Bab 5 Part 5
by Neng Gemoy
18:52,Oct 28,2024
nih…jangan lupa pake earphone-nya, sebelah aja biar kita tetep bisa ngobrol dia menyerahkan si KW super Korea selatan kepadaku. Langsung aku pasang satu earphone ke telingaku.
File-nya apa kang? tanyaku penasaran dengan film itu.
Rahman kemudian, membukakan file pada smartphonenya yang aku pegang, dan touch….filmpun dimulai. What the fuck?! Its porn film again but i start to love it….uft. Ketika film itu diputar aku melihat ke arah samping kanan, kiri, belakang dan Huft…Aman Jaya Mengudara dan terkendali. Karena dibelakangku adalah tembok, samping kiriku tembok, samping kananku meja makan kosong. Gila kenapa aku sekarang jadi suka sekalii melihat film porno? Ini yang kedua bagiku, yang kedua ini sangat lain karena? sudahlah. Aku tidak merasa aneh, atau jijik, sekarang yang aku rasakan adalah menontonnya, meresapinya dan melupakannya. Mungkin lebih tepatnya hanya untuk kesenangan saja melihat seperti ini.
Wooi serius amat sich ente…. ntar ane transferin yang banyak ke HP ente…. maaf yo, ane paling suka ngajakin jelek ente ha ha ha ha kata Raman membuyarkan konsentrasiku.
Memang masih pun…………….. ucapku terputus
Ki segone karo ngombene, lek dang dipangan tapi eling piring karo gelase ojo dipangan (ini nasi dan minumannya, segera dimakan, tapi ingat piring dan gelasnya jangan dimakan) tiba-tiba Si Mbok warung meletakan pesanan kami dan memotong perkataanku.
Emange jaran eblek mangan koco mbok (memangnya kuda lumping makan kaca) jawab kami serentak yang diikuti gelak tawa si mbok yang berjalan meninggalkan kami.
Tadi ente mau ngomong apa Ar? tanya Rahman
Memang masih punya banyak Kang Rahman? tanyaku
Huwahahahahahahahahahahah….. Ane kira ente alergi sama hal-hal yang berbau busuk Ternyata…..
Download to Ar Ar, entenya saja yang Bahlul (Bodoh) bin ****** bin dedhel, ga pernah manfaatin internet, makanya browsing…. berselancar di dunia maya ….hahahahahaha …. jawabnya terbahak bahak
Dah makan dulu…. lanjut Rahman
Aku hentikan kegiatanku nonton film itu, kusantap dan kulahap makan nasi rames ibu warung. Jika piringnya bisa aku makan mungkin akan aku makan sekalian he he he. Ah….lezatnya…..bagaimana tidak, tadi pagi aku tidak kemasukan nasi sama sekali. Perut kosong apalagi pikiranku buyar karena Ibuku.
Mana HP ente? kata Rahman memcah konsentrasi makanku
Hini mmmmm kangmmmm… jawbku sambil sambil mengunyah makanan.
Sambil makan kulihat Rahman mengutak-atik smaartphone miliku dan miliknya. Makan makan makan….aku ingin kenyang…. wah ternyata ada lauk cumi osengnya, dipotong-potong kaya cincin. Wadiyah waduh …Cincin? Ah cincin titipan Ibu…. kenapa aku baru ingat, bagaimana ya? Aku harus beli dimana? Kenapa aku bisa lupa. Cepat aku selesaikan makanku, kemudian kurogoh saku celanaku.
Untung masih ada kataku tiba-tiba
Ni Ar, udah ane transfer, ane simpen di folder yang namanya Semprotku kata Rahman kepadaku
Oia…untung kenapa?? lanjut Rahman kaget aku mendengarnya.
Apa aku harus cerita ke Rahman soal kejadian semalam? Ah tidak, bisa-bisa aku disangka orang Gila, Tapi aku bisa minta tolong ke rahman untuk cari cincin ini bathinku.
Kang, tahu gak cari cincin seperti ini dimana? sambil aku meyerahkan potongan gambar cincin dari Ibuku
Hmmmm…. ni di Toko Gajah Emas ada, tapi model kaya gini bisa nyampe 6 gram Ar, harganya kira-kira…kalo disesuaikan dengan harga emas sekarang ya Ar, ya bisa nyampe 3,5 juta-an lebih Ar jelas Rahman kepadaku
HAH?! WEIDIAN! (Edan) duit opo godong iku Kang (uang apa daun itu kang)? teriaku kaget.
Ha ha ha ha ha emang ente, mau beli? Buat siapa? Pacar ente? tanya Rahman yang masih tertawa sambil memegang perut
Kanggo make kang (Buat Ibu kang), dia pengen cincin seperti gambar ini jawabku pelan
Owalaaaaaaah…. gampang itu
Tenang aja Ar, ane kan pernah punya hutang ama ente, waktu kecelakaan itu ente kan yang bayar uang perawatan di awal ane masuk RS? tanya Rahman
I…iya kang, kok tahu? jawabku
Ya tahulah, punya mulut itu fungsinya buat tanya
Sudah tenang aja Ar, nah sekarang giliran ane bantuin ente Ar….. bentar ane transfer ke rekening ente pake i-bangking, nomor rekening ente masih
sama kan? jelas Rahman
ee….enggak usah kang….. jawabku
Diem aje ente, ane tahu ente sayang banget ma Ibu ente, sekarang giliran ane yang bantu ente, coba aja waktu itu ente gak lewat mana mungkin ane bisa makan bareng ente sekarang kata Rahman sambil ngutak-atik telepon cerdasnya.
Ketemu rekening ente …… guman Rahman mengutak-atik telepon cerdasnya. Ya memang aku dan rahman memang pernah melakukan transfer ke rekening masing-masing, mungkin no.rekeningku masih tersimpan di riwayat transfernya.
Dah masuk Ar…. semoga ente bisa dapetin tuh cincin, dan bisa bikin seneng Ibu ente lanjut Rahman
Makasih kang, bukannya mau ngapa atau gimana lho kang….. baru saja mau ngomong Rahman sudah memotongku perkataanku
Udah Ar, ente sahabat terbaik ane jadi, well wewe gombel, apa yang ane lakukan ini gak sebanding sama pertolongan ente waktu itu, lagipula sudah kewajiban ane ngebalikin uang itu karena itu adalah uang kamu jelas Rahman
Ato kurang? Perlu ane tambahin Ar? Tenang aja uang tambahan ini gak perlu kamu ganti ini masih kurang ngan bantuan yang ente berikan waktu itu lanjut Rahman
Sudah kang sudah, ini sudah lebih dari cukup… jawabku
Mending sekarang kamu ke Toko Emasnya Ar, dari pada nanti tutup nasihat Rahman kepadaku
Setelah perbincangan dengan Rahman di warung itu, kemudian aku bergegas ke pusat kota. Uang yang ditransfer Rahman lumayan banyak 5 juta. Padahal uang yang aku keluarkan untuk biaya rumah sakitnya waktu itu tidak sampai 5 juta. Tapi tak apalah daripada tidak punya uang buat beli cincin. Kuhentikan Revi si bodi montok di ATM pinggir jalan untuk mengambil uang sebesar 4 juta. Kulihat saldo ATM-ku tersisa sekitar 3 juta. Beruntung aku punya sahabat seperti Rahman selalu melewati suka duka bersama.
Kembali kupacu Revi montokku menuju toko Gajah Emas, Kurang lebih 1800 detik aku sampai di toko emas, tepat jam setengah tiga. Aku serahkan gambar cincin kepada penjaga toko. Penjaga toko memperlihatkan cincin yang sama dengan di gambar. Tinggal satu dan untunglah harganya tidak lebih dari 4 juta serta ukurannya cocok dengan pesanan ibu. Masih sisa 200rb lumayan. Tak lupa aku bungkus cincin itu dengan wadah cincin yang terbuat dari kaca, jadi tidak sisa.
Kuselesaikan semua urusan di toko kembali kupacu Revi, setelah Kurang lebih setengah jam lamanya aku di toko emas itu. Bergegas aku pulang kerumah, coba bayangkan dari rumah ke kampus 1 jam, dari kampus ke toko kurang lebih setengah jam, total perjalanan pulang memakan waktu 90 menit. Jam setengah lima aku sampai dirumah, kumasukan motorku ke garasi, garasi rumah tak terkunci bahkan tak tertutup mungkin sejak tadi pagi aku berangkat, kemudian kututup gerbang, dan masuk rumah melaui garasi sekalian mengunci pintu garasi.
Sepi sekali, dimana Ibu? Kok wangi banget…. bathinku
Buuu….. dan tak ada jawaban
Kulirik kamar ibu, tapi kelihatannya dikunci. Lebih baik aku mandi, dan segera mandi , istirahat. Rasa lelah perjalanan hari ini begitu meguras tenagaku. Hingga aku terlelap dan tidak ada satupun mimpi yang hinggap di dalam tidurku. Aku terbangun, kulihat jam dinding kamarku yang tampak buram menunjukan pukul 18.30. kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan bergegas kembali ke dalam kamarku. Kulihat telepon cerdasku berbunyi cicit cicit cuit cit cicit cuit. Kubaca sms yang masuk.
Dari : Ibu tercantik <3
Untuk : Arya
Pakai pakaian yang rapi, Ibu tunggu di bawah nak.
Dari : Arya
Untuk : Ibu tercantik <3
Inggih Bu siap, Mau kundangan ya bu?tunggu sebentar ya bu.
Tak ada balasan sms dari ibu, kupercepat berganti pakaianku. memakai baju rapi, dengan celana kain formal berwarna hitam. Bagian atas aku memakai baju berwana hitam dengan garis-garis vertikal tipis terukir dibajuku. Sambil berganti pakaian tak lupa aku menyulut rokok dunhill mild. Aku ambil parfum warna hitam bertuliskan kapak. Ku semprotkan ke seluruh tubuh pakaian yang aku kenakan hingga kedalam mulutku. Wangi semerbak toko parfum membalut kegundahanku dan ketakutanku. Aku turun ke bawah menuju ke bawah, tak lupa kukantongi telepon pintarku dan cincin pesanan Ibu dengan penuh harapan kelakuanku dimaafkan olehnya. Hingga sampai dibawah aku tidak menemukan Ibuku.
Bu….. Arya sudah siap teriakku sambil duduk di kursi ruang keluarga
Ibu di kamar tamu nak, lagi nata kamar, sini sebentar teriak Ibu keras
hah males banget! Masa mau kundangan suruh beres-beres? Sudah wangi lagi bathinku kesal
Kulangkahkan kakiku menuju kamar tamu, kubuka pintu kamar tamu. Dan ………………..
Bersambung
File-nya apa kang? tanyaku penasaran dengan film itu.
Rahman kemudian, membukakan file pada smartphonenya yang aku pegang, dan touch….filmpun dimulai. What the fuck?! Its porn film again but i start to love it….uft. Ketika film itu diputar aku melihat ke arah samping kanan, kiri, belakang dan Huft…Aman Jaya Mengudara dan terkendali. Karena dibelakangku adalah tembok, samping kiriku tembok, samping kananku meja makan kosong. Gila kenapa aku sekarang jadi suka sekalii melihat film porno? Ini yang kedua bagiku, yang kedua ini sangat lain karena? sudahlah. Aku tidak merasa aneh, atau jijik, sekarang yang aku rasakan adalah menontonnya, meresapinya dan melupakannya. Mungkin lebih tepatnya hanya untuk kesenangan saja melihat seperti ini.
Wooi serius amat sich ente…. ntar ane transferin yang banyak ke HP ente…. maaf yo, ane paling suka ngajakin jelek ente ha ha ha ha kata Raman membuyarkan konsentrasiku.
Memang masih pun…………….. ucapku terputus
Ki segone karo ngombene, lek dang dipangan tapi eling piring karo gelase ojo dipangan (ini nasi dan minumannya, segera dimakan, tapi ingat piring dan gelasnya jangan dimakan) tiba-tiba Si Mbok warung meletakan pesanan kami dan memotong perkataanku.
Emange jaran eblek mangan koco mbok (memangnya kuda lumping makan kaca) jawab kami serentak yang diikuti gelak tawa si mbok yang berjalan meninggalkan kami.
Tadi ente mau ngomong apa Ar? tanya Rahman
Memang masih punya banyak Kang Rahman? tanyaku
Huwahahahahahahahahahahah….. Ane kira ente alergi sama hal-hal yang berbau busuk Ternyata…..
Download to Ar Ar, entenya saja yang Bahlul (Bodoh) bin ****** bin dedhel, ga pernah manfaatin internet, makanya browsing…. berselancar di dunia maya ….hahahahahaha …. jawabnya terbahak bahak
Dah makan dulu…. lanjut Rahman
Aku hentikan kegiatanku nonton film itu, kusantap dan kulahap makan nasi rames ibu warung. Jika piringnya bisa aku makan mungkin akan aku makan sekalian he he he. Ah….lezatnya…..bagaimana tidak, tadi pagi aku tidak kemasukan nasi sama sekali. Perut kosong apalagi pikiranku buyar karena Ibuku.
Mana HP ente? kata Rahman memcah konsentrasi makanku
Hini mmmmm kangmmmm… jawbku sambil sambil mengunyah makanan.
Sambil makan kulihat Rahman mengutak-atik smaartphone miliku dan miliknya. Makan makan makan….aku ingin kenyang…. wah ternyata ada lauk cumi osengnya, dipotong-potong kaya cincin. Wadiyah waduh …Cincin? Ah cincin titipan Ibu…. kenapa aku baru ingat, bagaimana ya? Aku harus beli dimana? Kenapa aku bisa lupa. Cepat aku selesaikan makanku, kemudian kurogoh saku celanaku.
Untung masih ada kataku tiba-tiba
Ni Ar, udah ane transfer, ane simpen di folder yang namanya Semprotku kata Rahman kepadaku
Oia…untung kenapa?? lanjut Rahman kaget aku mendengarnya.
Apa aku harus cerita ke Rahman soal kejadian semalam? Ah tidak, bisa-bisa aku disangka orang Gila, Tapi aku bisa minta tolong ke rahman untuk cari cincin ini bathinku.
Kang, tahu gak cari cincin seperti ini dimana? sambil aku meyerahkan potongan gambar cincin dari Ibuku
Hmmmm…. ni di Toko Gajah Emas ada, tapi model kaya gini bisa nyampe 6 gram Ar, harganya kira-kira…kalo disesuaikan dengan harga emas sekarang ya Ar, ya bisa nyampe 3,5 juta-an lebih Ar jelas Rahman kepadaku
HAH?! WEIDIAN! (Edan) duit opo godong iku Kang (uang apa daun itu kang)? teriaku kaget.
Ha ha ha ha ha emang ente, mau beli? Buat siapa? Pacar ente? tanya Rahman yang masih tertawa sambil memegang perut
Kanggo make kang (Buat Ibu kang), dia pengen cincin seperti gambar ini jawabku pelan
Owalaaaaaaah…. gampang itu
Tenang aja Ar, ane kan pernah punya hutang ama ente, waktu kecelakaan itu ente kan yang bayar uang perawatan di awal ane masuk RS? tanya Rahman
I…iya kang, kok tahu? jawabku
Ya tahulah, punya mulut itu fungsinya buat tanya
Sudah tenang aja Ar, nah sekarang giliran ane bantuin ente Ar….. bentar ane transfer ke rekening ente pake i-bangking, nomor rekening ente masih
sama kan? jelas Rahman
ee….enggak usah kang….. jawabku
Diem aje ente, ane tahu ente sayang banget ma Ibu ente, sekarang giliran ane yang bantu ente, coba aja waktu itu ente gak lewat mana mungkin ane bisa makan bareng ente sekarang kata Rahman sambil ngutak-atik telepon cerdasnya.
Ketemu rekening ente …… guman Rahman mengutak-atik telepon cerdasnya. Ya memang aku dan rahman memang pernah melakukan transfer ke rekening masing-masing, mungkin no.rekeningku masih tersimpan di riwayat transfernya.
Dah masuk Ar…. semoga ente bisa dapetin tuh cincin, dan bisa bikin seneng Ibu ente lanjut Rahman
Makasih kang, bukannya mau ngapa atau gimana lho kang….. baru saja mau ngomong Rahman sudah memotongku perkataanku
Udah Ar, ente sahabat terbaik ane jadi, well wewe gombel, apa yang ane lakukan ini gak sebanding sama pertolongan ente waktu itu, lagipula sudah kewajiban ane ngebalikin uang itu karena itu adalah uang kamu jelas Rahman
Ato kurang? Perlu ane tambahin Ar? Tenang aja uang tambahan ini gak perlu kamu ganti ini masih kurang ngan bantuan yang ente berikan waktu itu lanjut Rahman
Sudah kang sudah, ini sudah lebih dari cukup… jawabku
Mending sekarang kamu ke Toko Emasnya Ar, dari pada nanti tutup nasihat Rahman kepadaku
Setelah perbincangan dengan Rahman di warung itu, kemudian aku bergegas ke pusat kota. Uang yang ditransfer Rahman lumayan banyak 5 juta. Padahal uang yang aku keluarkan untuk biaya rumah sakitnya waktu itu tidak sampai 5 juta. Tapi tak apalah daripada tidak punya uang buat beli cincin. Kuhentikan Revi si bodi montok di ATM pinggir jalan untuk mengambil uang sebesar 4 juta. Kulihat saldo ATM-ku tersisa sekitar 3 juta. Beruntung aku punya sahabat seperti Rahman selalu melewati suka duka bersama.
Kembali kupacu Revi montokku menuju toko Gajah Emas, Kurang lebih 1800 detik aku sampai di toko emas, tepat jam setengah tiga. Aku serahkan gambar cincin kepada penjaga toko. Penjaga toko memperlihatkan cincin yang sama dengan di gambar. Tinggal satu dan untunglah harganya tidak lebih dari 4 juta serta ukurannya cocok dengan pesanan ibu. Masih sisa 200rb lumayan. Tak lupa aku bungkus cincin itu dengan wadah cincin yang terbuat dari kaca, jadi tidak sisa.
Kuselesaikan semua urusan di toko kembali kupacu Revi, setelah Kurang lebih setengah jam lamanya aku di toko emas itu. Bergegas aku pulang kerumah, coba bayangkan dari rumah ke kampus 1 jam, dari kampus ke toko kurang lebih setengah jam, total perjalanan pulang memakan waktu 90 menit. Jam setengah lima aku sampai dirumah, kumasukan motorku ke garasi, garasi rumah tak terkunci bahkan tak tertutup mungkin sejak tadi pagi aku berangkat, kemudian kututup gerbang, dan masuk rumah melaui garasi sekalian mengunci pintu garasi.
Sepi sekali, dimana Ibu? Kok wangi banget…. bathinku
Buuu….. dan tak ada jawaban
Kulirik kamar ibu, tapi kelihatannya dikunci. Lebih baik aku mandi, dan segera mandi , istirahat. Rasa lelah perjalanan hari ini begitu meguras tenagaku. Hingga aku terlelap dan tidak ada satupun mimpi yang hinggap di dalam tidurku. Aku terbangun, kulihat jam dinding kamarku yang tampak buram menunjukan pukul 18.30. kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan bergegas kembali ke dalam kamarku. Kulihat telepon cerdasku berbunyi cicit cicit cuit cit cicit cuit. Kubaca sms yang masuk.
Dari : Ibu tercantik <3
Untuk : Arya
Pakai pakaian yang rapi, Ibu tunggu di bawah nak.
Dari : Arya
Untuk : Ibu tercantik <3
Inggih Bu siap, Mau kundangan ya bu?tunggu sebentar ya bu.
Tak ada balasan sms dari ibu, kupercepat berganti pakaianku. memakai baju rapi, dengan celana kain formal berwarna hitam. Bagian atas aku memakai baju berwana hitam dengan garis-garis vertikal tipis terukir dibajuku. Sambil berganti pakaian tak lupa aku menyulut rokok dunhill mild. Aku ambil parfum warna hitam bertuliskan kapak. Ku semprotkan ke seluruh tubuh pakaian yang aku kenakan hingga kedalam mulutku. Wangi semerbak toko parfum membalut kegundahanku dan ketakutanku. Aku turun ke bawah menuju ke bawah, tak lupa kukantongi telepon pintarku dan cincin pesanan Ibu dengan penuh harapan kelakuanku dimaafkan olehnya. Hingga sampai dibawah aku tidak menemukan Ibuku.
Bu….. Arya sudah siap teriakku sambil duduk di kursi ruang keluarga
Ibu di kamar tamu nak, lagi nata kamar, sini sebentar teriak Ibu keras
hah males banget! Masa mau kundangan suruh beres-beres? Sudah wangi lagi bathinku kesal
Kulangkahkan kakiku menuju kamar tamu, kubuka pintu kamar tamu. Dan ………………..
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved