Bab 2 Part 2
by Neng Gemoy
18:50,Oct 28,2024
Aku baru saja di ajar oleh Bu Dian ini mulai semester 5. Pertama kali melihat wajahnya aku cukup terkesima tapi setelah tahu judesnya minta ampun sama temen-temen yang lain. Jadi Hiiiii takut. Ada yang aneh? Pastinya ada, kalo enggak cerita ini cukup sampai disini dan tidak akan aku lanjutkan ha ha haha. Yang aneh, Selama perkuliahan dengan Bu Dian, kadang aku merasa ada yang memperhatikan, dan ketika aku melihat ke arah Bu Dian ya Bu Dian-lah yang selama ini memperhatikan aku. Takut? Iyalah takut…takut dapat nilai E. Kapan lulusnya coba kalo dapat nilai E, ngulang tahun depan? Semoga saja tidak. ketika kuliah berlangsung, Pernah Tatapan mata kami beradu ketika anak-anak sedang sibuk mengerjakan soal dari Bu Dian, aku kira Bu Dian akan memandangku dengan sinis atau dengan tatapan ala Batosai yang membunuh hanya dengan tatapan matanya saja, tapi yang aku dapatkan adalah senyuman lepas, senyuma ikhlas dari bibirnya, Indah sekali. Akupun membalas senyumannya dan kemudian kembali mengerjakan soal.
Dua setengah jam mata kuliah Bu Dian telah terlewati.
“Akhirnya selesai juga, kuliah neraka ini, neraka?ah untuk hari ini mungkin tidak senyuman tadi senyuman dari surga, andai aku bisa menyentuhnya, hmmmm…….” batinku
“Selamat siang, kuliah sampai disini dulu, tugas yang saya berikan saya harap kalian kerjakan dan dikumpulkan, bagi yang tidak mengerjakan, tidak perlu lagi mengikuti perkuliahan saya lagi mulai minggu depan” Suara yang keras dari mulut Bu Dian.
“iya Bu….” jawab satu ruangan.
Kemudian Bu Dian berjalan menuju arah pintu, tapi dia menyempatkan untuk melirikku dan tersenyum. Oh….Apakah Dia tersenyum padaku? Aku hanya menunduk. Setelah kepergian Bu Dian dari kelas, ku di ajak oleh Rahman makan siang. Coba bayangin, tegang banget tadi waktu di kelas hampir mirip ketika aku nonton film porno sama-sama tegang. Ha ha ha……
“Ar…makan yuk, laper” ajak Rahman kepadaku
“Oke Kang, tapi apa kamu tidak makan siang bareng pacar kamu kang?” jawabku
“Dia kuliah Jam Sebelas tadi, Selesai jam setengah Dua, sama-sama kuliah 3 sks” Jawab Kang Rahman.
“oooooo…….” selorohku
Kami makan siang di emperan jalan dekat dengan kampusku. Makan siang yang murah meriah euy keplok-keplok. Kami pun terlibat percakapan panjang mengenai tugas kuliah yang diberikan oleh Bu Dian.
“Gimana kalo malem sabtu ente tidur di rumah ane aja Ar, sekalian bikin tugas, ente kan pinter” Rahman memulai percakapan.
“Oke Kang , tapi…..” jawabku
“Ayolah ane kagak bisa ngerjain soal itu, kagak ada tapi-tapian ente harus menginap di rumah ane” paksa Rahman kepadaku.
“Iya….” jawabku, kemudian memandang ke arah tak jelas (melamun).
Dirumahnya?, jujur saja ada perasaan aneh, rikuh (sungkan) ketika di rumah Rahman. Bukan masalah hantu atau setan yang bergentayangan dirumah Rahman tapi lebih ke seseorang yang berada di rumahnya.
“Ente masih ada kuliah Ar?” tanya Rahman membuyarkan lamunanku.
“Enggak Kang, kamu tahu sendiri aku ambil kuliah sama dengan kamu” jawabku
“Oh Iya ya ha ha ha ha……Rokok Ar” menawariku rokok sambil menyulut rokok yang sudah ada di mulutnya
“Makasih Kang…..Hmmmm…..Dunhill Mild mantap kang” jawabku
“Mending yang ini Ar, dari pada rokok filter, sehari bisa satu bungkus, kalo Dunhill lumayan Ar bisa mpe 2 hari, biasa Ngirit Ar…..Ha ha ha ha” jawab Rahman dengan tawa keras.
Sudah hampir satu jam aku ngobrol panjang kali lebar sama dengan volume dengan rahman, berbatang-batang “batang putih” ini pun aku sulut berkali-kali. rasa lelah menghinggapi kami berdua hingga akhirnya kita memutuskan pulang.
Revi Oh Revi andaikata kau benar-benar perempuan dan aku bisa menaikimu setiap hari ha ha ha ha. Ngeeeeeeeeeng…….perjalanan pulang yang membuat aku merasa ngantuk. Udah panas, perut kenyang ah pengen tidur rasanya jika sudah sampai rumah. Akhirnya sampai juga dirumah.
Tok Tok Tok…..
Bu…..Ibu…… teriakku di depan pintu
Iya sebentar…..Jawab ibuku dari dalam rumah.
Klek……………….
Dah pulang nak? tanya Ibuku
Iya Bu hari senin Cuma satu mata kuliah jawabku sambil salim(cium tangan) Ibuku
Ya udah sana Istirahat dulu ya….Ibu mau melanjutkan nyuci piringnya suruh Ibuku
Inggih (iya) Bu jawabku sambil masuk rumah.
Masuk kerumah aku langsung duduk di ruang tamu, menikmati ademnya rumahku ini. Ibuku menutup pintu kemudian menuju ke dapur. Setelah cukup rileks, aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Antara dapur dan tangga menuju lantai dua memang berdekatan. Kulihat Ibuku sedang asyik mencuci piring, tempat mencuci piring di desain agar ketika mencuci bisa sambil berdiri. Aku belokan arah jalanku dan menuju ke arah Ibuku. Aku peluk Ibuku dari belakang, ya itu sudah jadi kebiasaanku. Tanganku melingkar di perut Ibuku, aku letakan kepalaku di bahu kanan Ibuku. Posisi pandanganku menoleh ke arah Ibuku.
Ada apa nak? Tanya Ibuku
pengen peluk aja bu jawabku
Cukup lama aku memeluk ibuku, cukup lama Oksigen masuk ke dalam paru-paruku. Dan banyak pula karbon dioksida yang keluar dari hidungku. Keluar menyentuh leher Ibuku. Tiba-tiba saja tangan kanan Ibuku memgang kepalaku dan di tekan ke arah leher. Aku kaget, bahkan kini posisi bibirku tepat mencium leher Ibuku.
ehmmmmmmmmmm……sssssh…… kudengar ibuku mendesah pelan. Posisi itu berlangsung cukup lama sekitar 5 menit, dan membuat Jendral di dalam celanaku berdiri. Aku yang kemudian sadar menarik kepalaku dari leher ibuku.
aduh bu, Ibu kenapa to? tanyaku
Oh ti…tidak…kenapa-napa jawab Ibuku seperti linglung dan bingung atas apa yang terjadi barusan.
Yaelah Bu main dorong kepala saja Ibu itu, Kaget Bu, ada apa to Bu? tanyaku sambil melepaskan pelukkan tanganku yang di perut Ibu.
sudah sana istirahat….Ibu mau melanjutkan mencuci piringnya jawab Ibuku agak sedikit meninggi suaranya. Dari wajahnya terlihat wajah antara malu, bingung dan marah. Mungkin marah dengan dirinya sendiri.
Sambil menaiki tangga, pikiranku tetap pada kejadian yang barusan terjadi tadi. Aneh benar-benar aneh, biasanya Ibu tidak seperti ini. Ada apa sebenarnya? Apa Ibu ada masalah dengan Romo? Memang iya Romo hampir 1 bulan ini selalu keluar kota terus, Ah masa bodohlah tapi celanaku semakin sempit.
Aku memasuki kamar, kututup pintu dan kurebahkan jasad bernyawa ini. Ahh….enak sekali tidur siang-siang ini. Kupejamkan mataku, coba menerka apa yang sebenarnya terjadi tadi.Ya Wanita itu dengan kebaya biru, berbalutkan jarit batik keris dibagian bawahnya. Cantik, indah dan memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya. Bagaimana bagian dalamnya ya? Uhfff……Hmmm….tanganku mengelus-elus celananku dengan sendirinya tanpa sadar.
lho kenapa aku bisa membayangkan Ibuku? Ah gila aku ini? Ah baru kali ini aku punya pikiran seperti ini, ini semua karena kejadian tadi batinku
Mungkinkah Ibu kangen sama Romo? Tidak mendapatkan gaji dari Romo? Kenapa Ibuku melampiaskannya kepadaku tadi? Apakah dia menginginkan aku? Bagaimana kalo itu benar? Dan apa yang harus aku lakukan pada Ibuku? Ah tidak mungkin, Ibu adalah wanita keturunan ningrat, tidak mungkin dia melakukan hal bodoh seperti itu.
Baru kali ini ada perasaan aneh karena perlakuan Ibuku, Biasanya ketika aku peluk dari belakang Ibuku juga bersikap biasa saja. Bahkan aku selalu merasakan hal yang biasa ketika aku memluk Ibuku. Kenapa selalu berputar-putar pemikiranku ini? Berat sekali mata ini ah…………………
Grooook grooook groooook……….zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz……………………
>>
Tok tok tok…..
“Nak bangun sudah sore” teriak ibuku dari belakang pintu.
“ehmmmmmm…..aaaahhh…..Hoaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam……” menguap sejenak ketika mendengar ibuku teriak
“iya bu….” teriaku
“mandi dulu sana” jawab Ibuku.
Kudengar langkah Ibuku menuruni tangga. Ibu…..Hmmmm kejadian tadi muncul kembali ke dalam pikiranku. Pikiran kotor yang terus berkecamuk yang selalu aku tepis. Masa bodohlah, mandi terus makan. Aku menuruni tangga, kamar mandi rumahku terletak persis disamping tangga bagian bawah. Sesampainya di lantai bawah aku menuju keluar di pekarangan belakang rumahkku, pekarangan rumah bagian belakang rumahku seperti penjara dimana pagar bumi setinggi 5 meter mengelilingi pekarangan belakang rumah. Tak ada yang bisa dilihat kecuali sebuah kolam ikan kecil dan taman dengan pohon rambutan yang tumbuh subur di belakanng. Di pekarangan rumahku ini ada sedikit tanah lapang yang biasa aku pakai tiduran dengan menggelar tikar dibawah pohon rambutan itu.
Aku melangkah menuju jemuran dibelakang rumahku, ambil handuk dan saatnya mandi. Ketika aku menuju berjalan dari pekarangan rumah menuju kamar mandi aku lihat Ibuku. Kami saling pandang, aku melempar senyum, tapi Ibuku langsung tertunduk seperti malu melihatku. Masuk kamar mandi dan Byuuur byurr byurr……… tiba-tiba kejadian tadi siang masuk ke dalam pikiranku kembali. Aduh dedek Arya bangun. Toeeeeng eng eng eng….. hadeeeeeeh Ibu…. oh Ibu……hmmmm…….segera kuselesaikan mandiku daripada terjadi hal-hal yang aku inginkan ha ha ha. Kembali ke kamar, membuka tugas kuliahku, dan belajar. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat kulihat jam dinding menunjukan waktu hampir jam 7 malam.
“sudah saatnya makan malam” bathinku
Aku turun ke lantai satu dimana Ibuku sudah menungguku di bawah. Cantik sekali, walau sudah malam Ibuku tetap mengenakan kebaya. Balutan jarit batik keris warna coklat sangat cocok dengan kebaya warna hitam. Aku tersenyum kepada Ibuku, tapi Ibuku membuang muka ketika itu.
“Masak apa bu?” tanyaku dengan riangnya sambil menuju ke arah meja makan.
“…… tinggal makan saja nak , tidak usah tanya-tanya, cepet makan, lanjutkan belajar kamu dan istirahat” jawab ibuku dengan nada sedikit ketus.
“Aduh ada apa sebenarnya ini?apakah ibuku malu dengan kejadian tadi siang?ayolah bu….”bathinku. sambil menngambil nasi dan lauk segera aku lahap. Suasana makan malam yang tidak mengenakan, tidak seperti biasanya walaupun tidak ada Romo kita selalu bercengkrama dan bercanda. Oh Ibu ada denganmu?
“Bu, Ibu kenapa?” tanyaku membuka pembicaraan
“tidak apa-apa nak?” jawabnya sambil mengangkat piring kotor untuk di letakan di tempat cucian.
“Arya punya salah sama Ibu?” lanjutku
Bersambung
Dua setengah jam mata kuliah Bu Dian telah terlewati.
“Akhirnya selesai juga, kuliah neraka ini, neraka?ah untuk hari ini mungkin tidak senyuman tadi senyuman dari surga, andai aku bisa menyentuhnya, hmmmm…….” batinku
“Selamat siang, kuliah sampai disini dulu, tugas yang saya berikan saya harap kalian kerjakan dan dikumpulkan, bagi yang tidak mengerjakan, tidak perlu lagi mengikuti perkuliahan saya lagi mulai minggu depan” Suara yang keras dari mulut Bu Dian.
“iya Bu….” jawab satu ruangan.
Kemudian Bu Dian berjalan menuju arah pintu, tapi dia menyempatkan untuk melirikku dan tersenyum. Oh….Apakah Dia tersenyum padaku? Aku hanya menunduk. Setelah kepergian Bu Dian dari kelas, ku di ajak oleh Rahman makan siang. Coba bayangin, tegang banget tadi waktu di kelas hampir mirip ketika aku nonton film porno sama-sama tegang. Ha ha ha……
“Ar…makan yuk, laper” ajak Rahman kepadaku
“Oke Kang, tapi apa kamu tidak makan siang bareng pacar kamu kang?” jawabku
“Dia kuliah Jam Sebelas tadi, Selesai jam setengah Dua, sama-sama kuliah 3 sks” Jawab Kang Rahman.
“oooooo…….” selorohku
Kami makan siang di emperan jalan dekat dengan kampusku. Makan siang yang murah meriah euy keplok-keplok. Kami pun terlibat percakapan panjang mengenai tugas kuliah yang diberikan oleh Bu Dian.
“Gimana kalo malem sabtu ente tidur di rumah ane aja Ar, sekalian bikin tugas, ente kan pinter” Rahman memulai percakapan.
“Oke Kang , tapi…..” jawabku
“Ayolah ane kagak bisa ngerjain soal itu, kagak ada tapi-tapian ente harus menginap di rumah ane” paksa Rahman kepadaku.
“Iya….” jawabku, kemudian memandang ke arah tak jelas (melamun).
Dirumahnya?, jujur saja ada perasaan aneh, rikuh (sungkan) ketika di rumah Rahman. Bukan masalah hantu atau setan yang bergentayangan dirumah Rahman tapi lebih ke seseorang yang berada di rumahnya.
“Ente masih ada kuliah Ar?” tanya Rahman membuyarkan lamunanku.
“Enggak Kang, kamu tahu sendiri aku ambil kuliah sama dengan kamu” jawabku
“Oh Iya ya ha ha ha ha……Rokok Ar” menawariku rokok sambil menyulut rokok yang sudah ada di mulutnya
“Makasih Kang…..Hmmmm…..Dunhill Mild mantap kang” jawabku
“Mending yang ini Ar, dari pada rokok filter, sehari bisa satu bungkus, kalo Dunhill lumayan Ar bisa mpe 2 hari, biasa Ngirit Ar…..Ha ha ha ha” jawab Rahman dengan tawa keras.
Sudah hampir satu jam aku ngobrol panjang kali lebar sama dengan volume dengan rahman, berbatang-batang “batang putih” ini pun aku sulut berkali-kali. rasa lelah menghinggapi kami berdua hingga akhirnya kita memutuskan pulang.
Revi Oh Revi andaikata kau benar-benar perempuan dan aku bisa menaikimu setiap hari ha ha ha ha. Ngeeeeeeeeeng…….perjalanan pulang yang membuat aku merasa ngantuk. Udah panas, perut kenyang ah pengen tidur rasanya jika sudah sampai rumah. Akhirnya sampai juga dirumah.
Tok Tok Tok…..
Bu…..Ibu…… teriakku di depan pintu
Iya sebentar…..Jawab ibuku dari dalam rumah.
Klek……………….
Dah pulang nak? tanya Ibuku
Iya Bu hari senin Cuma satu mata kuliah jawabku sambil salim(cium tangan) Ibuku
Ya udah sana Istirahat dulu ya….Ibu mau melanjutkan nyuci piringnya suruh Ibuku
Inggih (iya) Bu jawabku sambil masuk rumah.
Masuk kerumah aku langsung duduk di ruang tamu, menikmati ademnya rumahku ini. Ibuku menutup pintu kemudian menuju ke dapur. Setelah cukup rileks, aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Antara dapur dan tangga menuju lantai dua memang berdekatan. Kulihat Ibuku sedang asyik mencuci piring, tempat mencuci piring di desain agar ketika mencuci bisa sambil berdiri. Aku belokan arah jalanku dan menuju ke arah Ibuku. Aku peluk Ibuku dari belakang, ya itu sudah jadi kebiasaanku. Tanganku melingkar di perut Ibuku, aku letakan kepalaku di bahu kanan Ibuku. Posisi pandanganku menoleh ke arah Ibuku.
Ada apa nak? Tanya Ibuku
pengen peluk aja bu jawabku
Cukup lama aku memeluk ibuku, cukup lama Oksigen masuk ke dalam paru-paruku. Dan banyak pula karbon dioksida yang keluar dari hidungku. Keluar menyentuh leher Ibuku. Tiba-tiba saja tangan kanan Ibuku memgang kepalaku dan di tekan ke arah leher. Aku kaget, bahkan kini posisi bibirku tepat mencium leher Ibuku.
ehmmmmmmmmmm……sssssh…… kudengar ibuku mendesah pelan. Posisi itu berlangsung cukup lama sekitar 5 menit, dan membuat Jendral di dalam celanaku berdiri. Aku yang kemudian sadar menarik kepalaku dari leher ibuku.
aduh bu, Ibu kenapa to? tanyaku
Oh ti…tidak…kenapa-napa jawab Ibuku seperti linglung dan bingung atas apa yang terjadi barusan.
Yaelah Bu main dorong kepala saja Ibu itu, Kaget Bu, ada apa to Bu? tanyaku sambil melepaskan pelukkan tanganku yang di perut Ibu.
sudah sana istirahat….Ibu mau melanjutkan mencuci piringnya jawab Ibuku agak sedikit meninggi suaranya. Dari wajahnya terlihat wajah antara malu, bingung dan marah. Mungkin marah dengan dirinya sendiri.
Sambil menaiki tangga, pikiranku tetap pada kejadian yang barusan terjadi tadi. Aneh benar-benar aneh, biasanya Ibu tidak seperti ini. Ada apa sebenarnya? Apa Ibu ada masalah dengan Romo? Memang iya Romo hampir 1 bulan ini selalu keluar kota terus, Ah masa bodohlah tapi celanaku semakin sempit.
Aku memasuki kamar, kututup pintu dan kurebahkan jasad bernyawa ini. Ahh….enak sekali tidur siang-siang ini. Kupejamkan mataku, coba menerka apa yang sebenarnya terjadi tadi.Ya Wanita itu dengan kebaya biru, berbalutkan jarit batik keris dibagian bawahnya. Cantik, indah dan memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya. Bagaimana bagian dalamnya ya? Uhfff……Hmmm….tanganku mengelus-elus celananku dengan sendirinya tanpa sadar.
lho kenapa aku bisa membayangkan Ibuku? Ah gila aku ini? Ah baru kali ini aku punya pikiran seperti ini, ini semua karena kejadian tadi batinku
Mungkinkah Ibu kangen sama Romo? Tidak mendapatkan gaji dari Romo? Kenapa Ibuku melampiaskannya kepadaku tadi? Apakah dia menginginkan aku? Bagaimana kalo itu benar? Dan apa yang harus aku lakukan pada Ibuku? Ah tidak mungkin, Ibu adalah wanita keturunan ningrat, tidak mungkin dia melakukan hal bodoh seperti itu.
Baru kali ini ada perasaan aneh karena perlakuan Ibuku, Biasanya ketika aku peluk dari belakang Ibuku juga bersikap biasa saja. Bahkan aku selalu merasakan hal yang biasa ketika aku memluk Ibuku. Kenapa selalu berputar-putar pemikiranku ini? Berat sekali mata ini ah…………………
Grooook grooook groooook……….zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz……………………
>>
Tok tok tok…..
“Nak bangun sudah sore” teriak ibuku dari belakang pintu.
“ehmmmmmm…..aaaahhh…..Hoaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam……” menguap sejenak ketika mendengar ibuku teriak
“iya bu….” teriaku
“mandi dulu sana” jawab Ibuku.
Kudengar langkah Ibuku menuruni tangga. Ibu…..Hmmmm kejadian tadi muncul kembali ke dalam pikiranku. Pikiran kotor yang terus berkecamuk yang selalu aku tepis. Masa bodohlah, mandi terus makan. Aku menuruni tangga, kamar mandi rumahku terletak persis disamping tangga bagian bawah. Sesampainya di lantai bawah aku menuju keluar di pekarangan belakang rumahkku, pekarangan rumah bagian belakang rumahku seperti penjara dimana pagar bumi setinggi 5 meter mengelilingi pekarangan belakang rumah. Tak ada yang bisa dilihat kecuali sebuah kolam ikan kecil dan taman dengan pohon rambutan yang tumbuh subur di belakanng. Di pekarangan rumahku ini ada sedikit tanah lapang yang biasa aku pakai tiduran dengan menggelar tikar dibawah pohon rambutan itu.
Aku melangkah menuju jemuran dibelakang rumahku, ambil handuk dan saatnya mandi. Ketika aku menuju berjalan dari pekarangan rumah menuju kamar mandi aku lihat Ibuku. Kami saling pandang, aku melempar senyum, tapi Ibuku langsung tertunduk seperti malu melihatku. Masuk kamar mandi dan Byuuur byurr byurr……… tiba-tiba kejadian tadi siang masuk ke dalam pikiranku kembali. Aduh dedek Arya bangun. Toeeeeng eng eng eng….. hadeeeeeeh Ibu…. oh Ibu……hmmmm…….segera kuselesaikan mandiku daripada terjadi hal-hal yang aku inginkan ha ha ha. Kembali ke kamar, membuka tugas kuliahku, dan belajar. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat kulihat jam dinding menunjukan waktu hampir jam 7 malam.
“sudah saatnya makan malam” bathinku
Aku turun ke lantai satu dimana Ibuku sudah menungguku di bawah. Cantik sekali, walau sudah malam Ibuku tetap mengenakan kebaya. Balutan jarit batik keris warna coklat sangat cocok dengan kebaya warna hitam. Aku tersenyum kepada Ibuku, tapi Ibuku membuang muka ketika itu.
“Masak apa bu?” tanyaku dengan riangnya sambil menuju ke arah meja makan.
“…… tinggal makan saja nak , tidak usah tanya-tanya, cepet makan, lanjutkan belajar kamu dan istirahat” jawab ibuku dengan nada sedikit ketus.
“Aduh ada apa sebenarnya ini?apakah ibuku malu dengan kejadian tadi siang?ayolah bu….”bathinku. sambil menngambil nasi dan lauk segera aku lahap. Suasana makan malam yang tidak mengenakan, tidak seperti biasanya walaupun tidak ada Romo kita selalu bercengkrama dan bercanda. Oh Ibu ada denganmu?
“Bu, Ibu kenapa?” tanyaku membuka pembicaraan
“tidak apa-apa nak?” jawabnya sambil mengangkat piring kotor untuk di letakan di tempat cucian.
“Arya punya salah sama Ibu?” lanjutku
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved