Bab 8 Pelajaran buat Marco

by AM.assekop 16:35,Aug 07,2023

“Clara! Kau harus ikut Papa!” tegas Marco sambil menggenggam erat tangan putrinya.
Tapi, Clara buru-buru melepaskan genggaman itu dan kembali berjalan menyusul mamanya. Clara setengah berlari, lalu menjajari pinggang mamanya yang sudah berada di dekat pagar.
“Jangan cegah kami pergi! Urusi saja pelakor itu!” sergah Vionny sambil menggeret koper besar. Ditatapnya marah pria yang sudah dikenalnya selama lima belas tahun lebih, tapi kebersamaan itu harus kandas hari ini.
Meskipun berulang kali diminta mengucapkan kata cerai oleh istrinya, Marco masih belum bisa, sebagian hati kecilnya masih tetap ingin melanjutkan hubungan rumah tangga mereka.
Hanya saja, Vionny sudah terlanjur kecewa dan suatu saat akan memberikan gugatan di pengadilan bahwa sudah semestinya mereka berpisah. Hatinya hancur setelah dikhianati, tidak ada maaf.
Dari halaman rumah Marco menunjuk-nunjuk Vionny sambil melontarkan kalimat menusuk. “Apa kau bisa memberi Clara makan dan membiayainya sekolah ha? Kau dan keluargamu di dusun sana miskin! Tidak punya apa-apa! Semua pemberianku, termasuk rumah orangtuamu dan semua isinya, aku ambil lagi,” ungkitnya angkuh.
“Silakan kau ambil semuanya. Memang semua itu punyamu. Mobil, perhiasan, dan barang-barang yang ada di rumah orang tuaku, silakan kau ambil lagi!” cecar Vionny geram. Mukanya memerah. Emosi sekali dia pagi ini.
Vionny pun menggamit tangan Clara dan mengajaknya untuk segera meninggalkan tempat ini. Sudah tak tahan dia menahan beban kepedihan. Belum lagi menahan sabar atas sikap kasar Marco selama ini, baik omongan maupun tangannya.
Jika ada ribut kecil saja, Marco suka main tangan. Tamparan, pukulan, sepakan, dan hantaman benda tumpul sering menyasar wajah dan sekujur tubuh wanita muda itu. Jiwa dan raganya terlalu remuk dan berantakan dalam menghadapi sikap keras Marco.
Marco berjalan cepat. Didorongnya Vionny sangat keras. Wanita itu terjatuh dan telapak tangannya menghantam semen. Celana di lututnya koyak. Tak lama, darah menyembul dari telapak tangan dan dengkulnya.
“Dasar miskin! Sok sekali kau mau pisah dari aku!” damprat Marco gusar, menatap hina istrinya. Lalu dengan keji disepaknya perut istrinya cukup keras.
Bug!
“Papa! Jangan!” jerit Clara sambil memeluk pinggang ayahnya dari belakang. Gadis remaja itu berusaha kuat agar Marco berhenti berlaku buruk terhadap mamanya.
Tersulut api emosi, Marco ingin menyepak wajah Vionny. Tapi sebelum itu, tak sengaja siku lengan kanannya menyasar bola mata sebelah kanan Clara.
Bug!
“Aaaahhh!” Clara meringis kesakitan. Kedua tangannya menutupi matanya yang perih. Dentuman kuat itu membuat badannya jatuh terjengkang ke belakang. Punggungnya menghantam jalanan semen. Masih menutupi wajahnya.
Marco mendengus dan menoleh ke belakang. Dilihatnya Clara terkulai lemas. Dia pun berjongkok sambil perlahan membuka katupan telapak tangan Clara.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya.
Menyaksikan itu, Vionny naik pitam, makin geram dia terhadap pria hidung belang itu. Vionny bangkit dan langsung menginjak kepala Marco sangat kuat.
“Eh!” dengusnya murka. “Pria tidak punya otak!” Vionny menyepak-nyepaknya berkali-kali.
Beberapa tetangga yang sedang ingin berangkat kerja dan sekolah tahu peristiwa itu, selain karena sesama mereka di komplek ini memang cuek, lagi pula keributan yang terjadi di keluarga Marco merupakan makanan sehari-hari mereka, jadi sudah biasa, makanya mereka tak ada yang mengindahkan.
“Dasar kau!” Pria banci itu menggebuk perut Vionny dua kali sampai wanita malang itu tersesak napasnya.
“Ah.” Vionny mengerang. Matanya menyipit mengekspresikan rasa sakit di tubuhnya.
Sementara Clara masih saja terentang di atas jalan. Kacau memang si Marco ini.

***

Hup!
System mengeluarkan Henzo di halaman rumah Clara, tepat di lokasi waktu dia menghajar dua orang pencuri tempo lalu. Henzo terperanjat kaget tiba-tiba dia berada di sini.
Apa Henzo akan mendapatkan misi untuk menyelamatkan Clara?
Hm, bagaimana kira-kira?
Apa System akan memberikan reward atau bonus setelah Henzo menolong Clara dan ibunya?
Huft, prediksi yang salah!
Misi yang diselesaikan hanya ada di dalam game online, bukan di dunia nyata, layaknya di cerita-cerita novel fiksi genre sistem. Prediksi yang meleset. Henzo tidak akan mendapatkan misi apa pun di dunia nyata.
Jadi, apa maksud dari System membawanya ke mari?
Flash back sedikit beberapa menit yang lalu sebelum keributan terjadi. Clara berbicara dengan System yang tertanam di tubuhnya, bahwa dia ingin sekali bisa bertemu dengan Henzo sebelum pindah tempat tinggal.
Sebab, jika nantinya Clara tidak tinggal di sini lagi, dia nantinya tidak akan pernah bertemu dengan Henzo, sementara dia masih punya hutang nyawa. Jaringan antar System bisa saja terhubung tergantung situasi dan kondisi yang memungkinan.
Karena itu lah System di tubuh Henzo segera memerintahkan agar Henzo segera berada di sekitar rumah Clara. Henzo yang masih lemas habis bertempur barusan langsung dihadapi dengan kejadian serius rumah tangga orang.
Henzo menengok dan terperanjat begitu tahu ada keributan besar di tengah jalanan perumahan. Henzo lantas mengeluarkan ketapel dan satu kerikil karena baru saja dilihatnya Marco sedang mengambil ancang-ancang ingin memukul Vionny.
“Woi!” jerit Henzo sambil memicing.
Begitu kepala Marco berputar tiga puluh derajat lalu badannya juga berputar sembilan puluh derajat, pas Marco beradu pandang dengan bocah itu, saat itulah amunisi kerikil sebesar kuku jempol tangan melesat menembus udara, bergerak lurus beraturan.
Diketahui massa kerikil tersebut adalah 10 gram. Jarak antara Henzo dan Marco adalah lima meter. Sementara kecepatan kerikil yang dilepaskan dari ketapel adalah 80 meter per detik. Dengan menggunakan rumus ½ m.v^2, maka Energi Kinetik yang dihasilkan adalah sebesar 32 Joule.
Mengagumkan, biji kerikil mendarat pas di jidat Marco. Headshot!
Memar itu perlahan berubah benjolan. Marco terduduk lemas mengusap-usap keningnya yang perih.
Tiga orang terkapar di tengah jalan. Hanya ada Henzo selain dari mereka. Melihat Clara dan mamanya knock down, Henzo yang masih belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri tentang cara mengikhlaskan kepergian orang yang dicintai, makin beringas.
Darahnya panas dan menguap. Lantas dilekatkannya lagi sebuah kerikil, namun kali ini berukuran jempol kaki dengan massa 20 gram, sedikit lebih besar damage-nya dari pada yang barusan.
Dibidiknya kepala jahat itu dengan sebelah matanya, lalu dilepaskannya karet yang tadi ditarik dengan gaya pegas yang malas dihitung. Namun yang pasti, energi kinetik yang dihasilkan tentu akan dua kali lipat lebih besar dari pada yang pertama.
Tuss!
Dup!
“Aaaghr!” Marco meringis-ringis kesakitan. Kepalanya dua kali kena sasaran tembak.
#Pelajaran Teknikal 03 : Manfaatkan selalu kelebihan di saat genting.
Pimp! Pimp!
Taxi online yang tadi dipesan oleh Vionny akhirnya tiba. Vionny menyahuti sang sopir, tapi suara lirih itu tentu tak terdengar.
Henzo berlarian mendekat ke mobil. “Pak, cepat tolong bawa ibu dan anak itu ke rumah sakit!” seru Henzo sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Pintu mobil terbuka. Seorang pria tua beruban keluar dari mobil, lalu membuka pintu tengah secepat mungkin.
“Ayo!” ajak bapak itu.
Pertama-tama Henzo dan si sopir memapah Vionny dan memasukkannya ke dalam mobil, kemudian menggotong Clara dengan cara menggendongnya karena Clara sudah tidak bisa berjalan lagi. Clara pun dibaringkan di samping mamanya dan kepalanya di atas paha mamanya.
Bapak sopir yang sudah duduk rapi sembari memegang kemudi ini pun masih saja terheran-heran, kenapa gembel ini begitu baik dan mau menolong? Hitam matanya berputar alon ke kiri, melirik bocah pemulung kudel ini.
“Bagaimana dengan pria itu?” kepala si sopir maju ke depan, tepat ke arah Marco yang masih saja terduduk di jalan.
“Biarkan saja dia! Ayo kita pergi, Pak!” tukas Henzo mendengus-dengus. Dalam kepalanya adalah dua orang di belakang harus segera mendapat perawatan di rumah sakit. Dia tidak ingin melihat ada orang yang sakit dan terlantar, seperti keluarganya tempo lalu.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

46