chapter 6 Tiga Kali Tamparan

by Tanary 17:27,Nov 04,2023
Mereka berempat bergegas pergi ke kediaman utama Keluarga Xu.

Selama perjalanan, Lanni hanya diam dan tidak menganggap keberadaan Simon.

Sebagian besar kerabat sudah berkumpul di ruang tamu saat mereka sampai.

"Lihat, bukankah itu Simon si pemerkosa? Ternyata dia sudah bebas?"

"Rahel masih mengizinkan pria itu pulang meski dia sudah menghancurkan nama baik Keluarga Xu?"

"Dia bukan anggota keluarga kita dan selamanya tidak bisa karena dia bukan orang yang baik."

Para kerabat meremehkan dan menggunjingkan Simon tanpa rasa sungkan.

"Tujuan nenek mengumpulkan kita pasti untuk meminta Rahel bertanggung jawab atas semua kekacauan ini. Sudah tidak punya jabatan, masih saja membawa pemerkosa ini masuk ke keluarga kita, pantas saja nenek kesal, benar-benar cari masalah."

Terdengar gunjingan dari salah seorang kerabat yang disambut gelak tawa kerabat yang lain.

Rahel hanya bisa diam mendengar sindiran yang menyakitkan ini, dia menahan amarah dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Sementara Lanni merasa sangat malu dan marah, ingin sekali rasanya langsung pergi meninggalkan tempat ini.

Ditatapnya Simon dengan sorot mata yang tajam.

Dia dihina seperti ini, semua gara-gara Simon.

Pandangan Simon menyapu ke seluruh ruangan dan mendapati ternyata orang yang tertawa paling keras menghinanya adalah Monika dan pacarnya Dion.

Dihampirinya mereka berdua dengan langkah mantap.

"Simon, ada apa? Apa kata-kata kami salah? Kamu tersinggung? Mau buat perhitungan dengan kami?"

Monika mencibir.

Simon menggeleng dan menatap Dion, "Aku hanya penasaran, jelas-jelas kamu sudah diselingkuhi, kenapa kamu masih mau dengannya?"

"Bedebah, jangan coba-coba menghasutku! Siapa yang selingkuh?"

Dion mulai terpancing amarah.

"Simon, tutup mulutmu! Kamu masih terus memfitnahku?"

Monika berteriak karena mulai panik.

Kemarin, dia berusaha dengan segala cara meredakan amarah Dion.

Sekarang Simon mengungkit lagi, dia sangat khawatir kesabaran Dion habis dan memilih menjauhinya.

Apalagi, sekarang seluruh keluarga besar Xu sedang berkumpul. Tidak terbayangkan betapa malu kalau sisi kelam hidupnya terbongkar di sini.

"Selingkuh? Monika apa maksudmu?"

Kata-kata Simon mengundang kegaduhan di ruang tamu utama, semua orang jadi penasaran.

Monika merasa terpojok dan berusaha mengelak.

Simon tersenyum puas dan menjauh.

"Nenek datang!"

Semua terdiam.

Nenek Xu berjalan perlahan ke ruang tamu sambil bertumpu pada tongkat berkepala naga yang menandakan seberapa tinggi posisinya di keluarga ini, dia terlihat sangat berwibawa.

Nenek didampingi seorang pemuda.

Orang ini adalah Yulius Xu.

Orang tuanya sudah meninggal saat dia masih kecil. Dia adalah laki-laki satu-satunya dalam garis keturunan langsung Keluarga Xu, sehingga nenek sangat menyayanginya.

Dia dan Monika merupakan saudara sekandung dan berasal dari anak sulung Keluarga Xu.

Rahel adalah keturunan dari anak kedua Keluarga Xu.

Mereka berjalan beriringan menuju kursi penatua yang ada di bagian paling depan ruang tamu. Yulius mengelap kursi itu menggunakan kemejanya dan tersenyum manis. "Nenek, silakan duduk."

Cucunya ini memang sangat sopan dan berbakti.

Nenek Xu yang senang hati pun duduk.

Sedangkan yang lain bergegas menempatkan diri mereka masing-masing tanpa bersuara.

Nenek Xu sangat berwibawa, tidak ada seorang anggota Keluarga Xu yang berani padanya.

"Rahel, kemari."

Nenek Xu angkat bicara, "Aku ingin dengar penjelasanmu. Simon sudah mencoreng nama baik Keluarga Xu, kenapa masih kamu izinkan pulang? Kamu pikir nenek sudah mati, jadi kamu bisa mengambil keputusan seenaknya?"

"Nenek, tolong jangan marah dulu."

Rahel berusaha tenang dan mulai menjelaskan, "Tuduhan padanya tiga tahun yang lalu sepertinya keliru. Dia bilang, dulu saat perusahaan dalam kesulitan, kebetulan ada seseorang menawarinya menjadi kambing hitam dengan imbalan orang itu akan menolong dan membantu perusahaan keluar dari masa krisis."

"Brakk!"

Tongkat berkepala naga di tangan Nenek Xu dilempar ke tanah. "Tidak masuk akal! Hanya karena alasan tidak masuk akal penjahat ini, kamu memilih untuk memercayainya dan membuat Keluarga Xu terus dihina?"

"Nenek, aku memberi waktu tujuh hari untuk membuktikan kata-katanya. Kita bisa mengusirnya setelah dia gagal membutikan kalau dia tidak bersalah."

Rahel mencoba membuat nenek percaya dengan keputusannya.

"Tidak bisa!"

Nenek Xu berteriak lantang, "Sekarang juga kalian harus bercerai dan kamu harus mengusirnya dari Keluarga Xu!"

Rahel hanya bisa diam dan mengunci mulutnya.

Dia sudah menduga, nenek tidak akan memercayai Simon.

Menurut Nenek, keluguan dan sikap baik Simon selama ini tidak berarti apa-apa.

Semua orang di Keluarga Xu menyunggingkan senyum, mereka puas dengan keputusan yang nenek.

Lanni mulai panik, dia tidak bisa berbuat apapun selain membujuk putrinya, "Rahel, lebih baik turuti kata nenekmu."

Setelah mempertimbangkan beberapa saat, Rahel menatap Nenek Xu lalu berkata, "Nenek, maaf tapi kali ini Rahel tidak sependapat. Setidaknya sampai sekarang Simon masih anggota Keluarga Xu, dia pantas diberi waktu untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah."

Pembelaannya ini membuat semua orang yang hadir melongo kaget.

Rahel tetap bersikeras menentang perintah nenek.

Lanni hampir pingsan mendengarnya.

Wajah Nenek Xu menjadi suram. Dia urung membuka mulutnya saat tiba-tiba Yulius angkat bicara, "Rahel, nenek melakukannya demi masa depanmu, jangan membuatnya kecewa."

Dia berjalan menghampiri Rahel lalu katanya, "Aku tahu, kamu ingin membalas nenek karena hukuman yang nenek berikan beberapa tahun terakhir membuatmu merasa nenek tidak menyayangimu."

"Bukan!" sanggah Rahel.

"Kamu tidak usah mengelak, Rahel kamu itu memang orang yang tidak tahu diuntung."

Yulius melancarkan tuduhannya, "Jangan kira aku tidak tahu apa yang terjadi, putra Keluarga Yang itu sudah dari dulu mengejarmu. Aku yakin, sebagaian pencapaian penjualan di cabangmu pasti bisa berhasil karena bantuannya, 'kan?"

"Banyak sekali bantuannya untukmu, apa kamu memberi tubuhmu sebagai imbalannya?"

"Dasar jalang! Belum bercerai sudah berbuat onar lagi. Benar-benar aib Keluarga Xu!"

Tuduhan dan cacian pun terdengar dari segala sisi.

Situasinya jadi ricuh.

"Aku sungguh tidak menyangka Rahel jadi begitu?"

"Kelihatannya saja pintar dan sopan, ternyata dia wanita beracun yang gelap mata dengan kemauannya!"

"Dia tidak pantas menjadi Keluarga Xu, lama-lama dia akan menghancurkan kita!"

Meski tahu Yulius hanya omong kosong, mereka sengaja bersekongkol.

Rahel nyaris meledak menahan amarah, dia hanya mampu mengeratkan tinjunya.

"Yulius, kamu itu iri dengan prestasiku, 'kan? Jadi kamu mengkambing hitamkan aku!"

Rahel kembali menatap Nenek Xu dan berkata, "Nenek, Yulius harus minta maaf padaku!"

Nenek Xu bergeming.

Rahel amat kecewa.

Dia mulai putus asa.

Nenek sengaja berpihak pada Yulius.

Di sisi lain, tubuh Lanni juga gemetar hebat karena marah, dia berusaha meminta Daniel yang berdiri sampingnya untuk membela putrinya di depan nenek.

Bagaimanapun, Daniel Xu adalah putra kandung nenek, dia punya hak bicara dalam keluarga ini.

Daniel Xu berniat membela putrinya, tetapi saat matanya bertatapan dengan nenek, keberaniannya langsung padam.

"Segitu takutnya kamu pada ibumu sampai kamu tidak berani membela putrimu?"

Lanni sangat membenci suaminya yang sangat bernyali kecil.

"Sayang, barusan kamu bicara padaku?"

Lagi-lagi Daniel pura-pura tuli.

Yulius menatap Rahel dengan senyum menyeringai.

Sepertinya di Keluarga Xu, tidak ada yang akan memihak padanya.

Tiba-tiba, seseorang dengan berani berjalan menghampiri Yulius.

Orang itu adalah Simon.

Disaat semua orang tertegun, dia mengangkat tangannya dan menampar Yulius.

Plak!

"Tamparan ini, kuberikan karena kamu sudah lancang menuduh orang lain!"

Plak!

"Tamparan ini, kuberikan karena kamu tidak sayang saudara, bisa-bisanya kamu mempermalukan adikmu!"

Plak!

"Tamparan ini, kuberikan pada manusia rendahan sepertimu yang tidak layak jadi manusia!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

250