chapter 1 Seekor Naga Sejati Bebas Dari Penjara
by Tanary
17:27,Nov 04,2023
Penjara Kota Tua.
Di dalam sel penjara kelas berat.
"Guru Besar, Guru Kedua, Guru Ketiga... Guru Kesembilan, kalian bukan hanya guruku, tapi juga sebagai ayahku! Terima kasih atas dukungan, atas nasehat dan pengetahuan akan semua hal baru dari kalian selama tiga tahun ini. Hari ini aku bebas. Jaga diri kalian baik-baik."
Simon Su membungkuk penuh hormat pada sembilan pria tua di hadapannya.
Tiga tahun yang lalu, dia dibawa dan ditahan dalam sel aneh ini.
Kenapa dibilang aneh? Karena sembilan orang tahanan di sel ini tidak seperti tahanan biasa.
Meski Simon Su terus memberikan perlawanan, kesembilan orang itu tidak peduli dan tetap mengajarkan hal-hal baru padanya.
Sampai kemudian dia menyadari kesembilan orang ini mempunyai keahlian yang mumpuni.
Guru Besar memiliki seni bela diri yang hebat.
Guru Kedua memiliki keterampilan medis yang istimewa.
Guru Ketiga adalah ahli hipnotis.
Guru Keempat adalah ahli berbisnis.
…
Selama tiga tahun ini, siang dan malam mereka lalui bersama. Meski sampai sekarang Simon tetap tidak tahu siapa orang-orang ini sebenarnya, dia tetap bersyukur bisa belajar banyak hal dari mereka.
"Hei, kamu ini hanya keluar dari penjara. Tidak usah bersikap berlebihan begitu, seperti mau mati saja. Datanglah berkunjung kapan saja kalau kamu rindu dengan kami."
Guru Kedua berpesan sambil tersenyum.
"Tapi... ini adalah penjara kelas berat, pasti sulit mendapat izin berkunjung."
Simon terlihat sedih.
“Kamu jadi kambing hitam lagi saja, pasti bisa masuk lagi ke sini."
Guru Ketiga menimpali sambil tersenyum usil.
Simon terdiam sejenak.
Memang benar. Dia bisa masuk ke tempat ini karena sudah difitnah orang lain, tetapi fakta ini dia rahasiakan rapat-rapat dan tidak pernah sekali pun dia keceplosan.
Bagaimana mereka bisa tahu?
Hal ini membuatnya semakin yakin bahwa kesembilan guru ini adalah orang hebat.
“Aku tidak butuh barang ini, ambillah.”
Guru Besar melirik Simon.
Lalu, sesuatu melesat ke arah Simon diiringi suara mendesing.
Simon menangkap dengan sigap, ternyata benda itu adalah sebuah pelat emas dengan ukiran tulisan "Dewa Perang".
"Simon, masa hukumanmu sudah selesai, aku akan mengantarmu keluar dari sini."
Suara sipir penjara terdengar dari pintu.
"Jaga diri kalian."
Simon memberi salam hormat pada sembilan gurunya, balik badan dan melangkah keluar.
"Sebenarnya selama bertahun-tahun kita mengasingkan diri di sini, kita hanya mencari teman bicara, tidak kusangka ternyata bocah ini sangat jenius!"
"Betul. Hanya dalam tiga tahun, dia sudah menguasai banyak hal dari kita!"
"Setelah anak ini kembali ke dunia luar, keadaan pasti berbeda.”
Terjadi pembicaraan yang seru di dalam sel.
Setengah jam berlalu.
Di luar gerbang penjara.
Sambil menikmati hari kebebasannya, pikiran Simon berkelana ke masa lalu.
Tiga setengah tahun yang lalu, ibunya sakit parah dan dia tidak mampu menanggung biaya operasi yang menelan banyak uang. Untungnya, datanglah seorang wanita penyelamat, Rahel Xu, putri sulung Keluarga Xu. Wanita ini bersedia menanggung semua biaya pengobatan ibunya dengan syarat Simon harus menikah dengannya.
Kabar ini tentu menjadi bahan gunjingan publik dan membuat seluruh Kota Tua gempar. Bagaimana tidak? Putri sulung Keluarga Xu terkenal sebagai wanita cantik dan cerdas, bisa-bisanya dia memilih suami dari kalangan orang biasa?
Simon pun dihina dan direndahkan anggota Keluarga Xu.
Hanya Rahel yang menghargainya seperti orang kebanyakan. Hal inilah yang membuatnya jatuh hati pada gadis yang cantik dan pintar ini.
Hingga suatu hari, Glen Song, putra tertua Keluarga Song, datang menemuinya dan membuat kesepakatan dengannya. Dia meminta Simon bersedia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara untuk suatu kesalahan yang Glen perbuat.
Rupanya Glen sudah memperkosa seorang gadis dan berusaha kabur. Di sisi lain, polisi menemukan bukti bahwa Simon berada di sekitar tempat kejadian pada waktu yang bersamaan.
Kebetulan perusahaan Rahel sedang dalam keadaan sulit. Dia memutuskan menerima tawaran Glen, dengan imbalan Glen akan menolong Rahel.
Sekarang, dia sudah tuntas menyelesaikan hukuman ini. Meski begitu, dia yakin tidak ada seorang pun dari Keluarga Xu yang ingat bahwa hukumannya berakhir hari ini.
Simon merasa getir, lalu bergegas pergi.
"Ciiit..."
Sebuah sedan BMW merah mendadak berhenti di depannya.
Si pengemudi menurunkan kaca mobilnya dan memperlihatkan seorang wanita cantik.
"Naiklah!"
Si cantik menawarkan tumpangan.
Simon kaget.
Ternyata wanita itu adalah Rahel, istrinya.
Setelah Simon duduk, Rahel menginjak pedal gas dan mobil pun melesat dengan cepat.
“Rahel, terima kasih sudah datang menjemputku.”
Simon merasa agak senang.
Meski sudah bebas, dia tetap seorang mantan napi dan sudah mencoreng nama baik Rahel. Namun, hal ini tidak menghalangi Rahel untuk tetap menjemputnya.
Rahel tetap diam.
Setelah berkendara agak jauh Rahel akhirnya membuka pembicaraan,
"Simon, aku menjemputmu hari ini untuk mendapat penjelasan."
"Jujurlah, apa tuduhan itu benar?"
Nada bicaranya datar dan terdengar sangat tenang.
Urat di tangannya terlihat menonjol karena dia memegang kemudi dengan kuat.
Waktu Simon ditahan karena tuduhan percobaan pemerkosaan, dia sangat yakin bahwa Simon tidak mungkin melakukan itu. Sebenarnya saat itu dia ingin menemui Simon di penjara untuk meminta penjelasan.
Apa daya, sipir penjara tidak mengijinkannya mengunjungi Simon.
Hari ini adalah kesempatan baginya untuk mendengarkan penjelasan Simon.
Perasaan Simon berkecamuk saat ditanya seperti ini.
Rahel memang tidak tahu-menahu mengenai perjanjiannya dengan Glen.
Simon sudah berjanji, selama Glen menolong Rahel, dia akan menyembunyikan kebenaran ini seorang diri.
"Ya."
Simon berusaha tetap tenang.
Rahel tertegun sekian detik, sulit menerka perasaannya melalui raut wajahnya.
Ada rasa kaget, kecewa, terhina dan sedih yang mendalam.
Mulanya, nenek Rahel memaksanya menikah dengan seorang pria pesolek yang tidak dia sukai demi kemajuan bisnis Keluarga Xu.
Rahel yang tidak menerima takdir pun nekad menikahi Simon tanpa persetujuan keluarganya.
Rahel sama sekali tidak terpengaruh dengan cemoohan semua anggota keluarga yang lain. Di matanya, Simon yang punya sopan santun jelas tidak mungkin berbuat onar dan bagi Rahel, hal ini jauh lebih baik daripada para pria buaya darat.
Rahel tertampar oleh kenyataan ini.
"Sekarang kita pergi ke kantor sipil untuk mengurus perceraian."
Rahel berujar dengan jelas dan tegas.
"Baik."
Detak jantung Simon berpacu kencang.
Dia tahu inilah akibatnya kalau dia mengaku.
Dengan sangat berat hati, dia harus rela berpisah dengan orang yang dia sayangi.
Baginya, dia rela melakukan apa pun asalkan bisa membuat hidup Rahel lebih baik.
“Apa kamu baik-baik saja?"
Simon bertanya lagi.
Rahel mendengus dingin, "Karena ternyata tiga tahun lalu aku salah mengambil keputusan, nenek memecatku dan memindahkanku ke kantor cabang."
"Karena kamu sudah merusak nama baik Keluarga Xu, seberapa keras pun aku bekerja, nenek tidak percaya lagi padaku. Selamanya aku tidak mungkin kembali ke posisi semula."
"Semua orang di Keluarga Xu, bahkan di seluruh Kota Tua menjauhiku karena aku menikahi seorang pemerkosa."
Dipindahkan?
Apa jangan-jangan Glen tidak menolong Rahel?
Simon membelalak dan berkata, "Apa tiga tahun lalu di saat sulit itu Glen tidak menolongmu?"
"Glen adalah putra sulung Keluarga Song. Dia tidak ada hubungan keluarga denganku, kenapa dia harus membantuku?"
Rahel menjawab dengan nada dingin.
"Dia sudah berjanji padaku, asal aku menggantikannya menanggung hukuman atas kesalahannya ini, dia akan menolongmu. Bisa-bisanya dia bisa ingkar janji?"
Simon membelalak.
"Hah, maksudmu tuduhan itu direkayasa dan kamu sengaja menanggungnya untuk menyelamatkan aku? Kamu pikir aku percaya?"
Rahel sama sekali tidak memercayai pengakuan Simon.
Menurutnya, alasan itu omong kosong belaka.
Simon tidak mungkin punya relasi dengan putra sulung Keluarga Song. Mereka juga tidak mungkin mencari Simon untuk kambing hitam, memang siapa Simon?
Simon baru ingin menjelaskan saat tiba-tiba sebuah truk besar melaju ke arah mobil Rahel.
Raut wajah Rahel pucat seketika, dia tidak keburu banting setir. Rahel hanya bisa pasrah.
Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam melindungi tubuhnya dan memeluknya dengan erat.
"Duaaar!"
Setelah terdengar sebuah suara tabrakan, keduanya terlempar keluar dari mobil.
Di dalam sel penjara kelas berat.
"Guru Besar, Guru Kedua, Guru Ketiga... Guru Kesembilan, kalian bukan hanya guruku, tapi juga sebagai ayahku! Terima kasih atas dukungan, atas nasehat dan pengetahuan akan semua hal baru dari kalian selama tiga tahun ini. Hari ini aku bebas. Jaga diri kalian baik-baik."
Simon Su membungkuk penuh hormat pada sembilan pria tua di hadapannya.
Tiga tahun yang lalu, dia dibawa dan ditahan dalam sel aneh ini.
Kenapa dibilang aneh? Karena sembilan orang tahanan di sel ini tidak seperti tahanan biasa.
Meski Simon Su terus memberikan perlawanan, kesembilan orang itu tidak peduli dan tetap mengajarkan hal-hal baru padanya.
Sampai kemudian dia menyadari kesembilan orang ini mempunyai keahlian yang mumpuni.
Guru Besar memiliki seni bela diri yang hebat.
Guru Kedua memiliki keterampilan medis yang istimewa.
Guru Ketiga adalah ahli hipnotis.
Guru Keempat adalah ahli berbisnis.
…
Selama tiga tahun ini, siang dan malam mereka lalui bersama. Meski sampai sekarang Simon tetap tidak tahu siapa orang-orang ini sebenarnya, dia tetap bersyukur bisa belajar banyak hal dari mereka.
"Hei, kamu ini hanya keluar dari penjara. Tidak usah bersikap berlebihan begitu, seperti mau mati saja. Datanglah berkunjung kapan saja kalau kamu rindu dengan kami."
Guru Kedua berpesan sambil tersenyum.
"Tapi... ini adalah penjara kelas berat, pasti sulit mendapat izin berkunjung."
Simon terlihat sedih.
“Kamu jadi kambing hitam lagi saja, pasti bisa masuk lagi ke sini."
Guru Ketiga menimpali sambil tersenyum usil.
Simon terdiam sejenak.
Memang benar. Dia bisa masuk ke tempat ini karena sudah difitnah orang lain, tetapi fakta ini dia rahasiakan rapat-rapat dan tidak pernah sekali pun dia keceplosan.
Bagaimana mereka bisa tahu?
Hal ini membuatnya semakin yakin bahwa kesembilan guru ini adalah orang hebat.
“Aku tidak butuh barang ini, ambillah.”
Guru Besar melirik Simon.
Lalu, sesuatu melesat ke arah Simon diiringi suara mendesing.
Simon menangkap dengan sigap, ternyata benda itu adalah sebuah pelat emas dengan ukiran tulisan "Dewa Perang".
"Simon, masa hukumanmu sudah selesai, aku akan mengantarmu keluar dari sini."
Suara sipir penjara terdengar dari pintu.
"Jaga diri kalian."
Simon memberi salam hormat pada sembilan gurunya, balik badan dan melangkah keluar.
"Sebenarnya selama bertahun-tahun kita mengasingkan diri di sini, kita hanya mencari teman bicara, tidak kusangka ternyata bocah ini sangat jenius!"
"Betul. Hanya dalam tiga tahun, dia sudah menguasai banyak hal dari kita!"
"Setelah anak ini kembali ke dunia luar, keadaan pasti berbeda.”
Terjadi pembicaraan yang seru di dalam sel.
Setengah jam berlalu.
Di luar gerbang penjara.
Sambil menikmati hari kebebasannya, pikiran Simon berkelana ke masa lalu.
Tiga setengah tahun yang lalu, ibunya sakit parah dan dia tidak mampu menanggung biaya operasi yang menelan banyak uang. Untungnya, datanglah seorang wanita penyelamat, Rahel Xu, putri sulung Keluarga Xu. Wanita ini bersedia menanggung semua biaya pengobatan ibunya dengan syarat Simon harus menikah dengannya.
Kabar ini tentu menjadi bahan gunjingan publik dan membuat seluruh Kota Tua gempar. Bagaimana tidak? Putri sulung Keluarga Xu terkenal sebagai wanita cantik dan cerdas, bisa-bisanya dia memilih suami dari kalangan orang biasa?
Simon pun dihina dan direndahkan anggota Keluarga Xu.
Hanya Rahel yang menghargainya seperti orang kebanyakan. Hal inilah yang membuatnya jatuh hati pada gadis yang cantik dan pintar ini.
Hingga suatu hari, Glen Song, putra tertua Keluarga Song, datang menemuinya dan membuat kesepakatan dengannya. Dia meminta Simon bersedia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara untuk suatu kesalahan yang Glen perbuat.
Rupanya Glen sudah memperkosa seorang gadis dan berusaha kabur. Di sisi lain, polisi menemukan bukti bahwa Simon berada di sekitar tempat kejadian pada waktu yang bersamaan.
Kebetulan perusahaan Rahel sedang dalam keadaan sulit. Dia memutuskan menerima tawaran Glen, dengan imbalan Glen akan menolong Rahel.
Sekarang, dia sudah tuntas menyelesaikan hukuman ini. Meski begitu, dia yakin tidak ada seorang pun dari Keluarga Xu yang ingat bahwa hukumannya berakhir hari ini.
Simon merasa getir, lalu bergegas pergi.
"Ciiit..."
Sebuah sedan BMW merah mendadak berhenti di depannya.
Si pengemudi menurunkan kaca mobilnya dan memperlihatkan seorang wanita cantik.
"Naiklah!"
Si cantik menawarkan tumpangan.
Simon kaget.
Ternyata wanita itu adalah Rahel, istrinya.
Setelah Simon duduk, Rahel menginjak pedal gas dan mobil pun melesat dengan cepat.
“Rahel, terima kasih sudah datang menjemputku.”
Simon merasa agak senang.
Meski sudah bebas, dia tetap seorang mantan napi dan sudah mencoreng nama baik Rahel. Namun, hal ini tidak menghalangi Rahel untuk tetap menjemputnya.
Rahel tetap diam.
Setelah berkendara agak jauh Rahel akhirnya membuka pembicaraan,
"Simon, aku menjemputmu hari ini untuk mendapat penjelasan."
"Jujurlah, apa tuduhan itu benar?"
Nada bicaranya datar dan terdengar sangat tenang.
Urat di tangannya terlihat menonjol karena dia memegang kemudi dengan kuat.
Waktu Simon ditahan karena tuduhan percobaan pemerkosaan, dia sangat yakin bahwa Simon tidak mungkin melakukan itu. Sebenarnya saat itu dia ingin menemui Simon di penjara untuk meminta penjelasan.
Apa daya, sipir penjara tidak mengijinkannya mengunjungi Simon.
Hari ini adalah kesempatan baginya untuk mendengarkan penjelasan Simon.
Perasaan Simon berkecamuk saat ditanya seperti ini.
Rahel memang tidak tahu-menahu mengenai perjanjiannya dengan Glen.
Simon sudah berjanji, selama Glen menolong Rahel, dia akan menyembunyikan kebenaran ini seorang diri.
"Ya."
Simon berusaha tetap tenang.
Rahel tertegun sekian detik, sulit menerka perasaannya melalui raut wajahnya.
Ada rasa kaget, kecewa, terhina dan sedih yang mendalam.
Mulanya, nenek Rahel memaksanya menikah dengan seorang pria pesolek yang tidak dia sukai demi kemajuan bisnis Keluarga Xu.
Rahel yang tidak menerima takdir pun nekad menikahi Simon tanpa persetujuan keluarganya.
Rahel sama sekali tidak terpengaruh dengan cemoohan semua anggota keluarga yang lain. Di matanya, Simon yang punya sopan santun jelas tidak mungkin berbuat onar dan bagi Rahel, hal ini jauh lebih baik daripada para pria buaya darat.
Rahel tertampar oleh kenyataan ini.
"Sekarang kita pergi ke kantor sipil untuk mengurus perceraian."
Rahel berujar dengan jelas dan tegas.
"Baik."
Detak jantung Simon berpacu kencang.
Dia tahu inilah akibatnya kalau dia mengaku.
Dengan sangat berat hati, dia harus rela berpisah dengan orang yang dia sayangi.
Baginya, dia rela melakukan apa pun asalkan bisa membuat hidup Rahel lebih baik.
“Apa kamu baik-baik saja?"
Simon bertanya lagi.
Rahel mendengus dingin, "Karena ternyata tiga tahun lalu aku salah mengambil keputusan, nenek memecatku dan memindahkanku ke kantor cabang."
"Karena kamu sudah merusak nama baik Keluarga Xu, seberapa keras pun aku bekerja, nenek tidak percaya lagi padaku. Selamanya aku tidak mungkin kembali ke posisi semula."
"Semua orang di Keluarga Xu, bahkan di seluruh Kota Tua menjauhiku karena aku menikahi seorang pemerkosa."
Dipindahkan?
Apa jangan-jangan Glen tidak menolong Rahel?
Simon membelalak dan berkata, "Apa tiga tahun lalu di saat sulit itu Glen tidak menolongmu?"
"Glen adalah putra sulung Keluarga Song. Dia tidak ada hubungan keluarga denganku, kenapa dia harus membantuku?"
Rahel menjawab dengan nada dingin.
"Dia sudah berjanji padaku, asal aku menggantikannya menanggung hukuman atas kesalahannya ini, dia akan menolongmu. Bisa-bisanya dia bisa ingkar janji?"
Simon membelalak.
"Hah, maksudmu tuduhan itu direkayasa dan kamu sengaja menanggungnya untuk menyelamatkan aku? Kamu pikir aku percaya?"
Rahel sama sekali tidak memercayai pengakuan Simon.
Menurutnya, alasan itu omong kosong belaka.
Simon tidak mungkin punya relasi dengan putra sulung Keluarga Song. Mereka juga tidak mungkin mencari Simon untuk kambing hitam, memang siapa Simon?
Simon baru ingin menjelaskan saat tiba-tiba sebuah truk besar melaju ke arah mobil Rahel.
Raut wajah Rahel pucat seketika, dia tidak keburu banting setir. Rahel hanya bisa pasrah.
Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam melindungi tubuhnya dan memeluknya dengan erat.
"Duaaar!"
Setelah terdengar sebuah suara tabrakan, keduanya terlempar keluar dari mobil.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved