya anak haram! Pada akhirnya, kamu tetap orang asing bagi keluarga kami. Apa itu kesetiaan?" Edwin menendang Evander ke samping, lalu membungkus Tulang Tempur emas itu dengan energi spiritualnya. "Ayo pergi, Lillian! Beberapa bulan lagi kamu akan mencapai usia dewasa dan akar tulangmu masih bisa berkembang. Aku yakin Tulang Tempur Naga Air ini cocok untukmu."
Lillian mengangguk, lalu berkata, "Terima kasih, Ayah. Maaf sudah merepotkanmu. Tapi … "
Tiba-tiba, sebuah belati muncul di tangan Lillian. Kemudian, matanya menatap tajam ke arah Evander. "Kita harus membasmi gulma sampai ke akarnya. Anak haram ini tidak boleh dibiarkan hidup begitu saja."
Namun, Edwin melirik Evander sekilas, lalu berkata, "Biarkan dia hidup sedikit lebih lama lagi. Kalau anak ini mati sekarang, kita akan kesulitan untuk memberi penjelasan ke Akademi Sunblaze."
"Kalau tidak boleh dibunuh, setidaknya kita harus melumpuhkannya," ujar Lillian dengan nada mencibir. Kemudian, dia langsung mengayunkan belatinya ke arah Evander tanpa ada keraguan sedikit pun.
Evander buru-buru mundur dengan raut wajah yang pucat pasi. "Lillian, kamu sudah mendapatkan Tulang Tempur milikku. Kenapa kamu masih tega melakukan hal seperti ini padaku? Apa kamu ingin menghancurkanku juga?"
"Evander, kamu hanya anak haram! Keluarga Vale sudah memberimu makan selama bertahun-tahun dan hal itu saja sudah lebih dari cukup! Beraninya kamu berharap bahwa Ayah akan memberikan restu pernikahan! Dasar tidak tahu diri!"
"Aku adalah putri kebanggaan keluarga Vale. Masa depanku ditakdirkan untuk jadi luar biasa. Mana mungkin aku membiarkan orang sepertimu menyentuhku?"
"Pernikahan?"
"Apa kamu pikir kamu pantas mendapatkannya?"
Lillian tertawa dingin, lalu menghantam tangan Evander hingga membuatnya terlempar ke samping.
Kemudian, tanpa ragu-ragu, dia menancapkan belatinya ke perut Evander.
Seketika itu juga, darah segar langsung bercucuran dan membasahi pakaian Evander.
Rasa sakit yang menusuk langsung menyebar di seluruh tubuh Evander. Dalam sekejap mata, seluruh energi spiritual di dalam tubuhnya mengalir keluar seperti balon bocor.
"Lautan Energiku … kamu menghancurkan Lautan Energiku!" teriak Evander dengan suara yang bergetar. Kemudian, tubuhnya lemas seakan jatuh ke dalam jurang tanpa dasar.
Meskipun Tulang Tempur miliknya telah dirampas, dia masih bisa bertahan dan terus berlatih. Namun, jika Lautan Energinya hancur, semua usahanya selama bertahun-tahun akan lenyap begitu saja dan dia akan menjadi orang yang tidak berguna!
Dia tidak pernah menyangka bahwa Edwin Vale, orang yang selama ini dia panggil "Ayah" selama lebih dari sepuluh tahun akan menghancurkannya dengan tangannya sendiri.
Sejak dulu, Lillian adalah teman masa kecilnya. Namun, kini gadis itu tampak begitu kejam dan tidak berperasaan. Gadis itu bahkan tega menghancurkan dirinya. Jika bukan karena status Evander sebagai murid di Akademi Sunblaze yang membuat mereka takut, mungkin saat ini dia sudah menjadi mayat.
"Bagaimanapun, aku tetaplah murid Akademi Sunblaze. Kamu sudah menghancurkan Lautan Energiku dan merebut Tulang Tempurku. Apa kamu tidak takut Akademi Sunblaze akan mengejarmu? Guruku pasti tidak akan tinggal diam begitu saja," kata Evander sambil menatap tajam kedua orang di depannya.
Lillian menatap Evander dengan sinis, lalu berkata, "Kamu pergi ke Tambang Glacian untuk berlatih dan hampir kehilangan nyawamu. Kini kamu kembali dengan kekuatan yang sudah hancur. Apa hubungannya dengan Vale?"
"Sedangkan untuk gurumu, dia hanya orang tidak berguna yang sering jadi bahan lelucon di Akademi Sunblaze. Begitu aku memurnikan Pil Azura dan menggabungkannya dengan Tulang Tempur Naga Air, aku akan menjadi genius terbaik di akademi! Apa yang bisa gurumu lakukan padaku?"
"Ayah sudah memutuskan untuk membiarkanmu hidup, jadi jangan macam-macam! Mulai sekarang, jadilah budak yang baik di keluarga Vale!" ujar Lillian dengan nada jijik. Setelah itu, dia berpaling dan pergi bersama Edwin.
Evander hanya bisa menatap punggung kedua orang itu yang makin menjauh. Tubuhnya gemetar hebat, sementara hatinya penuh dengan keputusasaan.
"Kerja kerasku selama bertahun-tahun hancur begitu saja dalam sekejap mata! Ternyata aku hanya dijadikan batu pijakan oleh Lillian. Aku tidak terima dengan semua perlakuan ini!"
"Menara Penjinak Naga Sembilan Dunia … keluarlah!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved