Bab 3 Raja Altan

by Afifah Maulida 09:55,Sep 07,2023
Aurora menghentikan derapnya di depan sebuah bangunan megah. Bangunan yang lebih mirip topi para penyihir jahat. Bangunan itu sangat megah, tapi terlihat begitu menyeramkan di mataku. Pandanganku menerabas setiap sudutnya. Tak ada celah.

Bagaimana jika ada kematian yang tak dikehendaki? Jika tak ada celah, bukankah kematian itu akan menjadi sebuah kematian rahasia? Apakah aku akan dihadapkan pada kenyataan itu kelak?

"Kehidupan istana itu tidaklah sekejam yang kamu pikirkan, Sheina. Istana itu bukanlah neraka bagi rakyatnya." Perdana Mentri Anka menengok ke kiri. Tepat ke arahku yang masih tertegun di atas punggung Aurora, di samping kiri kuda Perdana Mentri Anka.

Rasa takut sebenarnya menjalar begitu kuat dalam batinku. Aku kuatir jangan-jangan aku hanya akan menjadi santapan harimau putih, hewan piaraan kesayangan Sang Raja yang konon katanya sangat buas. Tapi aku berusaha kuat untuk menyembunyikan rasa takut itu. Aku harus tetap terlihat tegar, agar aku bisa kembali ke Panagiota, desa indah tempat di mana ibuku dan Zidane menunggu dengan penuh rindu. Ah, semoga Zidane tetap memelihara rindunya itu hanya untukku.

"Kita masuk ke istana sekarang. Ikuti langkahku dan segala tindak tandukku." Tegas berbicara Perdana Mentri Anka memerintahku. Kubalas dengan anggukan kepala yang lemah. Lakon hidup macam apa sebenarnya yang akan aku hadapi ini?

Perdana Mentri Anka dan aku memasuki bangunan megah yang disebut istana itu. Dan kuikuti sikap Perdana Mentri Anka yang seketika turun dari punggung kuda hitamnya begitu memasuki halaman istana.

Perdana Mentri Anka berjalan menghampiriku yang telah turun pula dari punggung Aurora. Dia menatapku lekat dengan sorot mata yang sulit kuartikan. Tatapan tajamnya itu menelisik begitu dalam. Seperti ada yang dipikirkannya tentang diriku.

"Benar kata Peramal Tua. Kamu memang cantik. Cantik sekali, Sheina. Jika kamu bisa menghindar dari dekapan Sang Raja, maka lakukan itu. Aku akan menyambutmu di luar istana," gumam Sang Perdana Mentri lirih.

Aku memiringkan kepala semabri memicingkan mata. Aku sungguh tidak paham apa sesungguhnya yang sedang dibicarakannya.

"Apa maksudmu, Tuan Perdana Mentri?" tanyaku ingin mendapatkan jawaban pasti. Tapi Perdana Mentri tampan itu malah mengibaskan tangannya.

"Lupakan. Ayo, kita bergegas masuk ke dalam istana. Sang Raja pasti sudah menunggumu." Perdana Mentri Anka membalikkan badan dan berjalan cepat mendahuluiku. Jubah hitam yang menyampir di leher belakang hingga pungungnya itu, bergerak melambai seiring langkah kakinya yang panjang dan cepat.

Sedikit kesusahan bagiku untuk mengimbangi langkah Sang Perdana Mentri. Beberapa kali aku harus setengah berlari demi mampu mengimbangi langkahnya. Huffts! Capek sekali.

Hingga akhirnya kami memasuki ruangan yang sangat luas.

Mataku membelalak tak percaya dengan apa yang kulihat. Takjub. Ruangan sangat luas dengan ornamen-ornamen bertahtakan berlian. Kilaunya serasa menyilaukan mata. Apakah aku tengah bermimpi? Berada dalam ruangan yang sangat indah, bak di negeri dongeng.

Aku tidak begitu peduli dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Perdana Mentri Anka dengan lelaki paruh baya yang tengah duduk di atas kursi besar berlapis emas itu. Apa yang terdapat di setiap sudut ruangan luas itu jauh lebih menarik perhatianku.

Sekilas aku mendengar lelaki paruh baya itu mengataiku. Bahwa aku dekil, lusuh, dan jorok, meskipun dia juga memujiku dengan mengatakan bahwa aku ini cantik. Ah, terserah dia mau bilang apa. Peduli amat dengan segala ocehannya.

"Sheina!" Suara Perdana Mentri Anka itu mengagetkanku. Apalagi disertai dengan menarik lenganku. Aku terhuyung berjalan maju hingga hanya berjarak beberapa langkah di depan lelaki paruh baya itu. "Berikan penghormatanmu!"

Aku menganggukkan kepala ke arah lelaki paruh baya itu dengan santun. Dan lelaki itu memalingkan mukanya. Apakah dia jijik melihatku?

"Sheina, beliau adalah Raja Altan, yang akan mengambilmu sebagai selir keseratus. Berikan pengabdian tertinggimu pada Sang Raja." Sekali lagi Perdana Mentri Anka memerintahku.

Hah? Raja Altan?Jadi lelaki paruh baya itu yang akan menjadi suamiku?

*****




































Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55