Chapter 13: Karakter seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya saja
by Yohan Andre
15:25,Jan 24,2024
Dari ketinggian seratus meter, sebuah pesawat tempur turun di landasan pesawat Markas Besar Jiangnan. Para perwira dan prajurit yang berada di dalam markas mulai berbaris, siap menyambut seorang pemuda yang turun dari kokpit pesawat disusul para pengawalnya yang bertubuh kekar.
“Paman, lama kita tak bertemu!” kata pemuda itu dengan santai. Pemuda berpakaian kasual itu lantas berjalan sambil melemparkan senyuman tipis kepada mereka yang sedang berbaris menyambutnya. Berbeda dari pemuda itu, para perwira dan prajurit yang berdiri di sana lebih terlihat ketakutan saat melihat kedatangan pria muda tersebut.
Franklin Qi, merupakan putra sulung Raja Yuecheng, ia juga dikenal sebagai putra angkat Dewa Perang Xuanwu. Kalian penasaran kenapa dia bisa jadi putra angkat pria paling ditakuti itu? Ada cerita di balik namanya itu, dahulu, ketika Dewa Perang Xuanwu masih menjadi seorang letnan di pasukan Yuecheng, ia mendapatkan banyak bantuan dari Raja Yuecheng. Setelah dia sukses, Raja Yuecheng secara khusus memintanya membawa putra sulungnya untuk dilatih menjadi tentara yang hebat. Karena sudah merasa sangat dekat dengan Franklin, Dewa Perang Xuanwu pun mengadopsinya sebagai anak angkat. Meskipun Franklin masih terbilang muda, ia sudah memiliki kedudukan yang sangat tinggi di selatan.
“Keponakanku yang hebat, rupanya kau kembali!”
“Aku tahu itu pasti kau! Kalau bukan, siapa lagi yang berani menerbangkan pesawat tempur dengan sembrono dan menghebohkan markas besar ini?”
“Di sini anginnya terlalu kencang. Ayo masuk dan lanjutkan pembicaraan kita di dalam.” Kapten menyambut Franklin dengan hangat, ia pun mempersilakan pemuda itu untuk duduk di kursi kehormatannya.
Tanpa ragu, Franklin duduk dengan sangat angkuh, tatapannya menunjukkan seseorang yang tak takut apa pun karena memiliki kekuasaan. Dengan statusnya sebagai anak Raja Yuecheng, dan putra angkat Dewa Perang Xuanwu, Franklin bisa melakukan apa pun di mana pun, kecuali di ibu kota.
“Ayah angkatku sudah mendengar kabar kematian Raja Zhonghai.”
“Sekarang dia tidak berada di markas selatan. Dia sedang pergi ke ibu kota untuk rapat.”
“Jadi, dia ingin aku mengurus masalah ini sepenuhnya!” Pernyataan ini sontak mengejutkan semua orang yang berdiri di sana.
“Walaupun sudah sepuluh tahun ikut Dewa Perang Xuanwu, bukankah dia masih terlalu muda untuk ini? Mana mungkin dia mampu mengurusnya?”
“Apakah rumor bahwa dia akan menjadi penerus Dewa Perang Xuanwu selanjutnya... benar?”
“Astaga, ini benar-benar masalah serius. Kita harus segera mengambil tindakan!”
Franklin tak peduli dengan ucapan orang-orang yang ada di sana, dengan lantang pemuda itu berkata, “Jangan mengatakan hal yang tak penting, aku tak bisa berlama-lama di sini. Setelah menyelesaikan masalah Raja Zhonghai, aku harus kembali ke kota Yue dan memberikan instruksi… Segera siapkan mobilku!”
Franklin sama sekali tidak segan walaupun mereka semua lebih tua darinya, dengan tegas pemuda itu langsung memberikan perintahnya.
“Baik!” Jawab pria berbaju perak dengan cepat.
Sementara itu, di vila no.1 Royal Blue Garden, terlihat Walter baru selesai membasuh dirinya. Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, pria itu keluar, lalu mengenakan pakaian bersih yang telah disiapkan oleh Evelyn untuknya. Dia terlihat segar, berbeda sekali dengan tampilannya saat di istana tadi.
“Ternyata penampilan seseorang memang dapat memengaruhi kesan awal, tapi karakternya bisa dilihat dari perasaan dan tindakan mereka!” suara Evelyn tiba-tiba terdengar dari belakang Walter.
Walter sontak terkejut melihat wanita itu tiba-tiba muncul di sana, “Kakak kesembilan, kenapa kau di sini?”
“Memangnya aneh kalau aku ada di sini?”
Evelyn yang sedang memegang gelas wine dengan jemarinya yang lentik, tersenyum ke arah Walter, lalu berkata, “Aku sudah duduk di sini sejak kau mandi, hanya saja kau yang tidak memperhatikannya.”
Setelah mengatakan itu, Evelyn meletakkan gelas itu, lalu berjalan mendekati Walter sambil tersenyum.
“Apa? Dari tadi kau duduk di sini?”
“Jadi, saat aku keluar dari kamar mandi tadi… kau melihat semuanya?”
Tanpa sadar, Walter terlihat tersipu malu, pipinya mulai memerah, ia pun sampai tak bisa berkutik sama sekali.
Sambil tersenyum, Evelyn menatap Walter sembari menggodanya, “Kenapa? Kau malu, ya?”
“Aku, kan, sudah pernah melihatnya, buat apa kau malu begitu?”
“Kalau dipikir-pikir… memang sudah agak besar, ya, dari terakhir kita bertemu dua tahun lalu.”
Wajah Walter yang memerah warnanya semakin terang, bak kulit yang terbakar matahari. Dengan senyuman riang, Evelyn makin menggoda Walter yang hampir meledak karena malu. “Hahaha, lihatlah wajahmu itu. Kau malu, ya? Baiklah, kalau begitu aku tak akan menggodamu lagi.”
“Sekarang, kita bicarakan hal serius saja. Aku sudah menyuruh orang untuk membersikan istana Zhonghai. Mulai sekarang, tempat itu akan menjadi kediaman keluarga Ye.”
“Lalu… aku juga sudah menyuruh orang untuk mengumpulkan abu keluargamu dengan baik. Sisanya aku serahkan padamu.”
Seketika, Walter langsung menundukkan kepalanya. “Biarkan saja mereka disimpan di tempat keluarga Ye.”
“Baiklah.”
Tanpa berpikir panjang, Evelyn melanjutkan. “Aku akan membeli seluruh area taman Anhe. Mulai sekarang, tempat itu akan menjadi makam khusus untuk keluarga Ye.”
Walter mengangguk, hendak mengucapkan terima kasih kepada Evelyn. Namun, ketika membuka pintu, sontak pria polos itu kaget dengan pemandangan yang ada di depannya. Terlihat dua gadis cantik sedang berdiri di luar pintu, begitu melihat Walter dan Evelyn, kedua gadis itu segera membungkuk untuk memberi hormat.
“Mereka berdua adalah pelayan yang aku pilih untuk mengurus semua keperluanmu selama di sini. Untuk sementara, aku akan mengirim mereka ke kediaman Ye. Jika kau kurang puas dengan pekerjaan mereka, aku akan menggantinya nanti.”
Evelyn menatap Walter dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Aku sudah menyuruh orang untuk merenovasi kediaman Ye. Paling lama… mungkin, dua hari renovasinya akan selesai. Sekarang, ayo makan!”
Dengan penuh semangat, wanita muda itu menarik Walter masuk ke dalam mobil, kemudian mengemudikan mobil itu menuju Hotel Shangri Lixie, Hotel yang paling ikonik di Kota Zhonghai. Bagaimana tidak, gedung yang memiliki 44 lantai ini memungkinkan para tamunya dapat melihat seluruh Kota Zhonghai dengan jelas.
Evelyn menggandeng tangan Walter lalu melangkah masuk ke dalam hotel mewah miliknya itu. Para staf hotel telah bersiap-siap dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan mereka berdua di sana. Karpet merah terhampar indah di lantai, bunga-bunga tersusun rapi, dan suasana lobi hotel begitu mewah dengan dekorasi yang telah dirancang dengan megah sejak awal.
Pada saat Evelyn dan Walter telah memasuki hotel, manajer hotel dengan sigap memimpin seluruh staffnya untuk memberikan penghormatan yang tulus, dengan rendah hati mereka membungkuk dan menyambut kedatangan mereka berdua.
“Selamat datang Nona Lan dan Tuan Ye.”
Ketika orang-orang melihat Evelyn menggandeng tangan pemuda itu dengan mesra, mereka tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Wow, hubungan mereka berdua sepertinya sangat dekat! Apa dia pacar bos?”
Walter merasa terkejut dengan tingkah orang-orang di sekitarnya. “Kakak kesembilan, mereka semua kenapa?”
Evelyn menatapnya, tersenyum penuh makna seraya berkata, “Mereka sedang menyambutmu. Bagaimana rasanya? Hebat, kan?”
“Kalau kau suka, aku akan memberikan hotel ini padamu.”
Walter menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak bisa mengelola hotel.”
Evelyn tersenyum balik, lantas merespon ucapan pemuda itu. “Itu bukan masalah, aku akan mencari orang untuk membantumu mengelolanya.”
“Kalau kau tidak suka hotel, aku masih punya bisnis yang lain. Kapan pun kau ingin mencobanya, katakan saja padaku.”
“Apa pun keputusanmu, aku akan mendukungmu sepenuhnya!”
Walter masih menggeleng, menolak tawaran yang diberikan kakaknya itu. “Terima kasih atas niat baikmu, tapi sekarang aku hanya ingin mencari dalang sesungguhnya di balik pembantaian keluargaku.”
Evelyn yang melihat tekad kuat pemuda itu untuk membalas dendam mulai merasa khawatir, lantas ia pun dengan cepat mengalihkan pembicaraannya. “Walter, kita bicarakan masalah itu nanti saja. Sekarang, sebaiknya kita makan dulu.”
“Ya.”
Walter mengikuti Evelyn ke ruang khusus untuk para naratetama yang terkenal dengan kemewahannya. Begitu pintu ruangan terbuka, mereka berdua langsung disambut oleh aroma yang begitu harum. Di dalam ruangan khusus nan mewah tersebut, terdapat sebuah meja besar yang terbentang sepanjang sepuluh meter. Di atasnya dipenuhi dengan aneka hidangan lezat. Setiap hidangan tersebut memancarkan warna, aroma, dan rasa yang menggugah selera. Ada kepiting daun pinus, lobster, daging sapi wagyu, serta telur ikan yang membuat Walter sampai menelan ludah.
Melihat semua hidangan mewah yang tersaji di depannya, Walter langsung bertanya, “Kakak kesembilan, memangnya selain kita siapa lagi yang akan makan di sini?”
“Tidak ada, hanya kita berdua.”
Evelyn tersenyum sambil melanjutkan ucapannya, “Semua ini aku siapkan khusus untukmu. Selama 10 tahun kau sudah menderita di atas gunung sana, sekarang, saat kau di sini, aku tak akan membiarkanmu menderita lagi!”
“Kau bisa menikmati semua hidangan ini dengan tenang!”
“Kalau kurang, kau bisa minta tambah.”
Walter langsung menggeleng, “Tidak, ini semua sudah lebih dari cukup!”
Pemuda itu langsung mengambil tempat duduk yang kosong, kemudian meraih sumpit dan mulai menyantap berbagai hidangan yang tersaji di depannya. Dengan santai, Evelyn duduk di sebelahnya, bersandar ringan di sandaran kursi, sambil menopang dagunya dengan satu tangan dan mengangkat gelas wine di depannya dengan tangan yang satunya. Diam-diam, ia memperhatikan Walter yang sedang menikmati makanannya dengan lahap.
“Kakak kesembilan, ayo makan! Masih banyak makanan yang belum di makan, sayang kalau nanti terbuang.”
Dengan lembut Evelyn tersenyum sambil berkata, “Kau dan sifat hematmu itu…”
“Tok tok tok!”
Suara ketukan terdengar dari arah pintu, memotong percakapan kedua orang yang ada di sana. Tanpa menunggu izin dari Evelyn, tiba-tiba seorang pelayan memasuki ruangan tempat keduanya berada.
Evelyn langsung mengernyitkan dahinya seolah tak suka dengan kedatangan pelayan itu. “Bukankah aku sudah bilang? Jangan ada yang mengganggu makan malamku bersama adikku!”
Dengan penuh keputusasaan, pelayan itu segera melaporkan hal genting pada atasannya dengan suara yang rendah. “Nona, maafkan saya…”
“Tiba-tiba ada beberapa mobil Jeep bertanda Markas Besar Jiangnan di luar!”
“Seseorang bernama Franklin Qi ingin bertemu dengan Anda!”
“Paman, lama kita tak bertemu!” kata pemuda itu dengan santai. Pemuda berpakaian kasual itu lantas berjalan sambil melemparkan senyuman tipis kepada mereka yang sedang berbaris menyambutnya. Berbeda dari pemuda itu, para perwira dan prajurit yang berdiri di sana lebih terlihat ketakutan saat melihat kedatangan pria muda tersebut.
Franklin Qi, merupakan putra sulung Raja Yuecheng, ia juga dikenal sebagai putra angkat Dewa Perang Xuanwu. Kalian penasaran kenapa dia bisa jadi putra angkat pria paling ditakuti itu? Ada cerita di balik namanya itu, dahulu, ketika Dewa Perang Xuanwu masih menjadi seorang letnan di pasukan Yuecheng, ia mendapatkan banyak bantuan dari Raja Yuecheng. Setelah dia sukses, Raja Yuecheng secara khusus memintanya membawa putra sulungnya untuk dilatih menjadi tentara yang hebat. Karena sudah merasa sangat dekat dengan Franklin, Dewa Perang Xuanwu pun mengadopsinya sebagai anak angkat. Meskipun Franklin masih terbilang muda, ia sudah memiliki kedudukan yang sangat tinggi di selatan.
“Keponakanku yang hebat, rupanya kau kembali!”
“Aku tahu itu pasti kau! Kalau bukan, siapa lagi yang berani menerbangkan pesawat tempur dengan sembrono dan menghebohkan markas besar ini?”
“Di sini anginnya terlalu kencang. Ayo masuk dan lanjutkan pembicaraan kita di dalam.” Kapten menyambut Franklin dengan hangat, ia pun mempersilakan pemuda itu untuk duduk di kursi kehormatannya.
Tanpa ragu, Franklin duduk dengan sangat angkuh, tatapannya menunjukkan seseorang yang tak takut apa pun karena memiliki kekuasaan. Dengan statusnya sebagai anak Raja Yuecheng, dan putra angkat Dewa Perang Xuanwu, Franklin bisa melakukan apa pun di mana pun, kecuali di ibu kota.
“Ayah angkatku sudah mendengar kabar kematian Raja Zhonghai.”
“Sekarang dia tidak berada di markas selatan. Dia sedang pergi ke ibu kota untuk rapat.”
“Jadi, dia ingin aku mengurus masalah ini sepenuhnya!” Pernyataan ini sontak mengejutkan semua orang yang berdiri di sana.
“Walaupun sudah sepuluh tahun ikut Dewa Perang Xuanwu, bukankah dia masih terlalu muda untuk ini? Mana mungkin dia mampu mengurusnya?”
“Apakah rumor bahwa dia akan menjadi penerus Dewa Perang Xuanwu selanjutnya... benar?”
“Astaga, ini benar-benar masalah serius. Kita harus segera mengambil tindakan!”
Franklin tak peduli dengan ucapan orang-orang yang ada di sana, dengan lantang pemuda itu berkata, “Jangan mengatakan hal yang tak penting, aku tak bisa berlama-lama di sini. Setelah menyelesaikan masalah Raja Zhonghai, aku harus kembali ke kota Yue dan memberikan instruksi… Segera siapkan mobilku!”
Franklin sama sekali tidak segan walaupun mereka semua lebih tua darinya, dengan tegas pemuda itu langsung memberikan perintahnya.
“Baik!” Jawab pria berbaju perak dengan cepat.
Sementara itu, di vila no.1 Royal Blue Garden, terlihat Walter baru selesai membasuh dirinya. Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, pria itu keluar, lalu mengenakan pakaian bersih yang telah disiapkan oleh Evelyn untuknya. Dia terlihat segar, berbeda sekali dengan tampilannya saat di istana tadi.
“Ternyata penampilan seseorang memang dapat memengaruhi kesan awal, tapi karakternya bisa dilihat dari perasaan dan tindakan mereka!” suara Evelyn tiba-tiba terdengar dari belakang Walter.
Walter sontak terkejut melihat wanita itu tiba-tiba muncul di sana, “Kakak kesembilan, kenapa kau di sini?”
“Memangnya aneh kalau aku ada di sini?”
Evelyn yang sedang memegang gelas wine dengan jemarinya yang lentik, tersenyum ke arah Walter, lalu berkata, “Aku sudah duduk di sini sejak kau mandi, hanya saja kau yang tidak memperhatikannya.”
Setelah mengatakan itu, Evelyn meletakkan gelas itu, lalu berjalan mendekati Walter sambil tersenyum.
“Apa? Dari tadi kau duduk di sini?”
“Jadi, saat aku keluar dari kamar mandi tadi… kau melihat semuanya?”
Tanpa sadar, Walter terlihat tersipu malu, pipinya mulai memerah, ia pun sampai tak bisa berkutik sama sekali.
Sambil tersenyum, Evelyn menatap Walter sembari menggodanya, “Kenapa? Kau malu, ya?”
“Aku, kan, sudah pernah melihatnya, buat apa kau malu begitu?”
“Kalau dipikir-pikir… memang sudah agak besar, ya, dari terakhir kita bertemu dua tahun lalu.”
Wajah Walter yang memerah warnanya semakin terang, bak kulit yang terbakar matahari. Dengan senyuman riang, Evelyn makin menggoda Walter yang hampir meledak karena malu. “Hahaha, lihatlah wajahmu itu. Kau malu, ya? Baiklah, kalau begitu aku tak akan menggodamu lagi.”
“Sekarang, kita bicarakan hal serius saja. Aku sudah menyuruh orang untuk membersikan istana Zhonghai. Mulai sekarang, tempat itu akan menjadi kediaman keluarga Ye.”
“Lalu… aku juga sudah menyuruh orang untuk mengumpulkan abu keluargamu dengan baik. Sisanya aku serahkan padamu.”
Seketika, Walter langsung menundukkan kepalanya. “Biarkan saja mereka disimpan di tempat keluarga Ye.”
“Baiklah.”
Tanpa berpikir panjang, Evelyn melanjutkan. “Aku akan membeli seluruh area taman Anhe. Mulai sekarang, tempat itu akan menjadi makam khusus untuk keluarga Ye.”
Walter mengangguk, hendak mengucapkan terima kasih kepada Evelyn. Namun, ketika membuka pintu, sontak pria polos itu kaget dengan pemandangan yang ada di depannya. Terlihat dua gadis cantik sedang berdiri di luar pintu, begitu melihat Walter dan Evelyn, kedua gadis itu segera membungkuk untuk memberi hormat.
“Mereka berdua adalah pelayan yang aku pilih untuk mengurus semua keperluanmu selama di sini. Untuk sementara, aku akan mengirim mereka ke kediaman Ye. Jika kau kurang puas dengan pekerjaan mereka, aku akan menggantinya nanti.”
Evelyn menatap Walter dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Aku sudah menyuruh orang untuk merenovasi kediaman Ye. Paling lama… mungkin, dua hari renovasinya akan selesai. Sekarang, ayo makan!”
Dengan penuh semangat, wanita muda itu menarik Walter masuk ke dalam mobil, kemudian mengemudikan mobil itu menuju Hotel Shangri Lixie, Hotel yang paling ikonik di Kota Zhonghai. Bagaimana tidak, gedung yang memiliki 44 lantai ini memungkinkan para tamunya dapat melihat seluruh Kota Zhonghai dengan jelas.
Evelyn menggandeng tangan Walter lalu melangkah masuk ke dalam hotel mewah miliknya itu. Para staf hotel telah bersiap-siap dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan mereka berdua di sana. Karpet merah terhampar indah di lantai, bunga-bunga tersusun rapi, dan suasana lobi hotel begitu mewah dengan dekorasi yang telah dirancang dengan megah sejak awal.
Pada saat Evelyn dan Walter telah memasuki hotel, manajer hotel dengan sigap memimpin seluruh staffnya untuk memberikan penghormatan yang tulus, dengan rendah hati mereka membungkuk dan menyambut kedatangan mereka berdua.
“Selamat datang Nona Lan dan Tuan Ye.”
Ketika orang-orang melihat Evelyn menggandeng tangan pemuda itu dengan mesra, mereka tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Wow, hubungan mereka berdua sepertinya sangat dekat! Apa dia pacar bos?”
Walter merasa terkejut dengan tingkah orang-orang di sekitarnya. “Kakak kesembilan, mereka semua kenapa?”
Evelyn menatapnya, tersenyum penuh makna seraya berkata, “Mereka sedang menyambutmu. Bagaimana rasanya? Hebat, kan?”
“Kalau kau suka, aku akan memberikan hotel ini padamu.”
Walter menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak bisa mengelola hotel.”
Evelyn tersenyum balik, lantas merespon ucapan pemuda itu. “Itu bukan masalah, aku akan mencari orang untuk membantumu mengelolanya.”
“Kalau kau tidak suka hotel, aku masih punya bisnis yang lain. Kapan pun kau ingin mencobanya, katakan saja padaku.”
“Apa pun keputusanmu, aku akan mendukungmu sepenuhnya!”
Walter masih menggeleng, menolak tawaran yang diberikan kakaknya itu. “Terima kasih atas niat baikmu, tapi sekarang aku hanya ingin mencari dalang sesungguhnya di balik pembantaian keluargaku.”
Evelyn yang melihat tekad kuat pemuda itu untuk membalas dendam mulai merasa khawatir, lantas ia pun dengan cepat mengalihkan pembicaraannya. “Walter, kita bicarakan masalah itu nanti saja. Sekarang, sebaiknya kita makan dulu.”
“Ya.”
Walter mengikuti Evelyn ke ruang khusus untuk para naratetama yang terkenal dengan kemewahannya. Begitu pintu ruangan terbuka, mereka berdua langsung disambut oleh aroma yang begitu harum. Di dalam ruangan khusus nan mewah tersebut, terdapat sebuah meja besar yang terbentang sepanjang sepuluh meter. Di atasnya dipenuhi dengan aneka hidangan lezat. Setiap hidangan tersebut memancarkan warna, aroma, dan rasa yang menggugah selera. Ada kepiting daun pinus, lobster, daging sapi wagyu, serta telur ikan yang membuat Walter sampai menelan ludah.
Melihat semua hidangan mewah yang tersaji di depannya, Walter langsung bertanya, “Kakak kesembilan, memangnya selain kita siapa lagi yang akan makan di sini?”
“Tidak ada, hanya kita berdua.”
Evelyn tersenyum sambil melanjutkan ucapannya, “Semua ini aku siapkan khusus untukmu. Selama 10 tahun kau sudah menderita di atas gunung sana, sekarang, saat kau di sini, aku tak akan membiarkanmu menderita lagi!”
“Kau bisa menikmati semua hidangan ini dengan tenang!”
“Kalau kurang, kau bisa minta tambah.”
Walter langsung menggeleng, “Tidak, ini semua sudah lebih dari cukup!”
Pemuda itu langsung mengambil tempat duduk yang kosong, kemudian meraih sumpit dan mulai menyantap berbagai hidangan yang tersaji di depannya. Dengan santai, Evelyn duduk di sebelahnya, bersandar ringan di sandaran kursi, sambil menopang dagunya dengan satu tangan dan mengangkat gelas wine di depannya dengan tangan yang satunya. Diam-diam, ia memperhatikan Walter yang sedang menikmati makanannya dengan lahap.
“Kakak kesembilan, ayo makan! Masih banyak makanan yang belum di makan, sayang kalau nanti terbuang.”
Dengan lembut Evelyn tersenyum sambil berkata, “Kau dan sifat hematmu itu…”
“Tok tok tok!”
Suara ketukan terdengar dari arah pintu, memotong percakapan kedua orang yang ada di sana. Tanpa menunggu izin dari Evelyn, tiba-tiba seorang pelayan memasuki ruangan tempat keduanya berada.
Evelyn langsung mengernyitkan dahinya seolah tak suka dengan kedatangan pelayan itu. “Bukankah aku sudah bilang? Jangan ada yang mengganggu makan malamku bersama adikku!”
Dengan penuh keputusasaan, pelayan itu segera melaporkan hal genting pada atasannya dengan suara yang rendah. “Nona, maafkan saya…”
“Tiba-tiba ada beberapa mobil Jeep bertanda Markas Besar Jiangnan di luar!”
“Seseorang bernama Franklin Qi ingin bertemu dengan Anda!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved